x

Iklan

Ricky Vinando

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengapa ISIS Menyerang Jakarta?

Aksi kelompok radikal negara islam Irak dan Suriah (ISIS) sudah benar-benar membuat dunia harus bersatu untuk menghabisi jaringan yang terpusat di Suriah

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pasca ledakan dan penembakan yang terjadi di kawasan Sarinah, MH Thamrin, Jakarta Pusat. Presiden Jokowi langsung memerintahkan Kapolri Jendral Badrodin Haiti dan Menkopolhukam , Luhut Binsar Panjaitan untuk segera menangkap pelaku pengemboman dan penyerangan serta menangkap pula jaringannya. Namun jika dipahami dan dicermati pola-pola yang terlihat dalam ledakan yang cukup membuat rakyat dunia terkejut adalah miripnya pola serangan teroris sebagaimanan yang pernah terjadi di negeri modern, Paris, Perancis beberapa pekan lalu.

Dan tak hanya itu, ledakan disertai dengan aksi penembakan ini juga diyakini masih memiliki keterkaitan dengan peningkatan status siaga 1 bagi Indonesia pasca ditangkapnya sejumlah anggota ISIS dibeberapa provinsi di Indonesia. Bagi ISIS siaga 1 yang pernah ditetapkan Indonesia saat meyambut malam pergantian malam tahun baru, membuat kelompok radikal ini merasa tertantang untuk menjebol sistem pertahanan dan keamnana dalam negeri Indonesia. Dimana sebelumnya, kelompok ISISjuga  sudah memperingatkan Indonesia akan ledakan seperti di Paris, Perancis. 

Target kelompok ISIS saat itu salah satunya ialah menyerang Polda Metro Jaya. Namun apa yang terjadi hari ini makin mengidikasikan bahwa Indonesia harus tetap berada dalam status siaga 1 hingga batas waktu yang tidak bisa ditentukan. Pasalnya ledakan yang terjadi di kawasan bisnis tersebut sudah mengindikasikan pertahanan Indonesia masih tergolong lemah dan dengan mudahnya ditembus oleh kelompok radikal ISIS. Lemahnya sistem keamanan Indonesia tidak bisa menyalahkan aparat kepolisian maupun intelijen karena kepolisan dan intelijen sudah bekerja keras menangkal semua aksi teror jelang pergantian tahun baru dengan menangkap kurang lebih 9 teroris yang dimana sudah merencanakan untuk melakukan panggungnya saat itu, dan itu berhasil digagalkan oleh Densus 88 Anti-teror.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kelompok teroris ISIS kian cepat tumbuh dan berkembang. ISIS menyasar semua negara-negara yang menurutnya menjadi musuhnya. ISIS bahkan saat ini sudah berhasil menjadikan kota Raqqa sebagai ibukota de facto dari negara islam Irak dan Suriah (ISIS). Berhasilnya ISIS memiliki ibukota di kawasan Suriah tersebut mengindikasikan bahwa saat ini, ISIS sudah makin tidak bisa terbendung lagi oleh semua koalisi yang saat ini sedang berkoalisi untuk menumpas kelompok ISIS yang makin hari makin menakutkan sekaligus lebih menyeramkan dari kelompok teroris lainnya macam Al-Nusra-sayap ISIS, Boko Haram di Afrika Tengah dan Al-Qaidah yang kini juga sudah tersebar dibanyak negara melalui jaringan-jaringan yang telah dibentuk dan dibangunnya.

Keberhasilan ISIS merebut 85% wilayah di Suriah dan 60% wilayah di Irak harus menjadi warning atau peringatan bagi semua negara di dunia bahwa saat ini ISIS makin sulit untuk dilawan terlebih lagi meskipun sudah ada tiga koalisi besar yang selalu menumpas ka-kap dan basis-basis ISIS di kawasan Suraih dan Irak, namun ternyata hal tersebut tak berhasil membuat ISIS makin lemah, yang ada justru ISIS makin kuat dan kian tak tertandingi oleh tiga koalisi besar tersebut. Kecurigaan akan senjata-senjata yang dimiliki oleh ISIS pun kian menjadi-jadi. Salah satu senjata canggih yang dimiliki ISIS dalah jenis F-16 sebanyak 160 unit. ISIS diketahui saat ini sedang giat-giatnya menjual minyal yang dicurinya dari sumur-sumur minyak di wilayah Suriah.

Minyak-minyak tersebut dijual oleh kelompok militan ISIS ke Turki, hal ini adalah sebuah fakta yang tak terbantahkan karena otoritas keamanan Rusia berhasil membaut investigasi beberapa pekan lalu yang mana hasilnya sangatlah mengejutkan yakni ISIS melalui truk-truk yang dimilikinya sudha berhasil menjual minyak ke negara Turki, yang mana perlu diketahui pula bahwa Turki masuk dama koalisi Amerika Serikat dan Saudi Arabia dalam memerangi kelompok ISIS, Namun yang terjadi ISIS justru seolah ‘’berteman baik’’ dengan negara-negara yang tergabung dalam dua koalisi tersebut, terkecuali koalisi yang dipimpin Rusia. ISIS sudah terjepit , Maka tak ada pilihan lain selain lelebarkan sayapnya diluar Timur Tengah.

Hal ini makin menguatkan kecurigaan kita selama ini bahwa ISIS memang bentukan dari negara-negara yang mengklaim memusuhi ISIS, Tapi faktanya tidaklah demikian. Meskipun ISIS melakukan penyerangan dan pengeboman di negara-negara yang tergabung dalam dua koalisi besar dunia, yakni Koalisi Amerika Serikat dan Saudi Arabia, tindakan tersebut sudah melalui proses hitung-hitungan dan pertimbangan yang matang. Sebelum menyerang Indonesia, ISIS sudah terlebih dulu menyerang Paris, Perancis hingga Turki pun diserang oleh kelompok ISIS. Yang jadi pertanyaan besarnya adalah mengapa ISIS menyerang negara-negara yang selama ini ‘’berteman baik’ dengan ISIS?

Salah satu alasan utama dibalik tindakan cepat dan gerak cepat ISIS yang dalam beberapa waktu terakhir melakukan serangan di banyak negara adalah untuk meningkatkan eksistensi ISIS di mata dunia internasional. Khususnya di Indonesia, karena sebelumnya ISIS juga pernah menantang Moeldoko saat masih menjabat sebagai Panglima TNI. Alasannya pun sangat sederhana, ISIS pun akan mengicar dan menyerang semua yang mengatakan harga mati pancasila bagi Indonesia. ISIS saat ini tenagh mencoba-coba untuk sedikit demi sedikit , dan perlahan-lahan untuk mulai merusak ideologi sekaligus falsafah bangsa Indonesia, Pancasila. Bagi ISIS pancasila tak sejalan dengan ajaran-ajaran yang diterapkan oleh kelompok biadab layaknya binatang tersebut, Karena ISIS akan mengabisi semua yang tak sejalan , tak seprinsip dengan kelompok teroris yang diduga bentukan dari Amerika Serikat  dan Israel ini.

Mengapa tidak menyerang Israel atau Amerika Serikat? Justru Israel adalah wilayah yang paling dekat dengan ISIS dari Suriah. Mengapa pula ISIS tak menyerang Amerika Serikat yang ‘’katanya’’ selama ini sudah menghajar dan menyerang ISIS secara membabi-buta? tetapi yang terjadi justru ISIS malah menyerang Jakarta secara membabi-buta lewat pengantin (julukan pelaku bom bunuh diri) yang sebelumnya sudah ditentukan oleh kelompok militan ISIS yang dipimpin oleh Abubakar al Baghdadi. Kelompok Baghdadi ingin terus menunjukkan eksistensinya kepada seluruh dunia bahwa meskipun diserang secara membabi-buta lewat jalur darat, udara. Kelompok ISIS tetaplah kuat dan bahkan makin tak tertandingi. Dan hal ini kian membantah bahwa kebenaran Amerika Serikat tidak pernah menyerang ISIS yang merupakan peliharaannya sendiri bersama Israel.

Selain alasan perlunya eksistensi bagi kelompok pimpinan Baghdadi ini, situasi geopolitik yang terjadi di Timur Tengah saat ini juga sudah berhasil membuat eksistensi ISIS terancam, terlebih lagi ketegangan diplomatik antara Saudi Arabia dan Iran juga makin membuat eksistensi ISIS di Timur Tengah sedikit terjepit. Maka tak ayal kalau ISIS mulai melakukan penyerangan-penyerangan terhadap banyak negara, termasuk Turki yang selama ini menjadi negara konsumen minyak dari ISIS. Bagi Bahgdadi tak ada pilihan lain selain menyerang negara-negara lain, karena hanya dengan cara itulah ISIS akan tetap terlihat makin biadab, makin menakutkan. Kita ingat pula bahwa sebelumnya sudah terungkap bahwa ISIS menjual organ tubuh dari budak-budak seks yang selama ini sudah dijadikan oleh militan IIS sebagai pemuas syhawat seksual militan ISIS.

Hati dan ginjal menjadi salah satu komoditi yang diperdagangkan oleh kelompok teroris paling biadab di abad ke-21 ini. Selain itu perlu dicermati pula mengapa ISIS sampai bisa mmeiliki banyak senjata-senjata canggih  selain F-16 yang jumlahnya ada sekitar 160 unit. Tentu jawabannya sangatlah gampang, ISIS tak mungkin punya banyak dana tana adanya dukungan dan penyandang dana bagi kelompok yang sudah memiliki ibukota secara de facto ini.

Amerika Serikat diketahui menjadi mesin pengedor ISIS di Suriah dan Irak, tetapi yang terjadi dan terbaca justru Amerika Serikat yang menjadi penyandang dana bagi kelompok ISIS, terlebih lagi sebelumnya terungkap pula sebuah fakta dari Turki bahwa anak dari Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan sempat berfoto dengan pimpinan ISIS dan lebih mengejutkan lagi militan ISIS yang terluka parah di medan pertempuran oleh putri Presiden Erdogan malah diberikan pengobatan di Turki. Menjadi sebuah tanda tanya besar apa yang sudah dilakukan Turki dibalik makin eksisnya ISIS saat ini.

Kembali soal pengeboman dan penembakan yang terjadi di kawasan Sarinah, MH Thamrin, Jakarta Pusat kemarin. Sesungguhnya peristiwa yang terjadi kemarin adalah peristiwa yang memang sudah disiapkan secara matang oleh keompok pimpinan Abubakar al Baghdadi ini, karena sebelumnya kita tentu masih ingat bahwa sebelum malam tahun baru , Tim Densus 88 Anti-teror berhasil menangkap kurang lebih 9 teroris di bebarapa provinsi yang tersebar di Indonesia.

Dan saat diinterograsi oleh tim densus, pengakuan dari kesembilan teroris itu pun sangat mengejutkan karena kesembilan teroris tersebut akan menyelenggarakan konser besar sepanjang malam tahun baru-natal.Namun aksi tersebut berhasil digagalkan oleh Densus 88. Namun apa yang terjadi kemarin merupakan bentuk atau wujud nyata bahwa saat ini ISIS makin sulit untuk dilawan, terlebih lagi saat ini deredikalisasi pun tak nampak berjalan sesuai rencana.

Maka dengan begitu tak ada cara lain bagi pemerintah Indonesia untuk mencegah kelompok ini kian meluas dan menyebarkan pahamnya selain hanya melakukan pengamanan nasional dalam skala besar di semua provinsi dan meningkatkan sistem keamanan dalam negeri, hal ini menjadi penting agar paham-paham radikal yang dibawa ISIS serta penyebaran kelompoknya bisa terbendungi. Penguatan intelijen juga perlu dilakukan agar kelompk ini tidak menjadikan Indonesia sebagai tempat barunya setelah Suriah dan Irak. Hal ini bukan mengada-ada karena sebelumnya ISIS sempat menyebut akan menjadikan Indonesia sebagai negara islam di luar Timur Tengah.

Apalagi 85% mayoritas penduduk Indonesia adalah islam, dan inilah salah satu faktor utama yang membuat ISIS makin bernafsu menjadikan Indonesia sebagai negara lain di luar Timur Tengah sebagai basis penyebaran paham-paham yang diajarkan kelompok ini, yaitu membunuh bagi yang tak sepaham atau seideologi dan menghabisi terhadap yang tak mau ikut ajarannya. Maka sudah tak ada cara lain selain Indonesia merevolusi sistem keamanan dalam negeri, karena targdi berdarah kemarin menjadi bukti bahwa sistem pertahanan dan keamanan Indonesia masih gampang dijebol dan oleh karena itulah butuh revolusi melalui penguatan sistem keamanan dan pertahanan oleh pemerintah.

Ikuti tulisan menarik Ricky Vinando lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB