x

Sejumlah tersangka beserta barang bukti narkoba berupa ganja, extacy, sabu dan Cookies ganja diperlihatkan saat rilis kasus narkoba di Polres Jakarta Selatan, 27 April 2015. TEMPO/M IQBAL ICHSAN

Iklan

Thamrin Dahlan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Hulu Narkoba Nan Terlupakan

Penyalahgunaan narkoba selalu berkutat pada 3 faktor. Pertama manusia, kedua obat terlarang, dan ketiga adalah tempat. Man, Drugs and place bila bertemu pada satu titik maka timbullah korban.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bicara perihal masalah narkoba di Indonesia ternyata lebih banyak berkutat di hilir.  Hukuman mati bagi penegdar dan produsen narkoba adalah bagian hilir atau bagian akhir dari perjuangan memberantas narkoba sebagai suatu keputusan untuk menimbulkan effek jera.   Alangkah baiknya apabila kita membicarakan narkoba dari hulu.  Karena asal muasal narkoba ini memang bergerak dari sana antara obat, manusia dan tempat.

Mengacu kepada pendekatan kesehatan maka ada baiknya kita melihat Program Badan Narkotika Nasional sebagai ujung tombak dalam menangani permasalahan zat adiktif terlarang. Pakem kesehatan dalam mengelola derajat kesehatan masyarakat sejak dahulu kala tidak terlepas dari upaya promotif, preventif, curatif dan rehabilitatif. Sedangkan BNN menterjemahkan pola penanggulangan narkoba dengan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).

Ada titik singgung P4GN dengan Program Kemenkes dari pendekatan tersebut yaitu pada sisi objek. Objek Kementerian Kesehatan adalah manusia, demikian pula dengan BNN kosentrasi kepada penyalahgunaan narkoba yang terpapar pada usia produktif. Titik singgung lainnya ada pada pola penganganan yaitu dimulai dari upaya pencegahan dan berakhir pada upaya pemulihan atau rehabilitasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya terkesan dari tanggapan Dr Benny Ardjil Mantan Deputy Rehabilitasi BNN pada salah satu tulisan singkat pada status saya di media sosial. Dr Benny mengatakan program BNN selayaknya jangan terpusat pada kegiatan penyuluhan (promotif) saja, hendaknya lebih ditingkatkan pada skala pencegahan atau preventif.

Kerisauan Dr Benny dapat di pahami karena ada perbedaan signifikan antara upaya promotif dengan preventif. Upaya promotif dilakukan dalam bentuk penyuluhan berupa pidato, ceramah, menyebarkan leaflet, brosur tanpa menyentuh objek. Artinya masyarakat yang menerima upaya promotif hanya sebagai objek pasif tanpa ada sedikitpun ikut berpartisipasi. Setelah penyuluhan selesai entah berapa pesan yang melekat dalam memory peserta promitof tersebut. Dengan demikian dapatkah upaya penyuluhan itu dikatakan sebagai salah satu program yang effektif. Sasaran yang ingin dicapai BNN dikuatirkan tidak mencapai target apalagi bila peserta kegiatan sangat banyak karena dilakukan secara massal.

Sesuai dengan kaedah keilmuan bidang kesehatan masyarakat, upaya preventif atau pencegahan dinilai lebih effektif dibanding upaya promotif. Walaupun objek sasaran program adalah sama yaitu masyarakat yang belum terkena dampak buruk narkoba namun upaya preventif sebagai kelanjutan dari upaya promotif mempunyai kelebihan dalam sentuhan langsung kepada objek.

Sebagai contoh dalam bidang kesehatan, upaya preventif dilakukan dalam bentuk memberikan masker, memberikan imunisasi, memberikan helm, memberikan fogging dan banyak lagi upaya lainnya yang bermakna pada pemberian proteksi kepada masyarakat. Kata kunci dari upaya preventif adalah memberikan kekebalan kepada masyarakat agar mereka imun terhadap serangan penyakit.

Kekebalan itu melekat pada sosok masing masing warga sehingga tubuh mereka secara otomatis mampu melawan datangnya virus atau kuman penyakit.

Nah bagaimana menerapkan upaya preventif dalam penanggulangan penyebaran narkoba. BNN menyebutnya sebagai Program Advokasi. Pertama tentu upaya ini jangan dilakukan secara massal karena sentuhan orang perorang tidak akan effektif. Objek preventif dilakukan pada kelompok atau komunitas masyarakat tertentu dalam jumlah kurang dari 30 orang. Para peserta upaya preventif di beri kekebalan secara massif dalam bentuk penekanan secara khusus pada pemahaman bahwa narkoba itu haram.

Harus disampaikan bahwa narkoba itu jahat dan ilegal secara berulang ulang kepada setiap peserta. Dalam jumlah yang sedikit dipastikan peserta akan paham sehingga pada akhir pelatihan mereka mendapat kekebalan secara permanen.

Pendekatan agama adalah pendekatan yang sangat ampuh, seperti bagi umat muslim yang sangat terproteksi dirnya dari segala macam makanan dan minuman yang dilarang agama. Secara otomatis ketika mereka bersinggungan dengan barang tidak halal tersebut mereka akan segera menghindar. Inilah salah satu manfaat yang sangat berarti yang bisa diunggulkan pada sistem pencegahan berupa kekebalan imunatif.

Mungkin inilah yang diharapkan oleh Dr. Benny dalam menggalakan  pola promotif menjadi  pola preventif pada Program BNN yang dipastikan akan lebih mencapai sasaran.

Salam salaman

TD

Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB