x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Membaca Novel, Berpetualang ke Jagat Imajinasi

Cukup banyak novel terjemahan yang asyik dibaca.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Membaca novel bisa menjadi salah satu pilihan kegiatan yang mengasyikkan di akhir pekan. Bagi saya, inilah saatnya untuk berpetualang ke dunia imajinasi. Jenis fiksi panjang ini membawa saya menjelajahi banyak sekali hal: kultur, bahasa, watak, nuansa, sejarah, geografi, hingga lorong-lorong plot. Dalam membaca itulah saya merasa memperoleh pengayaan, bukan intelektual semata tapi juga emosi dan ruhani.

Setelah usai membaca A History of Seven Killings, karya Marlon James (penulis Jamaika), yang memabukkan itu—dengan puluhan karakter dan narator, saya beralih ke novel terjemahan. Ditulis oleh Geraldine Brooks, dan diterjemahkan oleh Femmy Syahrani, People of the Book, kelihatannya menarik untuk mulai dibuka halaman-halamannya. Alasan utama mengapa fiksi ini pantas dilirik ialah topiknya tentang buku dengan karakter utamanya Hanna Heath, seorang pakar buku langka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Membaca selang-seling dengan novel domestik tetap mengasyikkan. Sebagian kawan mungkin pernah menyampaikan kesannya mengenai ‘susah’nya membaca novel terjemahan (Mereka bilang: Wah, mood membaca saya jadi hilang!). Karena itu, mereka lebih suka membaca versi aslinya, mungkin dalam bahasa Inggris atau Spanyol atau Prancis atau yang lain. Menemukan buku dalam bahasa ibu penulisnya kadang-kadang lebih mudah ketimbang menemukan edisi bahasa Inggrisnya.

Kesan kawan-kawan itu dapat dimaklumi, sebab menerjemahkan memang bukan pekerjaan mudah, apa lagi menerjemahkan fiksi—novel dan cerita pendek—maupun puisi. Banyak rintangan yang mesti diatasi. Bila kalimat telah dialihbahasakan, masih ada diksi yang sangat memengaruhi bagaimana nuansa itu terungkapkan (kemarahan, kesunyian, kegugupan, keragu-raguan, dsb). Nuansa yang dibangun oleh penulis mungkin mengalami distorsi pula. Dalam hemat saya, ada banyak hal dalam novel yang lebih dari sekedar plot dan pengalihbahasaan kalimat-kalimat. Penerjemahan sangat mungkin mengubah rasa.

Dalam hemat saya, buku hasil terjemahan bukanlah buku yang sama persis dengan buku aslinya. Sebagian penerjemah memilih untuk berusaha keras menyajikan sebuah karya sesuai keinginan penulisnya. Betapapu, penafsiran penerjemah dan penyunting amat berpengaruh . Belum lagi jika bahasa Indonesia merupakan bahasa pengucapan ketiga. Contohnya, kumpulan cerita pendek Árpád Göncz (mantan presiden Hungaria, 1990-2000) yang diterjemahkan dengan bagus oleh almarhum Fuad Hassan dengan judul Pulang adalah versi bahasa Inggris (Homecoming and other stories) dari novel aslinya yang berbahasa Hungaria (Hazaérkezés).

Peluang untuk membaca novel dalam bahasa aslinya (Inggris, maupun bahasa-bahasa lain) memang semakin terbuka. Kehadiran internet memungkinkan saya, juga Anda, mengakses naskah-naskah berbahasa asing dalam format digital (untuk karya klasik dan gratis, bisa kita peroleh di Project Gutenberg). Bila novel dalam bahasa aslinya tidak bisa diakses, bisa membaca novel terjemahan pun sudah merupakan hal yang bagus.

Betapapun, kehadiran karya terjemahan tetap penting, sebab tidak semua orang menguasai bahasa asing. Padahal banyak karya penulis India, Jerman, Jepang, Jamaika, ataupun Afrika, yang memperkaya hidup. Penerjemahan memang memiliki persoalan sendiri, tapi lewat karya terjemahan inilah kita bisa mengenal pendongeng-pendongeng hebat dunia, sebutlah misalnya Alexander Solzhenytsin, Vladimir Nabokov, Umberto Eco, Arundhati Roy, atau Chinua Achebe. Kerap kali terjemahan yang bagus membantu saya dalam memahami sebuah cerita dengan lebih mengasyikkan. People of the Book, salah satunya, meskipun saya baru mulai membacanya.

Novel karya Irving Stone tentang Vincent van Gogh juga membawa saya menyusuri kehidupan pelukis Belanda yang begitu tragis ini. Saya tidak memiliki novel Lust for Life dalam bahasa Inggris-nya. Seandainya pun punya, belum tentu saya sanggup membacanya dengan lancar, sekalipun novel ini amat menarik. Banyak unsur lokalitas yang masuk ke dalam cerita ini—sesuatu yang saya rasa menjadi tantangan yang harus diatasi oleh penerjemah dan penyunting versi Indonesianya.

Bagaimana dengan Anda, novel (terjemahan) siapa yang mengesankan dan menjadi teman Anda akhir pekan ini? (sumber ilustrasi: edx.org) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler