x

Iklan

Akira

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Hotspot yang Tidak ‘Hot’

Bukan polusi udara, air, suara atau lainnya, namun polusi pemandanganlah yang membuat Taman Ayodya belum optimal sebagai oase di tengah kota.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Udara segar, cuaca cerah, lanskap cantik dan bersih, pepohonan teduh dan tanaman hijau, suasana tenang nan asri. Tak heran para pengunjung  Taman Ayodya, Jakarta, seolah berbagi rasa ceria dan rileks, meski larut dalam aktivitas masing-masing. Dari yang berpiknik bersama keluarga, berolahraga, berkegiatan komunitas, atau sekedar duduk santai dan sebagian tampak asyik dengan gawai. Apalagi tanda hotspot terlihat di semua penjuru taman.

Pemandangan di minggu pagi 23 Agustus itu membuat penulis tergerak untuk menikmati keindahan dan kenyamanan Taman Ayodya. Sejauh mata memandang, hamparan lanskap yang berisi pohon, tanaman, bunga, rumput dengan kolam besar di tengahnya, memberi kesejukan dan keindahan seperti halnya sedang memandang lukisan. Tapi tunggu, mengapa terdapat banyak spot oranye di lukisan hijau ini ?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ternyata banyak sekali terdapat tanda reklame hotspot di Taman Ayodya. Penasaran akan banyaknya penanda yang ‘mengotori’ pemandangan tersebut, penulis mencoba untuk terkoneksi dengan jaringan wifi seperti yang diiklankan. Akan tetapi setelah pembelian voucher melalui sms ke nomor yang tertera, sinyal jaringannya pun tak terdeteksi.  

Terlepas dari tidak berfungsinya fasilitas wifi tersebut, Taman Ayodya merupakan salah satu acuan taman yang ideal di Jakarta. Taman yang terletak di kawasan Kebayoran Baru ini memenuhi semua unsur dan fungsi yang dibutuhkan dari sebuah taman di tengah kota. Taman ini memiliki luas 7.500 meter persegi, dilengkapi dengan panggung terbuka berbentuk lingkaran, jogging track, gazebo, bangku serta lampu taman, toilet dan tentunya lanskap yang bagus. Selain berfungsi sebagai tempat rekreasi, taman Ayodya juga membantu penataan kota, menjaga kualitas lingkungan, serta tempat kegiatan masyarakat.

Patut disayangkan, ternyata bukan polusi udara, air, suara atau lainnya, namun polusi pemandangan lah yang membuat Taman Ayodya belum dirasakan optimal sebagai oase di tengah kepadatan kota.  Selain reklamenya mengganggu pemandangan taman, fasilitas hotspot tersebut tidak dapat digunakan.

Ada lebih dari 20 lokasi pemasangan reklame wifi.id di seantero taman dengan berbagai ragam tinggi dan ukuran. Bahkan di satu lokasi, papan reklame dipasang di tiga atau empat sisi membentuk dimensi segitiga atau kotak. Misalnya, pada lima tiang batu palimanan kuning yang menjulang di pinggir dan tengah kolam, terpasang reklame di keempat sisi tiang tersebut. Reklame seukuran kira-kira 30 cm x 40 cm itu seperti berada di ketinggian batang pohon. Delapan buah pedestal lampu taman juga tidak luput dari pemasangan reklame, sehingga ketika pengunjung sedang duduk-duduk di kursi taman, reklame tersebut akan terlihat jelas karena posisinya setinggi pandangan mata.

Selain lokasi yang banyak dan mencolok, warna reklame hotspot ini pun menyilaukan mata. Seandainya warna oranye yang bertaburan di penjuru taman itu berasal dari bunga-bunga tanaman kembang sepatu, pastilah warna tersebut menyegarkan mata.

“Saya juga heran kenapa reklamenya kayak gini. Bikin rame aja tapi enggak fungsi”, kata Ian, mengomentari keberadaan reklame dan koneksi wifi di Taman Ayodya. Pelajar SMA 46, Blok A Kebayoran Baru itu menambahkan, “Memang kalau ke sini sih saya bukan nyari wifi. Kalau nyari wifi mending nongkrong di 7 Eleven aja, tuh di seberang sana”, ujarnya sambil menunjukkan arah minimarket tersebut. “Ke sini ya enaknya duduk-duduk santai baca buku atau ngobrol ama temen.”

Senada dengan Ian, pengunjung lainnya pun menyatakan hal yang sama. “Ini saya pake paket data, lebih murah dan praktis”, kata Ita sambil menunjukkan gawainya. “Di sini kan wifi-nya enggak gratis. Lagian kalo gratis pun, kaga ada sinyalnya tuh”, ujar Anto, teman Ita, nyengir.

Demikian halnya dengan pengunjung-pengunjung yang lain yang ditemui penulis, tidak ada yang memakai fasilitas hotspot di Taman Ayodya. Bahkan semuanya menyatakan bahwa mereka datang karena menyukai tempat tersebut untuk beraktivitas atau sekedar bersantai, bukan karena hotspot-nya. Rupanya iming-iming hotspot sudah tidak relevan atau tidak ‘hot’ lagi di kalangan netizen untuk berkunjung ke taman kota.

Bandingkan dengan Taman Barito yang terletak di seberangnya. Meskipun Taman Barito tidak seasri Taman Ayodya, tetapi pemandangan di taman tersebut relatif murni, alias bebas polusi reklame. Pengunjungnya pun cukup ramai, meski tidak terdapat fasilitas hotspot di sana.

Taman kota yang menarik atau ‘hot’ bukanlah tergantung oleh fasilitas hotspot-nya. Taman kota akan banyak dikunjungi bila mampu berfungsi sebagai tempat komunikasi sosial maupun beraktivitas pribadi. Terlebih bila ditunjang oleh banyaknya kegiatan olahraga, budaya, rekreasi, komunitas, dan edukatif. Selain itu, taman yang teduh dan nyaman bukan saja menurunkan suhu kotanya, tapi juga menurunkan suhu otak para penghuninya.

Media iklan atau sponsor hendaknya dihilangkan di taman kota, khususnya di Taman Ayodya. Bukan hanya karena tidak berfungsi, namun juga karena pencemaran visual taman oleh media iklan atau sponsor tersebut. Sebaiknya, manjakan mata pengunjung dengan suasana indah dan asri bebas polusi. Jangan sampai polusi pemandangan oleh reklame hotspot membuat Taman Ayodya tidak ‘hot’.

 

Ikuti tulisan menarik Akira lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler