x

Iklan

Agus Supriyatna

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jambore dengan Sekapan Asap

Pagi itu pun, peserta Jambore terpaksa harus mengikuti upacara dengan sekapan asap.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mereka berbaris gagah. Berpakaian lapangan warna coklat. Berbaret dan pakai sepatu lars. "Kompi satu Batalion 4, tolong sarung tangan dan syal dilepas," satu suara memerintah terdengar berkali-kali dari pengeras suara.
 
"Tolong provos, periksa barisan. Peserta yang ada di dekat danau, atau di bawah pohon, ditertibkan," kembali suara perintah dari pengeras suara terdengar. 
 
Pagi itu, Jumat, 9 Oktober 2015, pagi masih belum pergi. Pagi itu, saya datang ke komplek Jakabaring Sport City di Palembang, untuk meliput acara Jambore Nasional Satpol PP. Jambore itu mengambil tema," Melalui Kegiatan Jambore Nasional Pol PP, Kita Tingkatkan Kapasitas Sumber Daya Manusia Pol PP dan Kebanggaan Korps Praja Wibawa." Begitulah tema yang saya baca di baliho yang terpancang di belakang lapangan yang hendak dipakai jadi tempat upacara.
 
Panggung dengan naungan tenda warna merah putih telah dipasang. Kursi-kursi telah disusun. Jambore ini, akan dibuka oleh Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo. Namun ada yang menarik di pagi itu. 
 
Di antara pasukan satuan polisi pamong praja yang berbaris gagah di lapangan, terselip personil dengan penampilan berbeda. Dia, pakai baret, juga sepatu lars. Tapi, mulut ditutup masker. Beberapa berpenampilan serupa, bermasker. 
 
Bahkan, banyak yang kemudian terdengar batuk-batuk. Suasana di lapangan memang seperti pagi berkabut. Asap tipis menyelimuti. Tapi, itu bukan kabut yang mengandung embun. Namun, kabut asap hasil pembakaran lahan. 
 
Ya, telah sebulan lebih, Kota Palembang akrab dengan asap. Belum ada hujan, maka asap masih menggila. Upaya pemadaman bukan tak dilakukan, tapi menurut Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin, saat diwawancarai di kediaman dinasnya tadi malam, susah mengusir asap. Lahan gambut di provinsi yang dipimpinnya itu cukup luas, mencapai 1,8 juta hektar. 
 
Sementara ada wilayah lahan gambut yang terletak di pesisir yang sulit diakses. Hingga upaya pemadaman sulit dilakukan. Maka, asap pun terus digantang. Terus datang. Terus menyekap warga kota. 
 
Pagi itu pun, peserta Jambore terpaksa harus mengikuti upacara dengan sekapan asap. Maka tak heran, bila ada yang bermasker dan batuk-batuk. Pagi itu pula, sekapan asap cukup pekat, hingga danau yang ada di belakang lapangan, tak begitu jelas dapat dinikmati, semua terselubung oleh kabut asap.
 
Baunya pun tak enak. Nafas jadi sesak dan tersengal. Beberapa orang yang hadir di lapangan terdengar merutuk. Merutuk asap yang tak juga pergi. " Ini belum seberapa, pernah lebih parah lagi," kata seorang Satpol PP yang saya tanya.
 
Wah, sekapan asap pagi ini saja sudah begitu menyiksa, bagaimana yang parahnya? Pertanyaan itu menyeruak begitu saja di benak. Dan pikiran, mulai membayang dan mereka sekapan asap yang paling parah dirasakan. Mungkin, siksa nafas akan lebih parah lagi. Karena pagi ini saja, nafas saya sudah mulai tersengal. Bahkan, sejak dari hotel tempat saya menginap, hawa sudah tak enak untuk dihirup. 
 
Acara ngopi di luar hotel yang saya bayangkan bisa jadi acara ngopi yang berkesan, buyar. Tak ada hawa pagi. Kabut memang datang. Tapi kabut jerebu, bukan kabut embun. Saya pun langsung merutuk saat itu. " Asap sialan. Terkutuklah pembakarnya,"  rutuk saya. 
 
Namun saat tadi malam, ada pernyataan menarik dari Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin. Dalam pernyataannya saat dicecar wartawan oleh berbagai pertanyaan tentang asap, Alex terkesan tak begitu percaya bila perusahaan pemilik lahan konsesi perkebunan yang jadi biang kerok. Alex justru terkesan menyalahkan alam. Katanya, ini pengaruh El Nino. Kekeringan tahun ini, lebih gila dari tahun sebelumnya. Lahan gambut pun mudah terbakar. 
 
" Ya hanya hujan, yang bisa memadamkannya," kata Alex. Nadanya pun pasrah. 
 
Seorang wartawan usai wawancara sambil berjalan tiba-tiba nyerocos. " Ah, Gubernur kok bela perusahaan. Sudah nyata-nyata ada tersangka dari perusahaan yang membakar lahan," katanya. 
 
 
 
 

Ikuti tulisan menarik Agus Supriyatna lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler