Reshuffle kabinet semakin gencar dibicarakan. Sementara sikap Presiden Jokowi sendiri masih terlihat kalem, belum memberikan sinyal yang pasti mengenai hal ini. Faktor utama yang dijadikan alasan untuk mendorong reshuffle kabinet adalah kinerja para menteri yang dinilai tidak maksimal dan kurang memuaskan. Memang hal itu masuk akal, mengingat tuntutan perubahan yang begitu tinggi.
Namun sebenarnya siapa saja yang begitu 'ngotot' untuk merombak kabinet? Mereka adalah:
1. Partai pendukung
Partai-partai yang mendukung Jokowi pada Pemilu 2014 mendesak untuk melakukan reshuffle, terutama PDIP. Beberapa hari yang lalu pengurus PDIP bersama Puan Maharani menemui Jokowi. PDIP beralasan bahwa ada beberapa kementrian yang tidak bekerja secara maksimal. Apa sesungguhnya dibalik pertemuan itu? bisa jadi PDIP dan partai pendukung yang lain ingin memasukkan orang-orangnya untuk duduk di kabinet.
2. Jusuf Kalla
Pernyataan dan sikap Wapres Jusuf Kalla seringkali berseberangan dengan Presiden Jokowi. Ini menyiratkan bahwa ada keinginan tersembunyi dari JK untuk memengaruhi kekuasaan. Ada indikasi bahwa ia berkonspirasi dengan partai tertentu untuk menempatkan orang-orang mereka di kabinet.
3. Lawan Politik.
Ada dua alasan bagi lawan politik untuk mendorong reshuffle kabinet. Pertama, mereka ingin diberi kesempatan masuk dalam lingkaran kekuasaan. Mereka akan menempatkan orang-orang yang bisa memperkuat bargaining politik terhadap Jokowi atau di hadapan masyarakat. Kedua, jika Jokowi gagal memilih orang-orang baru yang kapabel, mereka memiliki alasan untuk memakzulkan Jokowi. Sampai sekarang masih ada lawan-lawan politik yang menginginkan kejatuhan Jokowi.
4. Para pengamat ekonomi dan politik
Para pengamat ini terbagi dua, ada yang memihak Jokowi dan ada yang tidak. Namun pengamat yang obyektif mempunyai tujuan yang baik, mengharapkan agar pemerintah dapat berbuat cepat dan tepat untuk melakukan berbagai perbaikan agar dapat membawa Indonesia keluar dari permasalahannya.
5. Masyarakat
Masyarakat Indonesia memang sudah sangat lelah dengan kesulitan hidup yang bertubi-tubi. Meski ini bukan sepenuhnya kesalahan Jokowi, sebagian besar masalah adalah warisan rezim terdahulu. Sedangkan pemerintahan Jokowi baru berjalan enam bulan, belum terlihat hasilnya. Masyarakat menginginkan keajaiban untuk hidup sejahtera sebagaimana yang didambakan selama ini. Ekspektasi mereka terhadap Jokowi sangat tinggi sehingga mereka terlihat sangat tidak sabar.
6. Jokowi
Presiden Jokowi sendiri mungkin menginginkan perubahan kabinet. Hal itu semata-mata karena ia ingin memenuhi harapan rakyat Indonesia untuk melakukan perubahan, memberi kemajuan berarti bagi tanah air tercinta. Namun sebagai orang yang mengerti kesulitan-kesulitan yang dihadapi saat ini, Jokowi masih memberi kesempatan beberapa lama kepada pembantu-pembantunya. Jika sudah sangat mendesak, ia akan mengganti menteri yang jauh di bawah target.
Kita harus sadari bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Ada beberapa kendala yang menghambat program pemerintah, misalnya DPR yang selalu memperkeruh permasalahan. Sampai saat ini DPR belum menghasilkan UU apapun kecuali yang menguntungkan diri mereka sendiri. Kinerja mereka lebih buruk dari pemerintah. Selain itu, pemerintah juga selalu direcoki dengan intervensi partai-partai pendukung. Karena itu, kita harus menekankan bahwa jangan ada yang menganggu pekerjaan Jokowi. Sebagai presiden, dia memiliki hak prerogatif. Biarkan dia memilih siapa yang layak dan mampu membantunya.
Ikuti tulisan menarik muthiah alhasany lainnya di sini.