'Dua Pengkritik Ahok' Jadi Calon Bos Alumni IPDN

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada akhir Oktober 2015, Ikatan Keluarga Alumni Perguruan Tinggi Kepamongprajaan (IKAPTK), bakal menggelar kongres.

Pada akhir Oktober 2015, Ikatan Keluarga Alumni Perguruan Tinggi Kepamongprajaan (IKAPTK), bakal menggelar kongres. Kongres yang digelar untuk memilih ketua umum dan sekjen organisasi alumni sekolah pamong tersebut. 
 
Beberapa nama disebut-sebut bakal maju untuk menggantikan Djohermansyah Djohan, Ketua Umum IKAPTK saat ini. Salah satunya adalah Reydonnyzar Moenek, Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri. Saat ini, selain jadi dirjen, Reydonnyzar juga beberapa waktu yang lalu telah dilantik jadi penjabat Gubernur Sumatera Barat. 
 
Sebelum jadi dirjen, di era Gamawan Fauzi, Reydonnyzar sempat jadi staf ahli menteri, kemudian promosi jadi dirjen. Sebelumnya lagi, Reydonnyzar pernah jadi Kepala Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri. Reydonnyzar adalah lulusan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) yang kemudian menjadi Institut Pemerintahan Dalam Negeri atau biasa di sebut IPDN. 
 
Ketika Gamawan Fauzi masih jadi Mendagri, sempat muncul polemik dengan Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Polemik dipicu oleh komentar Gamawan yang menanggapi persoalan lurah Susan. Komentar Gamawan itulah yang kemudian menyulut Ahok hingga keluar pernyataan yang meminta Mendagri kembali belajar konstitusi.
 
Tak pelak, komentar pedas Ahok itu memantik reaksi keras dari Medan Merdeka Utara, jalan dimana kantor Kementerian Dalam Negeri berada. Salah satu yang bereaksi adalah Reydonnyzar. Reydonnyzar tampil membela bosnya dan juga lembaganya. Dalam pandangan Reydonnyzar, kalimat Ahok itu tak pantas. Ahok dinilai tak paham etika pemerintahan. 
 
Pejabat Kemendagri yang ikut bereaksi adalah Bahtiar. Kala itu Bahtiar masih menjabat sebagai Kasubdit Ormas Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik. Kini, Ditjen Kesbangpol di era Tjahjo Kumolo jadi Mendagri, berganti nama jadi Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum, biasa disingkat Ditjen Polpum. Bahtiar pun sama dengan Reydonnyzar, lantang mengkritik balik Ahok. Bahtiar juga menganggap, Ahok kurang paham etika pemerintahan. 
 
Namun entah mengapa, polemik itu kemudian menguap, setelah terjadi saling serang pendapat. Kemudian seperti diketahui, beberapa waktu yang lalu Ahok kembali 'berulah' dengan melontarkan usulan pembubaran IPDN. Usul itu pun kemudian banyak menuai reaksi terutama dari para alumni IPDN. Salah satunya adalah Bahtiar. Bahtiar yang mengaku lulusan IPDN angkatan 4 itu, merasa tersinggung dengan usulan Ahok. 
 
Kata Bahtiar ketika itu, bila memang ada beberapa lulusan IPDN yang berbuat cela, tak lantas kemudian sekolahnya yang dibakar. Itu sama saja memburu beberapa ekor tikus tapi dengan cara membakar satu lumbung padi. Itu tindakan tak bijak dari seorang pemimpin. Sebab bicara cela birokrat, tak hanya lulusan IPDN, banyak juga lulusan universitas lain yang juga berbuat salah. Bahkan, yang melakukan korupsi kelas kakap, bukan dari IPDN, tapi dari lulusan lain. Bahtiar, lelaki asal Bugis itu mengaku sangat tersinggung dengan usulan Ahok. 
 
Namun, pada saat usulan Ahok ramai dan gaduh, suara Reydonnyzar justru tak terdengar. Mungkin karena sudah jadi penjabat gubernur, maka Reydonnyzar menahan diri. Kini keduanya digadang jadi bos alumni sekolah pamong. Bahtiar sendiri saat mengobrol dengan saya, mengatakan, ia belum pantas jadi ketua alumni. Justru ia menilai Reydonnyzar adalah sosok yang layak jadi nakhoda IKAPTK.
 
Reydonnyzar sendiri belum kedengaran suaranya tentang digadangnya nama dia jadi bos IKAPTK. Kabarnya, Reydonnyzar sedang umroh ke Tanah Suci. 
 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Agus Supriyatna

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler