Lui Si Malas Mandi. Chapter 5: Kambing Sarapan Nasi Uduk

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dongeng anak penghibur keluarga

Matahari pagi menyingsing di ufuk timur. Kokokan ayam jantan mulai berhenti bersahutan. Embun bening tampak berkilauan di ujung-ujung daun ilalang. Sesekali tampak belalang hijau berloncatan menyambut cerahnya pagi.

Jallo bangun lebih pagi dari biasanya. Kambing baru bawaan ayahnya menjadi objek pertama yang dicarinya.

“Hallo… kambing, selamat pagi, kamu masih selamat dari maling-maling itu kan?” tanya Jallo sambil tertawa riang. Lui hanya bisa mengangguk.

“Kasih rumput gih Jallo, kambing itu pasti sudah lapar ingin sarapan.” Bapak Jallo sudah berada di belakang. Dia juga sangat antusias memeriksa keberadaan kambingnya.

“iya yuk.” Ajak Jallo sambil memegang tali ikat yang melilit di leher Lui.

“E… e…., sini ayah saja yang mindahin, jangan-jangan kamu gak kuat lagi menahan tenaga si kambing montok ini.” Bapak Jallo mengambil tali dari tanggan anaknya. Melepasnya dari ranjang kayu dan kemudian menuntun Lui  ke bawah pohon nangka yang kemarin, mengikat Lui kembali di pohon yang telah dipenuhi buah bergelantungan.

“Oya Ayah, kambing ini kan gak doyan rumput.” Kata Jallo sambil memegang tangan ayahnya.

“Ah…, coba saja, mungkin kemarin daun angka terlalu keras buat dia. Coba daun ubi jalar tuh sedikit.” Bapak Jallo menunjuk tanaman ubi jalar di pinggiran kebun Ganyong.

“Aku coba dulu ya.” Jallo berlari dan memetik beberapa untai daun ubi jalar.

“Nih kambing, daun ubi jalar ini masih segar, pasti kamu doyan,” Jallo menyodorkan daun ubi jalar ke mulut Lui. Kambing itu hanya melengos.

“Tuh kan, Yah, dia gak doyan daun mentah.” Jallo menatap wajah ayahnya.

“Aneh…, kamu manja amat sih kambing montok.” Bapak Jallo mengernyitkan dahi. “Terus kamu maunya apa?” tanyanya lagi sambil jongkok seolah berbincang denga Lui, sang kambing jadi-jadian.

“Kenapa Pak?” tiba-tiba Ibu Jallo bertanya dari belakang. Di tangannya tampak sebuah tas plastik berisi beberapa bungkusan nasi uduk.

“Ini bu, kambingnya gak mau makan, takutnya dia mati sebelum di pajang di pesta rakyat nanti malam.” Jawab Bapak Jallo.

“Kemarin dia mau makan nangka bu,” tambah Jallo.

“Aneh…”  ibu Jallo mengernyitkan dahi, matanya menatap Lui.

“Mungkin dia sukanya makanan manusia Bu,” Terka Jallo.

“Ada-ada aja Jallo, kambing itu makannya rumput.” Tukas Bapak Jallo.

“Coba saja, kamu mau nasi uduk kambing?” tanya Jallo, wajahnya mendekati wajah Lui. Si kambing mengangguk.

“Tuh kan..., dia mengangguk.” Jallo tersenyum bangga karena berhasil memecahkan misteri makanan yang disuka si kambing.

“Ada-ada saja sih…, ya sudah, nih coba kasih satu bungkus, kebetulan ibu baru beli nsi uduk dari warung Ibu Markonah.” Ibu Jallo menyodorkan satu bungkus nasi uduk kepada Jallo.

Dengan riang, Jallo membuka bungkus nasi uduk. Di dalamnya ada sebutir telur, dan dua potong tempe dan tahu.

“Nih…, kambing, pasti kamu suka ini.” Jallo menaruh bungkusan nasi uduk yang telah terbuka di tanah di bawah mulut Lui. Dengan gembira Lui segera mendekatkan mulutnya ke arah nasi uduk. Dan ajaib, kambing itu pun sarapan nasi uduk dengan lahapnya. Jallo dan kedua orang tuanya geleng-geleng kepala keheranan.

*** Baca cerita dari AWAL

*** Baca kisah SEBELUMNYA

MAU MENDULANG UANG DARI MENULIS? Baca BUKU INI

Bagikan Artikel Ini
img-content
Iswadi Suhari

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Menghapus Pekerja Anak

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
img-content

Cinta Sang Bujang Katak

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler