x

Iklan

Muhammad Ruslailang

TKI, menetap di Abu Dhabi. Menggemari sejarah.
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Riwayat Sebuah Buku Tua Tentang Makassar

Keberadaan Description Historique du Royaume de Macaçar meninggalkan jejak sejarah; migrasi awal orang Makassar ke Eropa pada akhir abad 17 saat buku tersebut diterbitkan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Buku kecil bersampul coklat itu dicetak dalam bahasa Perancis dengan judul “Description Historique du Royaume de Macaçar” (Deskripsi Sejarah Kerajaan Makassar). Penulisnya disebutkan bernama Nicolas Gervaise, seorang pendeta Jesuit berkebangsaan Prancis. Buku yang terdiri dari tiga bagian itu khusus mengulas tentang Kerajaan Makassar bertarikh tahun 1700.

Di laman website forumrarebooks – forum kolektor kitab kuno berbasis di Belanda, buku kecil berukuran setengah halaman folio itu tak tanggung-tanggung dilelang dengan banderol € 4,950 atau setara dengan Rp 75juta. Dalam katalognya bertema khusus Indonesia, buku ini termasuk yang paling mahal. Buku antik itu senilai dengan puluhan jilid ensiklopedia keluaran terbaru atau bahkan bisa membeli satu unit mobil murah asal pabrikan Jepang saat ini. Padahal,  bagi pembaca di zaman sekarang tak ada yang begitu istimewa dari isi buku yang tebalnya 280 halaman itu, apalagi yang dipaparkannya tergolong informasi yang umum bahkan beberapa bagian malah sudah tak akurat lagi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Usianya yang lebih dari 310tahun-lah yang mungkin menjadikannya teramat mahal dihargai oleh pengelola situs kurator kitab kuno itu. Diterbitkan lebih dari tiga abad silam, bisa menjadikannya sebagai buku resmi pertama yang diterbitkan oleh Eropa tentang Sulawesi Selatan. Bahkan mungkin termasuk buku terbitan Eropa paling awal yang mengulas Hindia Belanda, nama Indonesia saat itu. Sebenarnya buku yang dilelang ini hanyalah edisi kedua dari buku yang edisi pertamanya diterbitkan di Paris 12 tahun sebelumnya, 1688.

Meski dipercaya bahwa Sumatera, Jawa dan kepulauan Maluku sudah terkenal sebagai penghasil emas, padi dan rempah jauh sejak sebelum permulaan abad masehi, namun belum ada buku khusus yang diterbitkan mengenai Indonesia hingga tahun 1688 ketika buku edisi pertama “Description Historique du Royaume de Macaçar” diterbitkan. Buku “History of Java” karangan Sir Stamford Raffless yang terkenal itu, baru diterbitkan di tahun 1817, demikian juga buku Adolf Bastian yang mula memperkenalkan nama Indonesia “Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel” baru diterbitkan tahun 1884.

Menarik bahwa dari penelusuran riwayat hidupnya, penulis buku ini diyakini tak pernah menginjakkan kakinya di Makassar, sehingga patut dipertanyakan dari sumber mana Gervaise menuliskan buku deskriptif dengan tebal 280 halaman ini. Dengan memberikan informasi detail tentang sejarah, tetumbuhan, adat kebiasaan, hingga makanan orang Makassar, ditengarai bahwa sang penulis memperoleh asupan informasi dari orang asli Makassar yang saat itu bermukim di Prancis. Apa yang dilakukan oleh orang Makassar di negeri yang jauhnya hampir separuh bola bumi di masa itu? Juga, mengapa yang disebutkan adalah kerajaan Makassar, bukan Gowa-Tallo sebagaimana yang umumnya dikenal. Makassar memang cukup dikenal oleh VOC dan para pedagang asing sebagai kota pelabuhan atau nama suku tetapi ia bukanlah nama resmi kerajaan maritim yang pernah sangat berkuasa di kepulauan timur nusantara abad 16-17M itu. Saat buku itu diterbitkan, Kerajaan kembar Gowa-Tallo baru saja ditaklukkan oleh persekutuan VOC – Bone yang dipimpin CJ Speelman – Arung Palakka dalam perang Makassar 1667-1669.

Riwayat buku tua tentang Makassar ini melebar jauh. Keberadaannya meninggalkan jejak sejarah; migrasi awal orang Makassar ke Eropa pada akhir abad 17 saat buku tersebut diterbitkan. Konon, itulah jejak diaspora orang Makassar pertama ke daratan Eropa yang dapat dilacak. Dua Indonesianis asal Prancis; Denys Lombard dan Christian Pelras memerlukan melakukan riset mendalam mengenai buku kecil ini. Hasil riset mereka kemudian diterbitkan dalm Jurnal Archipel terbitan Paris, Prancis edisi tahun 1971 (Lombard) dan 1997 (Pelras).

Ikuti tulisan menarik Muhammad Ruslailang lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu