x

Iklan

Ipul Gassing

Pemilik blog daenggassing.com yang senang menulis apa saja. Penikmat pantai yang hobi memotret dan rajin menggambar
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Lebih Baik Jangan Traveling Kalau…

Saat ini traveling sudah jadi barang jamak dan dilakukan banyak orang. Sayangnya masih banyak orang yang tidak paham esensi dari traveling

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menjadi traveler sekarang ini adalah tujuan banyak orang, termasuk orang-orang Indonesia. Mudahnya menjelajah daerah-daerah eksotis membuat demam traveling menjadi begitu booming dan melanda banyak orang. Dulu orang hanya traveling karena punya uang banyak, sekarang tanpa uang banyakpun orang bisa berjalan ke tempat yang sedang hangat dibicarakan. Untuk sebagian orang, tidak traveling malah dianggap tidak gaul.

Tapi sayangnya, perkembangan pesat dunia wisata dan jalan-jalan ini juga diikuti dengan pesatnya perkembangan pejalan yang tidak bertanggung jawab. Pejalan-pejalan yang hanya mengutamakan eksistensi di media sosial, bisa berfoto dengan latar tempat wisata yang terkenal tanpa mau susah payah mencari inti di balik perjalanan itu.

Untuk mengejar esksistensi itu kadang mereka sampai menerabas batas-batas yang seharusnya dipatuhi. Entah itu batas yang berhubungan dengan alam, penduduk sekitar dengan kearifan lokal atau bahkan ajaran agama mereka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tentu masih lekat di ingatan kita kejadian beberapa tahun lalu ketika beberapa wisatawan membuat rusuh di candi Borobudur ketika umat Budha merayakan Waisak. Mereka yang datang hanya agar bisa dibilang eksis dan gaul sampai tega menerabas batas-batas kesucian dalam sebuah upacara keagamaan. Dan hal seperti itu kerap terjadi, seiring dengan makin mewabahnya virus traveling.

Sebagai orang yang juga senang jalan-jalan saya akhirnya merasa perlu untuk menitip pesan pada orang-orang yang juga senang dan bahkan mungkin lebih sering berjalan-jalan daripada saya. Sebaiknya berhentilah traveling kalau Anda masih:

1. Suka Mencorat-coret Dinding atau Batu di Tempat Wisata.

Saya sering dongkol dan kesal ketika berkunjung ke sebuah tempat wisata dan menemukan coretan-coretan di dinding atau di batu. Coretan tidak penting yang kadang isinya hanya menunjukkan kalau seseorang itu pernah sampai di sana. Tulisan semacam “ UDIN WAS HERE” dan semacamnya.

Mengesalkan! Apalagi saya pernah menemukan tulisan-tulisan seperti itu di dinding sebuah bangunan bersejarah! Duh, ini otak mereka dimana ya? Bangunan itu berdiri ratusan tahun, dijaga dan dirawat agar kita bisa belajar tentang sejarah nenek moyang kita dan mereka seenaknya saja mengotorinya.

2. Masih Suka Buang Sampah Sembarangan.

Ini juga perilaku yang bikin sebal dari sebagian traveler yang tidak bertanggungjawab. Bayangkan bagaimana kesalnya kita yang sudah jalan jauh-jauh, meniti jalan yang berat dan berharap menemukan pemandangan yang menakjubkan sebagai pembayar rasa capek itu tapi akhirnya malah menemukan gundukan dan serakan sampah plastik.

Sialnya, masih banyak orang yang seperti itu. Mereka datang bukan hanya dengan niatan untuk menikmati alam atau tempat wisata tapi juga dengan sampah-sampah plastik dari bungkus permen sampai bungkus mie instan. Mereka lupa membawa rasa sayang mereka pada alam sehingga sampah-sampah itu dengan teganya mereka buang begitu saja.

3. Tidak Menghargai Budaya Lokal.

Berwisata kadang berarti harus berinteraksi dengan warga lokal, sekecil apapun. Tapi sayangnya masih banyak wisatawan yang datang dari luar (utamanya dari kota besar) lupa kalau di sekitar tempat wisata itu ada juga warga yang tinggal.

Masih banyak orang yang datang dengan pongahnya, tidak peduli pada aturan-aturan atau budaya lokal setempat. Mereka mungkin berpikir kalau mereka lebih beradab dari orang-orang yang tinggal di sekitar tempat wisata itu jadi sah-sah saja kalau mereka bertindak sesuai kebiasaan mereka.

Hal paling sederhana misalnya ketika banyak wisatawan yang berpakaian seenaknya melintas di perkampungan warga yang sebenarnya punya aturan dan kebiasaan ketat soal berpakaian. Bayangkan betapa jengahnya mereka melihat orang asing lalu lalang dengan pakaian yang mungkin menurut mereka sudah setengah bugil.

Contoh lain mungkin ketika ada traveler yang membangun tenda di sekitar permukiman warga dengan membawa kebiasaan mereka. Mengobrol atau menyanyi sampai jauh malam tanpa peduli warga sudah tertidur atau belum.

Masih banyak lagi sebenarnya kelakuan menyebalkan wisatawan yang kadang kita temui di tempat-tempat wisata, tapi setidaknya 3 hal di atas yang paling sering membuat saya jengah. Berwisata pada dasarnya bukan hanya datang ke suatu tempat eksotis, memotret dan memamerkannya pada orang lain. Buat saya, berwisata atau berjalan ke tempat baru adalah sebuah proses belajar. Belajar menghargai alam, belajar menghargai manusia lain dan belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Tapi kalau masih lebih sering menjadi pejalan yang merusak, mending tinggal di rumah saja. Itu kalau menurut saya.

Ikuti tulisan menarik Ipul Gassing lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB