Kompromi kok 'Win-win Solution'
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBHasil dari sebuah kompromi memang terjaganya hubungan baik diantara dua orang yang sedang berkonflik. Namun, hasil sebenarnya tidaklah "Win Win"
"Kompromi adalah ‘win-win solution’”. Itu adalah salah satu dari pernyataan dalam pre-test di dalam pelatihan resolusi konflik yang sering saya lakukan. Partisipan belajar hanya cukup melingkari pilihan jawaban ‘B’ (Benar) atau ‘S’ (Salah) yang ada di samping pernyataan tersebut. Ternyata, kebanyakan partisipan memilih melingkari “B” dalam merespon pernyataan tersebut.
Dalam menjelaskan hal ini, perdebatan panjang acap kali terjadi. Dengan kompromi, mereka berpandangan bahwa, kedua belah pihak yang berkonflik sama-sama diuntungkan, dan konflik dapat terselesaikan. Misalnya, terjadi konflik lahan antara masyarakat dengan perusahaan di industri perkebunan sawit. Ketika konflik diselesaikan dengan telah diberikan ganti rugi sesuai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak, maka hasilnya dianggap sudah memenuhi kriteria ‘win-win solution’.
Padahal proses yang terjadi sangat mungkin adalah ‘kompromi’. Dimana kedua belah pihak saling meyakinkan satu sama lain, agar menurunkan tujuan yang dimiliki. Misalnya, Masyarakat meminta ganti rugi 1000 atas tanahnya, dan Perusahaan hanya mau menggantinya 500. Ketika kemudian mereka memilih untuk berkompromi, maka ketemulah angka 750.
Dalam posisi ini, tujuan utama kedua belah pihak sebenarnya hanya tercapai sebagian. Perusahaan yang tadinya bertujuan untuk hanya mengeluarkan 500, pada akhirnya harus mengeluarkan tambahan 250. Demikian juga dengan Masyarakat, yang tujuan awalnya mendapatkan 1000, pada akhirnya harus menurunkan targetnya, dan hanya mendapatkan 750.
Artinya, kedua belah pihak sama-sama mengorbankan ‘sebagian’ tujuannya. Situasinya kemudian adalah lose-lose ataupun win-Lose. Meskipun demikian, kelebihan dari menggunakan pendekatan ini adalah terjaganya hubungan diantara kedua belah pihak.
Lantas, apa yang sebenarnya yang masuk kategori “Win-Win Solution”? Kolaborasi adalah jawabannya. Dimana keduanya bekerjasama, memikirkan satu sama lain, agar kedua belah pihak saling mendapatkan secara ‘penuh’ apa yang menjadi tujuannya. Sangat tidak mudah memang.
Dalam kasus diatas, jika didekati secara kolaboratif, maka setidaknya harus bisa menjawab ini: Bagaimana caranya agar perusahaan hanya mengeluarkan 500, namun masyarakat tetap mendapatkan 1000? Disinilah, diperlukan proses yang tidak sebentar, kreativitas dan berpikir out of the box adalah beberapa kunci utamanya. Salam Kolaborasi. #gusrowi.
Coach & Capacity Building Specialist
0 Pengikut
Mengenali Bahasa Penaklukkan
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBFleksibel Kan Membawamu Ke Tujuanmu
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler