Secara nasional pada tahun 2014, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai angka 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Jumlah ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan target MDGs sebesar 228 per 100 ribu kelahiran hidup.
Menurut Gama Triyono, Direktur PKBI Daerah Istimewa Yogyakarta, ada berbagai persoalan yang memicu terjadinya kematian ibu saat melahirkan. Hamil muda yang dialami perempuan pada usia muda, anyara 15-19 tahun, menjadi penyumbang terbesar, mencapai angka 46 persen.
"Itulah kenapa kami menentang perkawinan anak. Sayang Mahkamah Konstitusi tak mengabulkan usulan perubahan usia minimal dalam UU Nomor 1 Tahun 1974," kata Gama Triyono, di kantor PKBI Yogyakarta, pekan silam.
Pada kelompok miskin, menurut Gama, kematian ibu melahirkan juga dipicu kurangnya pemberian gizi seimbang bagi perempuan yang sedang hamil. Dalam kondisi seperti ini, perempuan masih harus melakukan pekerjaan berat di rumah tangga karena konstruksi peran gender tradisionalnya.
Gama Triyono mengatakan, pengetahuan perempuan memgenai kesehatan reproduksi, teritama seputar kehamilan dan bahayanya perrsalinan dan masa nifas masih sangat terbatas. Penyediaan informasi yang bisa diakses kelompok perempuan miskin harus menjadi perhatian serius pemerintah. "PUSKESMAS bisa meningkatkan promosi kesehatan sampai pelosok," katanya.
Di daerah pedalaman, jarak fasilitas kesehatan yang jauh dari pemukiman penduduk juga menjadi pemicu AKI di Indonesia. Fungsi-fungsi Polindes, Bidan Desa dan Puskesmas Pembantu (Pustu) penting untuk terus dikontrol agar bisa berjalan sesuai dengan desainnya. "Sehingga perempuan bisa mendapatkan minimal empat kali pemeriksaan selama kehamilan sesuai dengan Standard Pelayanan Minimum (SPM)," kata Gama Triyono.
Tak heran, manakala mendapati Gama Triyono, tampak geram melihat tingginya AKI di negeri ini. Sebagai nakhoda organisasi yang beridiri sejak tahun 1967 di Yogyakarta, dan memiliki perhatian serius terhadap pemajuan hak kesehatan seksual dan reproduksi. Banyak agenda strategis yang diajukannya, tetapi tak juga mendapatkan respons serius dari pejabat di negeri ini.
"Tak boleh lelah, harus terus meneriakkan pemajuan hak seksual dan reproduksi. Ini untuk masa depan negeri ini," katanya.
Ikuti tulisan menarik Mukhotib MD lainnya di sini.