x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Memasarkan dengan Jujur dan Inspiratif

Pemasaran inspiratif menyalurkan hasrat serta antusiasme yang terkandung dalam produk ke alam kesadaran konsumen dengan cara yang tidak hanya menyentuh pikiran, tapi juga hati.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Saya ingin menyelenggarakan suatu acara bernama Manifestation Weekend. Tarifnya seribu dolar per orang. Tempat terbatas, hanya 30 orang. Jika tertarik, hubungi saya.” Joe Vitale mengaku, itulah salah satu e-mail terburuk yang pernah ia tulis. Iklan itu tidak bernada membujuk sama sekali. Namun, dalam waktu tiga menit, seseorang mendaftar. Kursi yang tersedia terjual habis dalam waktu 24 jam. Tanpa direncanakan, tanpa brainstorming lebih dulu—“Jadwal ceramah saya sudah padat,” kata Joe—workshop itu berjalan dua kali dalam waktu singkat.

Joe Vitale mencontohkan cara yang berbeda dalam menulis iklan dan cara yang berbeda dalam menciptakan produk. Idenya orisinal, tidak direncanakan lebih dulu. Ia mengirim pesan singkat yang otentik dan, menurut pengakuan Joe, benar-benar keluar dari lubuk hati yang didorong oleh inspirasi. Lantaran inilah, pemasaran ala Joe ini dinamai ‘pemasaran inspiratif.’ Cara ini tidak mensyaratkan adanya ‘strategi’—yang terkesan lebih terencana.

Apa yang ditawarkan Joe memang menyimpang dari cara-cara berbisnis tradisional. Amy Scott Grant, yang menceritakan pengalaman suksesnya di buku karya Joe, Inspired Marketing!, mengatakan bahwa alasan utama banyak orang untuk tidak memercayai inspirasi adalah karena ego mereka. Mereka ingin berada dalam keadaan terkontrol. Padahal, menurut Amy, dibandingkan inspirasi, jauh lebih sulit memaksa sebuah ide untuk keluar. “Seperti mendorong sebuah batu besar ke atas bukit. Sementara, ketika terinspirasi, rasanya seperti meluncur di atas air,” kata Amy.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pentingnya inspirasi ditekankan Amy lewat apa yang ia petik dari pengalaman: ketika Anda melakukan sesuatu yang tidak Anda minati dan Anda tidak terinspirasi untuk melakukannya, orang-orang akan merasakannya. Kendati begitu, Amy menasihati, harus ada campuran antara inspirasi dan sisi praktis. “Seperti cokelat dan mentega kacang; bersama-sama dalam satu unsur, tidak apa-apa jika tidak ada salah satu, namun rasanya jadi tidak lezat,” tuturnya. Kepraktisan tanpa inspirasi tak lain hanya pekerjaan yang membosankan.

Tapi, bagaimana kita mengetahui bahwa sesuatu itu inspirasi dan bukan godaan, misalnya? Cindy Cashman, penulis buku Everything Men Know about Women—sebuah buku kosong dalam arti sebenarnya, mengajarkan ihwal intuisi. Intuisi berbicara kepada Anda salah satunya melalui energi dan semangat Anda. Ketika Anda bangun dan sangat bersemangat tentang suatu hal, itulah inspirasi Anda. “Energi Andalah yang membimbing Anda untuk melakukan apa yang harus dilakukan,” ucap Cindy.

Sebagaimana banyak buku yang ‘mengajarkan’ kita agar selalu berpikir positif, Craig Perrine dalam buku ini mengajak berbincang Sylvie Fortin yang mengidap kanker payudara. Sylvie mencoba menularkan pikiran positif, sebab ia sangat memercayai bahwa hal negatif dapat diubah menjadi sesuatu yang positif. Dalam istilah Sylvie, bukan melapisinya dengan gula, namun dengan mengeksplorasi secara tulus, menjalaninya, dan menemukan cara untuk melewati situasi yang sulit. Pada awal kemoterapi, ia tahu bahwa rambutnya akan rontok. Tapi, pikir Sylvie, “Mengapa saya tidak membuatnya menjadi sesuatu yang justru saya harapkan?”

Sylvie dan suaminya, Michael, akhirnya memutuskan untuk membuat blog tentang penyakit kanker dan blog ini lalu dikomersialkan, yang menghasilkan pendapatan kecil yang lumayan. Inilah pemasaran yang personal. Blog yang mereka bangun menceritakan kisah yang menggugah dan mengilhami pembaca. Sebuah kisah bisa mengilhami seseorang untuk secara rela memberikan uangnya jika Anda bisa memberi mereka nilai atau memberi sesuatu yang mereka inginkan. Kuncinya ialah semakin personal iklan Anda, semakin mudah pelanggan Anda memvisualisasikan, mengecap, menyentuh, dan mengalaminya pada tingkat indrawi.

Ada sejumlah orang lainnya yang diwawancara Craig dan hasilnya disajikan dalam format tanya-jawab. Penyajian seperti ini menawarkan nuansa personalitas yang kental dari masing-masing narasumber. Masing-masing pemasar ini menyampaikan kearifan yang mereka petik dari pengalaman memasarkan dengan hati, yaitu tidak berpromosi secara berlebihan, tidak manipulatif, dan tidak mengintimidasi (Anda ingat bukan pada iklan: beli sekarang atau Anda akan menyesal!).

Pemasaran inspiratif barangkali merupakan pembalikan dari scientific marketing yang selama ini menjadi dasar bagi kegiatan bisnis modern. Pemasaran inspiratif memungkinkan kita, sebagai konsumen, merasa nyaman menghadapi pesan pemasaran (baca: iklan!) maupun saat membeli produk atau jasa. Kita merasakan hubungan yang manusiawi dengan penjualnya dan tidak merasa teperdaya atau dimanipulasi oleh strategi penjualan.

Pemasaran inspiratif berusaha menangkap intisari pembuat barang atau jasa dan menyalurkan hasrat serta antusiasme yang terkandung dalam produk yang dijual ke alam kesadaran konsumen, dengan cara yang tidak hanya menyentuh pikiran, tapi juga hati. Ini mengingatkan kita pada suatu masa ketika orang datang ke warung kopi dan mengobrol dengan penjualnya sembari menghirup aroma kopi yang menantang dan menyruput kehangatannya. Kita menikmatinya tanpa terintimidasi. (sbr ilustrasi: blog.hubspot.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB