x

Ilustrasi multitasking. thenewdaily.com.au

Iklan

Gusrowi AHN

Coach & Capacity Building Specialist
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengenali 'Maunya' Orang yang Anda 'Lamar'

Meyakinkan orang melalui tulisan bukanlah perkara mudah. Kita harus pintar mem-branding siapa diri kita, sehingga sesuai dengan ekspektasi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bagian paling ‘menantang’ yang harus kita lewati ketika melamar pekerjaan, mengajukan aplikasi untuk mendapatkan beasiswa, ataupun untuk sekedar bisa ‘magang’ di lembaga ataupun institusi yang kita inginkan, adalah bagaimana dokumen yang berisi surat lamaran, CV, esei (jika ada) bisa meyakinkan tim rekrutmen. Ini adalah proses yang secara umum harus kita jalani, sebelum pada akhirnya, jika kita beruntung, maka kita akan masuk short list dan akan dipanggil untuk wawancara.

Meyakinkan orang melalui tulisan bukanlah perkara mudah. Selain harus pintar mem-branding siapa diri kita, isi tulisan kita juga dituntut untuk bisa menjawab apa yang diekspektasikan oleh tim yang melakukan rekrutmen. Inilah ‘teka-teki’ yang harus dipecahkan, karena sebagai ‘pelamar’, kita hanya berbekal kisi-kisi yang ada di dalam pengumuman rekrutmen.

Setidaknya ada hal-hal mendasar yang ingin dilihat seorang perekrut dari diri ‘pelamar’. Pertama, kesesuaian antara keterampilan dan kemampuan si pelamar dengan kebutuhan. Terlalu tidak ‘nyambung’ dengan kebutuhan si perekrut, pasti akan memudahkannya ‘mencoret’ anda dari daftar kandidat yang diharapkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam banyak kasus, seorang pelamar, ketika “mencari pekerjaan” misalnya, melakukan ‘jurus dewa mabuk’, mengirimkan lamarannya kemana saja. Tanpa mempelajari dengan seksama target yang ingin lamar.  “Yah siapa tahu kan?” begitulah landasan berpikir yang digunakan. Padahal, tanpa disadari, ia sedang ‘membuang’ waktunya untuk hal-hal yang sebenarnya bisa dipelajari dengan jelas.

Kedua, kesesuaian pengalaman yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah tindakan ataupun pekerjaan. Saat ini, nilai pendidikan ataupun Indeks prestasi yang tinggi tidak ‘serta merta’ menjadi ukuran seseorang akan bisa menjalankan tugas, pekerjaan dan tindakan dengan ‘baik’. Dibutuhkan pengalaman-pengalaman nyata yang mendukung.

Saat ini, sudah menjadi lazim, ketika banyak orang lebih memilih menimba pengalaman melalui program magang, dibanding langsung terjun ke dunia kerja, ataupun meneruskan belajar ke jenjang yang lebih tinggi. Nyatanya, pengalaman magang ini menjadi ‘nilai lebih’ di mata si ‘perekrut’.

Ketiga, kemampuan bekerjasama dalam tim. Inilah kualitas yang sangat penting, dan menjadi poin perhatian si perekrut dari diri seorang pelamar.  Tentunya, untuk menunjukkan kualitas ini, kita tidak saja sekedar menjelaskan dengan mengatakan ‘memiliki kemampuan bekerjasama dalam tim”. Namun, memberikan ilustrasi tentang berbagai pengalaman yang melibatkan kerjasama dengan banyak orang dari berbagai latar belakang, akan lebih meyakinkan.

Selamat mencoba!. # gusrowi 

Ikuti tulisan menarik Gusrowi AHN lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler