x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Betapa Sukar Menghapus Musik dari Otak Kita

Apakah musik sudah ‘tertanam’ dalam otak kita sejak sebelum lahir? Apakah kecenderungan menyukai repetisi—pengulangan yang ritmis—merupakan watak inheren manusia?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Music is part of being human.”
--Oliver Sacks (Neurolog, 1933-...)

 

Apakah musik sudah ‘tertanam’ dalam otak kita sejak sebelum lahir? Apakah kecenderungan menyukai repetisi—pengulangan yang ritmis—merupakan watak inheren manusia? Bahwa sekalipun seseorang tak pernah secara formal berlatih bermusik, tubuh dan jiwanya akan ‘tergerak’ begitu mendengar repitisi yang ritmis?

Dalam buku Musicophilia: Tales of Music and the Brain, yang dipilih oleh koran The Washington Post sebagai salah satu buku terbaik tahun 2007, Oliver Sacks—seorang neurolog—menunjukkan beragam keajaiban lain yang dapat menjawab pertanyaan menggelisahkan itu. Ada banyak kisah yang dikaji Sacks dalam konteks keahliannya sebagai ahli saraf, sehingga ia tergerak untuk menulis buku ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Salah satunya ialah kisah tentang Tony Cicoria, seorang dokter yang tersambar petir ketika tengah menelpon. Oleh kekuatan listrik bervoltase ribuan volt, Cicoria terpelanting dan merasa jiwanya terbang—ia seolah melihat tubuhnya terbujur di tanah. Ajaib, ketika ia merasa hidup kembali, ia merasakan keanehan luar biasa: tiba-tiba ia punya hasrat untuk mendengarkan suara piano.

Sebagai seseorang yang tak pernah menggemari musik klasik, mendadak Cicoria terdorong untuk membeli rekaman Chopin. Ia pun mulai belajar partitur dengan susah payah. Lebih aneh lagi, setelah terus mengetuk-ketuk tuts piano tanpa letih, ia tampil bermain piano di hadapan khalayak. Cicoria tetap melanjutkan profesinya sebagai dokter sembari sesekali pentas dalam konser musik klasik.

Apa sebenarnya yang terjadi pada diri Cicoria—lebih khusus lagi, pada otaknya? Pertanyaan ini sungguh-sungguh mengusik Sacks: apakah ada koneksi tertentu yang spesifik antara otak manusia dan musik? “Tentu saja ada kecenderungan inheren pada repetisi dalam musik itu sendiri,” tulis Sacks. “Puisi kita, balada kita, lagu-lagu kita penuh dengan repetisi.. Kita tertarik pada repetisi, sebagai orang dewasa sekalipun; kita menginginkan stimulus dan penghargaan lagi dan lagi, dan kita mendapatkannya di dalam musik.”

Musik membentuk bagian kehidupan yang penting dan, secara keseluruhan, menyenangkan bagi sebagian besar kita—bukan hanya musik eksternal, yang kita dengar dengan telinga, tapi juga musik internal, yang melantun dalam kepala kita. Istilah musikofilia, yang jadi judul buku ini, dapat dipahami sebagai kecenderungan terhadap musik.

“Musik, yang unik di antara seni-seni lainnya, adalah sepenuhnya abstrak dan sekaligus secara emosional demikian dalam,” tulis Sacks. “Ia tidak memiliki kekuatan untuk merepresentasikan apapun yang partikular ataupun eksternal, tapi ia punya kekuatan unik untuk mengekspresikan keadaan terdalam perasaan kita. Musik dapat menerjemahkan hati secara langsung, ia tak membutuhkan mediasi.”

Sacks, melalui contoh-contoh kasusnya yang kaya, menjelaskan mengapa Nick Younes begitu terpaku saat mendengar untuk pertama kali lagu Love and Marriage yang ditulis oleh James van Heusen dan dilantunkan oleh Frank Sinatra. Lagu itu langsung mencengkeram Nick sejak pertama.

Sacks begitu fasih dalam mengubah narasi neurologis menjadi kisah-kisah yang menyentuh kemanusiaan kita. Ia mampu menunjukkan bahwa musik berpengaruh terhadap manusia lebih kuat dari yang kita sadari, bahkan dalam hal tertentu mungkin berbahaya, seperti kemampuan musik dalam menstimulasi kejang musikal.

Sacks menunjukkan betapa hebat dan mengagumkan hubungan antara musik dan otak manusia, sebagaimana hebat hubungan antara bahasa dan otak kita. Musik dan bahasa sepertinya sudah tertanam dalam otak kita—begitu lekat sehingga teramat sukar memisahkannya, bila bukan mustahil. (sbr ilustrasi: science.ie) ***

 

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler