Presiden PKS Sohibul Iman dan jajarannya telah menghadap Presiden Jokowi. Sowan seorang petinggi partai selalu mengandung berbagai makna. Utamanya adalah bagaimana posisi partai tersebut dalam percaturan politik di Indonesia. Selama ini PKS menempatkan diri sebagai oposisi bersama KMP. Lalu adakah posisi itu berubah setelah silaturahmi ke istana?
Memang dalam pernyataannya, PKS tetap menegaskan bahwa partai itu masih bersikap sebagai oposisi. Namun dijelaskan bahwa mereka adalah oposisi yang melakukan kritik membangun, mendukung ide pemerintah yang dinilai baik, dan mengkritisi kebijakan pemerintah yang kurang bermanfaat bagi rakyat Indonesia. Secara eksplisit maka, hal ini berarti PKS tidak akan 'segalak' sebelumnya terhadap pemerintah.
Dengan mendekatnya PKS ke Istana, berhembus isu bahwa akan terjadi pergeseran di DPR. Rumor yang beredar, tokoh-tokoh kontroversial dari fraksi PKS, akan diganti. Misalnya adalah Fahri Hamzah, yang selama ini bersuara 'nyinyir' terhadap pemerintahan Jokowi. Dia dengan sohibnya Fadli Zon menjadi orang yang paling senang mencerca apapun yang dilakukan oleh Jokowi.
Bagaimana menghitung peruntungan seorang Fahri Hamzah? Di dalam tubuh PKS sendiri terjadi pro dan kontra. Cukup banyak yang tidak menyukai Fahri Hamzah, yang dinilai justru membawa nama buruk bagi partai di mata masyarakat umum. Sedangkan orang yang mendukung Fahri Hamzah, umumnya adalah kaum muda yang masih mudah diprovokasi dan diindoktrinasi. Bahkan beberapa anggota KAMMI dari sebuah uiversitas negeri, yakin bahwa Fahri Hamzah tidak akan dilengserkan dari kursi DPR.
Namun perhitungan politik berdasarkan pertemuan di Istana menyiratkan adanya negosiasi yang berbeda. Kemungkinan pertama adalah, PKS diberi kesempatan masuk ke dalam kabinet, dan ini berarti akan terjadi reshufle di akhir tahun. Tapi hal itu harus dibayar oleh PKS dengan melengserkan Fahri Hamzah dkk. Kemungkinan kedua, Fahri Hamzah masih dibiarkan sebagai anggota DPR, tapi tidak menduduki posisi yang penting. Ada peringatan khusus yang harus dipatuhi oleh Fahri Hamzah. Kemungkinan ketiga, farksi PKS dipaksa untuk 'jinak', tidak boleh menyerang Jokowi tanpa alasan yang kuat.
Pada masa DPR reses ini, adalah masa penantian yang mendebarkan bagi Fahri Hamzah. Sebab dalam masa itu, para petinggi PKS berembug untuk menentukan nasibnya. Banyak orang akan bersuka cita jika Fahri Hamzah berhasil digusur dari gedung DPR. Setidaknya, berkurang orang yang sering membuat gaduh di gedung yang seharusnya menjadi wakil rakyat tersebut.
Ikuti tulisan menarik muthiah alhasany lainnya di sini.