x

Iklan

indri permatasari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dua Hari Bersama Para Penebar Inspirasi

Kota ini boleh punya sejuta masalah, tapi tak pernah kekurangan mereka yang peduli, jika masih ada peduli, maka masih ada senyum yang akan dibagi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Sebuah pesan masuk dalam handphone saya malam itu membuat saya ingat akan sebuah janji yang telah saya buat beberapa waktu lalu. Sedikit khawatir tidak bisa memenuhinya karena masih terbelenggu dengan pekerjaan di luar kota yang tidak diperhitungkan sebelumnya. Namun  keyakinan bahwa niat baik akan selalu mendapat dukungan ternyata benar adanya. Semua hal bisa diselesaikan mepet pada waktunya dan janji pun dapat dibayar dengan lunas.

Akhirnya hari sabtu pun tiba. KaNaz (begitu saya memanggilnya) membuatkan kami itinerary untuk perjalanan ke Cilegon. Bermodalkan aplikasi Whatsapp kami pun janjian. Saya, kak Stella, Kak I Je, Oom Rob dan Oom Agus bertemu di UP untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan, oh ya ada Hilda juga rupanya. Hmm.. terus di manakah posisi KaNaz? Tentu saja dia nggak ada di sana, karena sudah curi start duluan satu hari sebelumnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam perjalanan yang lumayan membuat saya liyer-liyer ngantuk, kami ngobrol saja. Banyak diantara kami yang baru ketemu kali itu, tapi untunglah kami, eh saya orangnya sok akrab, jadi tidak ada masalah dengan kecanggungan dalam berinteraksi.

 Hari sudah menjelang petang  ketika kendaraan masuk wilayah Serang. Oom Agus  memutuskan mampir dulu ke rumah kerabatnya disana. Selain untuk silaturahim dan membuktikan bahwa beliau adalah orang asli Banten, tentunya juga ada benefit tambahan yaitu makan malam enak dan kenyang.

***

Di Padepokan Kopi

Perut kenyang dan ibadah sudah ditunaikan. Saatnya perjalanan dilanjutkan. Tempat pertemuan selanjutnya berlokasi di Padepokan Kopi. Menurut jadwal yang saya terima (lagi-lagi) dari Kanaz, acaranya dimulai jam 20,00 WIB. Dengan sedikit kemoloran waktu, acara Mencuri Ilmu Dari Buku pun sukses digelar. Menurut Kak Magda yang jadi sesepuh (siap-siap diprotes) di acara yang digelar seminggu sekali, kegiatan MIDB malam itu adalah yang ke delepan.

Malam itu buku yang dibahas adalah What Can We Learn From Traditional Societies? Miliknya Jared Diamond dan yang kebagian jadi malingnya adalah Oom Agus. Diskusi berlangsung hidup dan menarik. Walaupun akhirnya diskusi tak melulu soal buku, karena lebih asyik untuk sharing dan tukar informasi mengenai sekolah raya, buku dan pendidikan untuk anak-anak yang terpinggirkan. Bagaimana usaha dan hal yang sudah dilakukan untuk bisa membuat anak-anak yang kerap dipandang sebelah mata menjadi layaknya anak-anak lain yang boleh berbangga dengan prestasi dan pendidikan yang dilakoninya. Oh ya dalam kesempatan ini  hadir pula Gola Gong yang karyanya Balada si Roy pasti akrab bagi generasi agak djadoel.

Mas Gol A Gong pun turut hadir bersama

Malam makin larut dan layar panggung sudah saatnya ditutup. Disela  diskusi ada beberapa suguhan puisi  yang membuat saya terpukau, sungguh menyenangkan melewatkan malam bersama orang-orang yang peduli. Peduli seni, budaya, tradisi, pendidikan dan kemanusiaan.

***

Saya yang memutuskan untuk tidak ikut pulang rombongan dari Jakart

a akhirnya menjadi pengungsi sementara di rumah kak Magda. Waktu sudah beranjak pagi ketika kita sudah selesai bebersih diri. Sebagai tuan rumah yang baik dan sadis, kak Magda memperingatkan kami (saya dan Kak Anaz) untuk tidak ngerumpi dan langsung tidur saja karena pagi harinya masih ada acara lagi, wew takut.

Manusia boleh berencana, tapi Tuhan lah yang menentukan jua. Sesampainya di lokasi, acara jualan baju layak pakai sudah berlangsung ramai. Saya sungguh tak menyangka bahwa masih banyak yang antusias untuk menyambut acara ini. Baju-baju yang masih bagus kondisinya dijual dengan harga murah meriah lima sampai tujuh ribu rupiah. Tawar menawar yang seru dan terkadang lucu pun tak terhindarkan. Dan menjelang dhuhur kami  tutup lapak dengan hasil yang lumayan. Semua hasil hari ini didonasikan sepenuhnya untuk komunitas Hibah Buku terutama untuk biaya pengiriman buku ke lokasi-lokasi jauh yang tentu saja membutuhkan dana tidak sedikit.

 

Bekas yang menjadi berkah

***

 

Selepas siang dan kenyang mendoan, semua pasukan beranjak untuk pindah lokasi. Ceritanya mau piknik ke daerah Banten Lama, namun sebelumnya mau dolang dulu ke Saung edukasi tempat komunitas Buka Mata melakukan kegiatan rutinnya. Sekalian kenalan, sekalian silaturahim buat nanti ke depannya bisa saling membantu aksi yang lebih besar lagi. Begitulah rencananya.

Sesampai di lokasi kampung Cikerut, ternyata kegiatan bersama adik-adik masih berlangsung, dan yang datang cukup banyak. Ternyata ada komunitas Berbagi Nasi Cilegon yang ikut serta berpartisipasi. Ya sudah akhirnya ngobrol sana sini, sampai akhirnya bermufakat membentuk forum komunikasi. Mungkin inilah yang dinamakan lingkaran kebaikan.

***

Ada banyak yang saya dapat dari dua hari yang singkat ini. Sebagian besar mereka yang menceburkan diri dengan kerelaan hati untuk menjadi relawan komunitas adalah anak muda. Generasi yang memang diharapkan menjadi motor perubahan negeri ini menjadi lebih baik lagi. Di tengah godaan modernitas dan hedonisme yang lebih mementingkan gaya hidup kekinian dengan nongkrong di mall atau selfie dengan background tempat-tempat yang asyik, mereka dengan sadar diri bergerak dan membangun komunitas-komunitas dengan tujuan untuk berbagi. Berbagi dengan manusia-manusia yang luput dari perhatian. Mereka berusaha dengan niatan tulus, agar bisa membantu kaum marjinal untuk bisa mendapatkan hidup yang lebih baik, bahkan jika harus merogoh kocek sendiri untuk bisa mewujudkannya.

Ahh..siapa yang bilang kebaikan itu sudah sirna dari muka bumi. Kebaikan itu akan selalu ada, dan saya percaya bahwa tiap manusia dilahirkan dengan kebaikan dalam hati mereka, namun memang semua akan berubah seiring dengan bagaimana ia menjalani hidup dan kehidupannya. Maka tak ada salahnya untuk meluangkan waktu berkumpul bersama dengan orang-orang baik yang berbuat baik, siapa tahu saja nanti aura positif dalam lingkungan baik itu ikut masuk kedalam tubuh dan bisa tersebar, menular kemana-mana.

***

 

Semoga para pelaku kebaikan tidak pernah menyerah untuk selalu berbuat dan berbuat meski tanpa adanya sorotan dari siapapun. Semoga kalian tidak pernah kenal lelah untuk senantiasa bergumul melawan ketidakberdayaan meski tak ada lagi dukungan. 

 

Mencomot sebuah status "Kota ini boleh punya sejuta masalah, tapi kota ini juga tak pernah kekurangan orang-orang yang peduli”. Saling peduli, inilah kuncinya, kita manusia tak hidup sendiri karena bumi ini milik semua yang tinggal didalamnya.

---00---

Terima kasih banyak untuk semua yang sudah bersama-sama kemarin ;kak naz, oom rob, oom agus, kak magda dan kel, mas jimo, kak dita, kak I je, kak stella, Hilda, wawan, eha, isna, kholis, adi, irfan, ari, ijal, komunitas Rumah Buku Cilegon, semestarian, padepokan kopi, komunitas buka mata, ketimbang ngemis, berbagi nasi cilegon, pokoknya semuanya, dan bagi yang belum disebut bisa membully saya :D

 

 

 sebuah reportase abal-abal yang terlambat, semua foto adalah hasil nyolong dari FBnya Kak Magda

 

 

Ikuti tulisan menarik indri permatasari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler