x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jangan Mudah Salahkan Mitra Bisnis

Beragam sumberdaya di luar sangat mungkin menjadi kekuatan yang melejitkan bisnis Anda. Kepiawaian memelihara jaringan bisnis mampu menjadikan kekuatan Anda bertahan lama.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Toyota Corp. pernah dihadapkan pada persoalan genting yang mengganggu reputasinya sebagai produsen mobil berkualitas tinggi. Toyota harus menarik-kembali (recall) mobil produksinya yang sudah beredar di pasar. Tiga recall terpisah berlangsung menjelang akhir 2009 dan awal 2010. Penarikan pertama karena karpet lantai berpindah tempat, sehingga kaki pengemudi bergeser, dan menyebabkan pedal gas terinjak tanpa sengaja. Penarikan kedua dilakukan setelah diketahui ada persoalan mekanis pada pedal gas yang juga menyebabkan akselerasi tanpa dikehendaki. Penarikan ketiga terkait dengan masalah peranti lunak anti-lock brake.

Recall ini sangat mengundang perhatian banyak pihak karena menyangkut jumlah unit mobil yang sangat besar. Toyota mengumumkan, pada 28 Januari 2010, telah menarik kembali hampir 5,2 juta mobil karena persoalan karpet lantai lalu ditambah 2,3 juta mobil disebabkan masalah pedal gas. Model-model Lexus dan Pontiac, mobil-mobil papan atas Toyota, juga terpengaruh. Di hari berikutnya, Toyota menarik 1,8 juta mobil produksinya di Eropa dan 75 ribu di China. Total, jumlah mobil yang ditarik untuk seluruh dunia sekitar 9 juta unit.

Masalah karpet lantai dan pedal gas itu lantas berkembang menjadi isu pasokan (supply), sebab kedua suku cadang itu dibuat oleh perusahaan lain, bukan oleh Toyota sendiri. Pedal gas dibuat oleh CTS, perusahaan yang berlokasi di Elkhardt, Indiana, AS. Ketika didesak oleh New York Times bahwa masalah yang timbul mungkin disebabkan oleh CTS, juru bicara Toyota Mike Michels berkata, “Saya tidak ingin masuk ke dalam percekcokan dengan CTS. Posisi kami mengenai pemasok selalu jelas bahwa Toyota bertanggungjawab atas mobil-mobil itu.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagai raksasa otomotif, Toyota tetap mengandalkan perusahaan lain untuk memasok beberapa bagian kendaraan, misalnya karpet. Namun pernyataan Mike Michels itu menunjukkan bahwa Toyota sangat bertanggungjawab atas kualitas mobil yang sudah dipasarkan, walaupun sebagian suku cadangnya dibuat oleh perusahaan pemasok. Publik tidak mengetahui apakah manajemen Toyota kemudian “memarahi” para pemasok itu, namun di hadapan publik Toyota terlihat melindungi jejaring bisnisnya. Toyota tidak melempar kesalahan kepada CTS.

Memantau rantai pasokan, sebagai bagian dari jejaring bisnis, merupakan faktor kritis bagi perusahaan yang mengandalkan pihak lain dalam beberapa aspek. Di saat bisnis tumbuh semakin mengglobal, kebutuhan untuk memantau jejaring bisnis yang kait-mengkait menjadi lebih terasa. Pengalaman Toyota mengajarkan, melesetnya kualitas suku cadang dapat berakibat pada penarikan jutaan mobil. Tak kalah membebani dari itu ialah terganggunya reputasi Toyota sebagai produsen mobil berkualitas tinggi.

Perusahaan yang cerdas akan berusaha mengenal dengan baik perusahaan-perusahaan yang berada di simpul-simpul jejaring bisnisnya. Mengenali kekuatan serta kelemahan masing-masing merupakan bagian dari ikhtiar untuk memelihara keselamatan jejaring bisnis—bukan hanya keselamatan dirinya sendiri. Sadar perihal pentingnya jejaring ini bagi kelangsungan bisnis Toyota, Akio Toyoda yang baru beberapa bulan menempati posisi puncak perusahaan, bergerak cepat dengan mengunjungi banyak dealerdan bengkel Toyota. Ia berusaha memastikan sendiri bahwa para ahli mekanik melakukan perbaikan mobil dengan cepat dan tepat.

Toyota tidak semena-mena menyalahkan pemasok sebagai upaya menjaga hubungan baik yang selama itu dibangun di atas dasar saling memercayai. Perusahaan otomotif yang berpusat di Jepang itu agaknya mencari penyelesaian lain ketimbang membuang simpul-simpul jejaring bisnisnya tersebut. Nilai-nilai dan kepercayaan yang sudah dibangun bersama tidak dikorbankan karena ini adalah aset jangka panjang yang memengaruhi kelangsungan bisnis Toyota sendiri. Perusahaan global ini justru berupaya keras agar jejaring bisnisnya tidak rontok. Dukungan bagi upaya tersebut ditunjukkan para penjual mobil Toyota di lima negara bagian AS dengan menarik seluruh iklan dari stasiun televisi ABC sebagai protes atas pelaporan yang berlebihan mengenai recall dan cenderung merugikan Toyota.

Jejaring bisnis adalah hal yang jamak, karena perusahaan tak bisa bekerja sendiri untuk menyelesaikan produksi suatu barang atau menyediakan suatu jasa. Nyaris dalam setiap produk atau jasa terkandung unsur-unsur yang dikontribusikan oleh pihak lain. Dalam komputer merek apapun, umpamanya, akan ditemukan mikroprosesor buatan Intel atau AMD atau dari vendor lain. Untuk menjalankan mesin pintar inipun dibutuhkan peranti lunak, kalau bukan buatan Microsoft, pengguna mungkin memakai versi open source.

Kolaborasi menjadi kata yang kian sering muncul, yang menandai bahwa jejaring bisnis tak bisa lagi dijalankan seperti dulu dalam pengertian vertikal. Kian disadari bahwa simpul-simpul dalam jejaring bisnis memberikan kontribusi penting sesuai peran masing-masing. Tanpa “otak” dari Intel atau AMD atau merek lain, peranti lunak Microsoft Office ataupun Linux tidak akan berjalan dan laptop merek Acer atau Toshiba akan menjadi sekedar mesin yang tidak fungsional.

Benar apa yang dikatakan oleh Milton Friedman dalam The World Is Flat bahwa kolaborasi bersifat horizontal, masing-masing simpul memberikan sumbangsihnya yang penting. Ia mencontohkan bagaimana rantai pasokan global yang kompleks dan mahal kini menjadi lebih murah kala industri jasa pengiriman bergeser perannya menjadi pelaku penting dalam bidang logistik. Pelaku usaha memasuki era baru yang mereka sebut sebagai “total solution”, yang berarti mereka bukan sekedar mengirim, melainkan juga memperbaiki dan mengambil peran-peran strategis lainnya.

Jejaring yang bersifat kolaboratif, dengan demikian, melahirkan nilai tambah. Ko-eksistensi menjadi prinsip yang semakin ditegakkan, karena masing-masing simpul diyakini memiliki peran penting bagi perkembangan bisnis dalam industri tertentu. Bagi perusahaanpilihannya bukan lagi berjuang menjadi yang terbaik di antara perusahaan-perusahaan yang menawarkan produk yang sama, melainkan berusaha mendeferensiasi posisi, produk, dan jasanya dalam industri sejenis. Jika unik, produk atau jasa itu akan terlihat menonjol di antara barisan produk atau jasa sejenis.

Penekanan pada kooperasi ketimbang kompetisi mendorong perusahaan-perusahaan di industri sejenis bekerja sama meningkatkan kue ekonomi, ukuran pasar, dan membagi pasar tersebut dengan menonjolkan keunikan masing-masing. Industri otomotif yang kaya inovasi mendorong perusahaan untuk menemukan nilai tambah atas produk mereka dan tidak mengandalkan kompetisi dengan basis yang sudah usang seperti perang harga. Dan untuk menemukan nilai tambah itu, perusahaan tak bisa bekerja sendirian, melainkan bertumpu pada jejaring horizontal.

Jadi, bertumpu pada sumberdaya di dalam perusahaan sendiri tidaklah memadai. Beragam sumberdaya di luar sangat mungkin menjadi kekuatan yang melejitkan bisnis Anda. Kepiawaian memelihara jaringan bisnis mampu menjadikan kekuatan Anda bertahan lama. (sbr ilustrasi: direcsource.com) ***

 

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

19 menit lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB