Penganan yang satu ini memang begitu terkenal hingga pelosok negeri, siapa yang tak mengenal tempe dan tahu di antero negeri ini? Makanan murah meriah yang bisa didapatkan dengan mudah di tanah air, sebungkus tahu dengan isi 10 buah dibanderol tiga ribu oleh pedagang sayur keliling yang menjadi langganan saya, sedangkan untuk tempe dikasih harga kisaran 3000 rupiah hingga 5000 rupiah.
Lauk makan dengan tahu tempe adalah keseharian rakyat bangsa ini, walau sederhana tapi nilai gizi dari tahu tempe tak kalah dengan daging sapi. Namun sayang beribu sayang saudara saudara, tempe yang kita konsumsi, tahu yang kita makan ternyata kedelainya import, klik disini.
Indonesia negeri agraris, dengan bentang daratan mulai dari Sabang hinga Merauke tak mampu memasok kedelai untuk konsumsi diri sendiri, impor kedelai yang menjadi bahan baku si tahu tempe bisa mencapai 2 juta ton pertahun, padahal kurang apa suburnya tanah Indonesia, namun untuk memenuhi kebutuhan kedelai akhirnya jalan import pun ditempuh.
Jika para pembaca Indonesiana sedang duduk manis menikmati goreng tempe mendoan, menikmati tahu gejrot khas Cirebon, mungkin saja tempe dan tahu yang kita konsumsi adalah hasil dari petani petani luar negeri, bukan petani lokal, maka kita patut merenung, sedang apa petani petani lokal sekarang, masihkah mereka ada disawah, atau mereka menatap sedih karena sawah mereka telah berganti dengan pabrik dan perumahan? Allahualam.
Ikuti tulisan menarik Topik Irawan lainnya di sini.