x

Iklan

Thamrin Dahlan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Meneladani Kehidupan Burung Walet dan Pohon Pisang

Ayat ayat Qauniyah bermakna ketika manusia jeli melihat fenomena alam. Alam terkembang menjadi media pembelajaran dari kehidupan makhluk selain manusia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mencontoh kehidupan burung walet dan pohon pisang bagi manusia tidak ada salahnya. Demikian antara lain mutiara hikmah Khutbah Jum'at 1 Syafar 1437 Hijriah di Masjid Jami An Nur Polsek Ciracas Jakarta Timur dari Khatib KH DR. Mahfuzd. Khatib memulai khutbah dengan menjelaskan ayat ayat qauniyah, yaitu ayat ayat yang terdapat di alam terkembang.

Beliau dalam khutbah singkat menyampaikan 2 pertanyaan kepada jamaah. Pertanyaan itu adalah : Apa beda burung walet dengan oknum anggota dpr? dan  Apa beda pohon pisang dengan oknum birokrat. Tentu saja lemparan pertanyaan ini tidak dijawab oleh sekitar 600 jamaah Shalat Jumat di  Masjid yang terletak di jalan Raya Bogor Km 21.  Jamah terdiam henyak mendengarkan khutbah yang disampaikan dengan suara  tegas jelas dan lantang yang mampu menusuk kalbu.

Inilah methode khutbah yang menarik bersebab disampaikan secara  singkat padat dan tidak membosankan. KH DR Mahfud lebih lanjut menjelaskan bahwa burung walet adalah sejenis khewani yang sangat bermanfaat bagi manusia.  Burung walet banyak dipelihara "lepas" oleh rakyat dengan menyediakan rumah mewah bergedung tinggi. Rumah itu di beri lubang lubang kecil sepadan dengan bentuk tubuh burung walet.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sementara di daerah pantai atau di tebing tebing tinggi, secara tradisionel warga memanen air liur burung walet. Ya disinilah letak keunggulan khewan hitam itu dilihat dari manfaat keberadaannya di dunia. Air liur manusia sesungguhnya menjijikkan namun air liur burung walet menjadi  komoditi ekspor yang menghasilkan devisa negara. Diperkirakan harga 1 kg air liur walet  berkisar 7-8 juta rupiah.

Jangan lagi mempersoalkan oknum anggota drpr yang terlelap ketika sidang paripurna digelar di gedung bundar. Kenapa demikian, karena secara tidak disadari setiap manusia  yang tidur dapat dipastikan memproduksi air liur. Nah berbeda dengan air liur burung walet maka tidak pula sampai hati kita memperbandingkan kedua produksi anatomi kedua makhluk itu ditilik dari nilai nan terkandung didalamnya.

Sebelum mengakhiri khutbah  Khatib memberikan satu ayat qauniyah lagi. Kini Dr Mahfuzd meng ibarat kan kehidupan  pohon pisang sebagai suri ketauladanan nan patut di contoh manusia.  Pohon pisang pada glaibnya adalah salah satu makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa yang tidak akan mati sebelum memberikan hasil. Hasil berupa buah pisang nan lezat itu tentu sangat digemari oleh masyarakat.  

Malah Khatib mejelaskan kepada jamaah tentang kehebatan pohon pisang dimana makhluk ini tidak akan mati walaupun di tebas berkali kali sebelum dia menghasilkann buah pisang.  Pisang akan tumbuh dan tumbuh lagi, Nah setelah dia berbuah bertandann tandan untuk memberikan manfaat bagi manusia barulah dia rela meninggalkan dunia fana itu. Itupun pisang masih meninggalkan anak keturunan sebelum wafat. Tentu saja sekali lagi  tidak tega membandingkan  perilaku pohon pisang dengan oknum birokrat di negeri ini. Apakah mereka memberikan manfaat dalam pelayanan publik atau sebaliknya mempersulit rakyat ketika berurusan, jawaban pertanyaan ini terpulang kepada rumput nan bergoyang. 

Apa makna yang bisa dipetik dari 2 ayat qauniyah ini bagi peri kehidupan anak manusia di bumi.  Hikmah nan terkandung dari isi khutbah DR Mahfud agar manusia dalam memdawamkan kehidupan di dunia bisa mencontoh peri kehewani burung walet dan peri tetumbuhan pisang. Seyogyanya selama hayat masih dikandung badan hendaknya setiap manusia bermanfaat bagi dirinya, keluarrga dan bagi orang banyak.

Selain itu manusia diharapkan aktif  dalam kapasitasnya masing masing karena defenisi sehat menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah bukan sekedar bebas dari penyakit tetapi juga orang yang produktif. Bukankah sering kita  dengar nasehat orang tua nenek moyang dahulu kala ketika ber ujar  bahwa orang yang baik adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Point yang ingin saya sampaikan disini, kehidupan ini berjalan terus sampai bertemu  satu titik ketika ruh meninggalkan jasad.

Jadi mari kita berkehidupan yang baik dan benar mempedomani kitab suci Al Quran dan Sunah Rasul Nabi Muhammad SAW. Jadilah umat yang berjuang dalam koridor Jihad,  Jihad bukan berarti berperang fisik melawan penjajah namun jihad yang sesungguh nya adalah berperang melawan hawa nafsu diri sendiri.  Selanjutnya sempurnakan pengabdian seutuhnya dan  semampunya itu untuk semata menggapai Redha Allah SWT bagi kemaslahatan umat sedunia.

 
Ilustrasi dokumentasi foto :  Reps-id.com. 
Salamsalaman
TD

Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler