x

Iklan

Asep Rizal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bila Kita Lupakan Sabda Alam

Derap laju zaman tak akan terhindarkan lagi, seiring dengan penghormatan manusia pada alam semakin memudar.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Derap laju zaman tak akan terhindarkan lagi , seiring dan sejalan dengan perubahan manusia menghormati Alam.

Kehidupan manusia di dunia ini terus berpacu bersama Alam , penghoramatan manusia terhadap Alam akan semakin kendur/memudar  terhadap apa   yang di Hirup dari Udara  dan Tanah yang  dipijaknya.

Kejadian bencana  longsor yang menimpa Saudara-saudara Kita di  Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah mudah-mudahan dapat membawa Hikmah yang tersirat di atas itu semua, mungkin ada hal yang “Terlewatkan dan Terlupakan” ketika sebelum Kejadian mengerikan itu berlalu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saudara-saudara sebangsa kita yang mengalami musibah disana mudah-mudahan tabah dan Korban yang belum terketemukan  Mudah-mudahan secepatnya teratasi dan ter- Identifikasi .

 Kita ucapkan Bela Sungkawa yang sedalam-dalamnya bagi keluarga yang kini kehilangan Orang-orang yang di Cintainya kita mafhum adanya , namun kesedihan dan kehilangan  itu bukan hal yang harus terus di sesali (Barangkali).

Ada secercah “Cahaya” yang tidak tersurat namun cahaya itu mencoba untuk di fahami sebagai “Cahaya” yang tersirat di dalamnya.

Tuhan Kita Maha Adil Selalu Hadirkan Solusi Dari Semua Musibah.

Teruslah kita “Ingat-ingatkan” Diri Kita sendiri akan Wahyu Tuhan dalam sebuah Kitab Suci itu yang Menyatakan bahwa; “Rusaknya Alam itu atas tangan-tangan kotor manusia yang suka merusak tatanan Alam itu sendiri “ (*Sumber; Tafsir Besas Al-qur,an).

Atas dasar dari semua itu mungkin kita sebagai manusia yang “Suka” lupa akan Kodrat Alam bahwa ketika kita mencoba menghilangkan , menebang Sebuah Pohon maka Kekuatan Fatwa/Sabda  Alam itu akan berkurang satu dari penahan Tanah dari gerakan Air Tanah dari  abudement Alam yang telah ditipkan Tuhan Kita agar selalu memelihara Bumi Kita yang Kita Pijak bersama.

Namun gerakan zaman meminta Fatwa (Sabda) Alam itu sendiri yang  mencoba ingin di  mengerti dan akan  mengungkapkan   sebuah kata , bahwa; Perubahan zaman itu adalah   Jumlah Manusia  yang terus  bertambah dari tahun ke tahun dan meminta jatah Alam yang  salah-satunya , berkurangnya Pepohonan dan Kayu-kayu Penting karena di tebang untuk dipakai bahan  bangunan dan di jual dengan harga yang menjanjikan sebagaimana terus di deranya  kebutuhan Manusia yang terus mencari bentuk kebutuhan berupa materi yang tidak bisa terelakan lagi.

Gerakan perubahan lingkup lingkungan Warga Masyarakat di Sebuah Daerah tidak akan lepas dari Kiprah manusia dan penghuninya , kita sebutkan saja bahwa ;

Pembukaan lahan baru bagi pemukiman Penduduk itu adalah Awal Mula Pengrusakan Alam itu sendiri , namun itu bukan sebuah kesimpulan picik , karena siasat itu masih ada , dengan mengganti/menanam Kembali  Tanaman Pohon Penguat yang punya akar kuat  setelah Pohon-pohon itu di Tebang dan di Jual demi kebutuhan Hidup Warga di Sebuah Perkampungan (misalnya).

Kehkilapan manusia itulah yang membuat Bencana itu menghantam , karena Tahun berganti tahun Pengrusakan , dan Penebangan Ribuan Pohon-pohon di Wilayah Kampung-kampung yang mempunyai counture tanah yang labil perlahan tapi pasti akan menimbulkan Bencana Alam yang tidak akan bisa terprediksi , karena gerakan Air Tanah itu akan terus menemukan titiknya di dalam Tanah.

 Mata Air  di Dalam Tanah itu Membentuk Sungai-sungai Ajaib.

Countur tanah di Wilayah Indonesia itu terprediksi para Ilmuwan sebagai Tanah yang labil dan rentan terkena Bencana longsor , apabila Benteng “Ketatonnya” Hilang maka Mata Air yang membuncah di dalam Pori-pori Tanah akan bersatu mencari tempat yang sangat gampang bergerak bebas , karena Akar-akar Pohon itu telah Hilang dan mati di dalam Tanah maka  Milyonan Mata Air itu akan membentuk Sungai-sungai Ajaib di Dalam Tanah dengan leluasa menggerakan Tanah yang Kosong yang  tak ada “Bentengnya” yaitu berupa Akar-akar Pohon yang hidup.

Solusi untuk menghidar dari Bencana Alam Longsor itu tiada lain , Menanam Kembali Pohon-pohon yang telah Di tebang di Tanah-tanah Kosong yang tidak dipakai Hunian Penduduk terutama di Lokasi-lokasi Perkampungan dengan jenis tanah perbukitan khas Wilayah Perdesaan.

Bukan Hanya Tanggung Jawab Orang Kampung Saja untuk menanam Pohon Dan Kayu-kayu itu  Kembali , tapi Kewajiban menjaga Ekosistem lingkungan Hidup itu adalah tanggung jawab kita bersama.

Orang Kotapun harus ikut bertaggung jawab , terutama Para Pemodal Usaha Penjualan Bahan  Bangunan harus pula ikut bertanggung jawab , cobalah untuk “Melibatkan Diri Agar lebih Menghoramati Alam” dengan tidak menggenjot target dengan “Mengobarkan” Semangat para Bandar Kayu untuk mencari Kayu-kayu yang akan di Beli  dari Penduduk dan di gunakan Bahan bangunan atau bahan-bahan yang lainnya yang berasal dari Kayu-kayu Perkampungan yang Nota bene adalah Benteng “Ketatonnya” tanah-tanah Di Wilayah Perkampungan.

Solusi Menghidari Pembelian & Penjualan Kayu-kayu “Benteng Ketaton” Wilayah Perkampungan.

-1.Mensiasati Bahan bangunan , menggunakan bahan bangunan  yang Berasal dari Non Kayu seperti bahan bangunan yang  punya unsur dari logam (Baja Ringan) dan lainnya.

-2.Penegakan Hukum yang Jelas atas Pengrusakan atau Penebangan Pohon-pohon yang terkatagory Pohon Penyangga Tanah.

Semoga bermanfaat tulisan sederhana ini , kita sama-sama berjuang Demi Kelestarian alam dan Menghidari Bencana Alam, karena Bencana itu akan terhindar ketika Kita berusaha mensiasati dan Menghormati Alam itu sendiri.

*Singaparna Kabupaten Tasikmalaya,Indonesiana Tempo.co.id (Sabtu Malam 13/12/2014).

Asep Muhammad Rizal.      

  

    

Ikuti tulisan menarik Asep Rizal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler