Gamification: Dari Game ke Bisnis
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBSetelah menapaki ‘tahun-tahun yang tidak mudah untuk meyakinkan’, gamification semakin kuat diadopsi. Mekanisme penghargaan dalam game design mulai dicoba untuk diterapkan ke dalam pengelolaan bisnis.
Lencana prestasi (achievement badge), leader board, dan progress bar niscaya sudah diakrabi oleh penggemar game. Ini adalah tanda-tanda yang menunjukkan sudah seberapa dekat seorang pemain dengan tugas yang mesti ia selesaikan. Bila berhasil mencapai target tertentu, ia bisa meraih bonus angka ataupun virtual currency.
Para perancang permainan (game designer) menjadikan penghargaan (reward) dan kompetisi untuk memacu gamers agar meraih prestasi tertinggi. Dalam ikhtiar memotivasi para pemain, game designer merancang game yang menyenangkan, yang membuat pemain terlibat, dan yang mampu mendorong pemain untuk kembali dan bermain lagi. Game designer menciptakan game yang mengarahkan pemain agar menjalankan perilaku tertentu.
Rahasialah itulah yang ini diusung oleh para manajer ke ranah yang lebih luas sejak beberapa tahun lalu, dan kini semakin kuat diadopsi oleh perusahaan. Teknik-teknik dan mekanisme-mekanisme dalam game design dicoba untuk diterapkan ke dalam pengelolaan bisnis. Bagaimana menjadikan aktivitas bekerja sebagai pengalaman menyenangkan, bagaimana perusahaan bersikap lebih menghargai prestasi karyawan, dan bagaimana para manajer lebih mampu memotivasi orang untuk menyumbangkan yang terbaik. Nah, jadilah apa yang dinamai sebagai gamification.
Penerapan gamification dalam bisnis sudah dimulai sejak beberapa tahun lalu. Ada perusahaan Amerika yang memasukkan unsur gamification, seperti badge, leader board, dan ribbon ke dalam manajemen proyek. Pemberian penghargaan dibuat berjenjang dan diperkuat sebagai upaya memotivasi anggota tim agar memberikan yang terbaik dalam penyelesaian proyek. Perusahaan lainnya memanfaatkan gamification dalam pelatihan karyawan.
Kini, penerapannya kian meluas—sebagian manajer menduga gamification akan mengubah cara kerja. Orang-orang pemasaran dan manajer produk memanfaatkannya untuk menggaet konsumen agar lebih banyak atau lebih sering memakai produk mereka. Dengan menerapkan gamification, produsen piranti lunak mendorong konsumen agar memilih meng-upgrade pirantinya dan tidak pindah ke produk lain.
Online surveyor memanfaatkan gamification untuk mendorong pengunjung website-nya agar mau melakukan pekerjaan yang membosankan: mengisi kuesioner. Perusahaan lain memberikan reward point kepada orang yang mau berbagi pengalaman dalam menggunakan produknya. Gamification mengarahkan pengguna agar menjalankan perilaku tertentu: menggunakan produknya, membeli, berlangganan, atau sekedar membaca dan menonton klip video di websiteperusahaan. Inilah cara untuk menciptakan nilai bisnis.
Kendati kritik dilontarkan terhadap gamification, tapi antusiasme publik tak terbendung. Berbagai pertemuan, setidaknya di AS, diadakan untuk mendiskusikan gamification. Tak kurang Wharton Business School pernah menggelar simposium yang melibatkan akademisi dan para pelaku bisnis. Gamification Summit teratur digelar. Di Wina, ibukota Austria, akhir April yang baru lewat digelar untuk kedua kalinya Gamification in HR Summit.
Pandangan yang optimistis memprediksi gamification akan menjadi trend kunci dalam bisnis yang patut diwaspadai oleh para perencana perusahaan. (sumber ilustrasi: revel.in) ***
Penulis Indonesiana
1 Pengikut
Di Musim Corona, Hati-hati Jangan Sampai Menghina
Selasa, 14 April 2020 05:33 WIBBila Jatuh, Melentinglah
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler