Dunia Ini Punya Banyak Dimensi yang Menginspirasi

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Inspirasi yang sebenarnya saya dapati dari mereka yang menunjukkan bahwa dunia tersusun atas banyak dimensi yang menginspirasi

Ruang kelas itu masih kosong dan sunyi. Kaca jendela masih ditempeli embun. Hanya ada udara yang bergerak menyelubungi ruang kosong itu, hilir-mudik menembus ventilasi di atas jendela yang ditubuhi sawang-sawang. Kursi-kursi masih diatas meja. Dinding coklat dipenuhi tempelan-tempelan beberapa bagiannya mulai tampak retak. Seperti tak tahan lagi menahan beban yang terpaku di semua sisinya. Matahari di balik kepulan awan abu-abu mulai meninggi. Membuat manusia di bumi harus sedikit mendongakkan dagu bila berniat menjemputnya dengan pandangan mata, sekalipun hanya terlihat samar tertutup awan mendung yang membawa tiupan angin dingin penghujan.

Pintu kayu yang sebelumnya terkunci itu mulai terbuka. Satu-dua kursi terduduki. Kelas itu tak lagi kosong. Berpasang-pasang kaki mulai melangkah masuk melewati pintu itu dan menginjak lantai keramik putih yang di beberapa bagiannya sempal. Lalu lalang membuat ruang kosong itu tampak hidup. Menyebarkan serpihan debu di sana-sini yang kotor, tetapi punya sejarah. Sejarah yang menceritakan bagaimana sepatu yang membungkus kaki-kaki itu bisa membawa mereka sampai terhempas di lantai ke ruang kelas itu.

Sekitar dua dasawulan yang lalu, saya dipertemukan oleh Tuhan dengan 33 manusia ciptaan-Nya yang lain. Merekalah yang terakhir saya dapati menemani saya melangkahi sebagian masa krusial dalam hidup saya. Masa-masa yang mana opini publik mengatakan kebahagiaan mulai berkurang dan semuanya tinggal ilusi. Yang ada hanya cobaan dan ujian Tuhan yang datang bertubi-tubi. Adalah masa dimana manusia menggeser gelar kekanakkan dengan gelar kedewasaan, yang memaksa merubah sudut mata memandang banyak hal. Merekalah teman-teman Kelas XII MIPA 2.1 SMA N 1 Kendal.

Mereka ,embawa dimensi mereka masing-masing dengan kisah, cerita dan hikayat yang berbeda satu sama lain, tetapi sama-sama membawa kami bertemu di ruang kelas yang tidak lagi kosong dan sunyi itu. Di waktu-waktu penghujung awal, perkenalan satu sama lain membuat suasana mencair lebih cepat dari sisa-sisa salju yang meleleh menjadi air di atas rumput saat musim semi tiba.

Perlahan, mereka menyadarkan saya bahwa dunia tersusun atas banyak dimensi. Hikayat yang mereka bentuk dari perjalanan panjang mereka untuk bisa bertahan pada dimensi itu membuat saya sadar, bahwa hidup tak selamanya membuat mata berbinar. Terkadang perlu juga mengeryitkan dahi dan menyipitkan mata menahan rasa di bagian pahit dan asamnya, sampai mereka menjadi orang-orang yang saya kenal sekarang, yang duduk di meja dan bangku yang sama saat ini.

Ada satu dimensi dengan latar belakang yang gelap dan nyaris semuanya hitam. Tapi seorang dalam dimensi itu tetap berusaha mencari lentera untuk menerangi masa depannya, tanpa melupakan dan sesekali menengok gelapnya masa lalunya. Sampai akhirnya dia saya dapati berada di ruang kelas itu.

Ada dimensi lain yang membentuk hikayat sosok dididalamnya yang membutuhkan tidak sedikit pengorbanan sampai dia menginjakkan kaki di ruang kelas itu. Membelah ganasnya jalan raya Pantura puluhan kilometer untuk datang ke kelas itu setiap hari. 

Bahkan ada dimensi yang membentuk kisah yang selalu terlihat bahagia di ruang kelas itu. Sampai akhirnya saya menyadari, sebenarnya orang di balik dimensi itu hanya ingin kisahnya terlihat bahagia. 

Meskipun dimensi mereka hanya ada di sebagian kecil dari masa yang saya lewati dari panjangnya masa yang harus dan masih akan saya lewati, tetapi sejauh ini, mereka yang membuat saya masih bisa berkumul dengan mereka di ruang kelas itu. Membentuk dimensi saya sendiri dari kepingan dimensi-dimensi luar biasa mereka yang terekam di satu titik di otak saya. Mereka yang mengalirkan darah yang berbeda tetapi hatinya terisi batin yang sama. Mereka yang ikut merintih ketika terbentuk luka, sekalipun jarang terucap dalam doa. Mereka semua yang bersama-sama melewati sebagian masa mereka di ruang kelas itu. Merekalah inspirasi saya selama ini, yang membiarkan garis ini masih terurai panjang, bukan berakhir dalam runyamnya jurang keputus asaan.

Beberapa waktu lagi saya dan mereka akan melewati ujian akhir, selanjutnya satu per-satu diantara kami mungkin akan mengurai kisah selanjutnya pada dimensi masing-masing. Meninggalkan ruangan itu dan membiarkan kenangan-kenangan itu melayang dan menempel di langit-langit. Bersama lampu yang kadang memang harus dimatikan, agar kita mensyukuri saat-saat terang.

Dan keping-keping dimensi mereka yang menyusun bagian dalam dimensi saya, akan terus menjadi inspirasi bagi saya. Menunjukkan bahwa kita memang tidak bisa memilih bagaimana masa lalu kita terlewati, tapi kita masih bisa memilih bagaimana kita akan melewati masa mendatang. Dan bukan mengenai darimana kita berasal, tapi mengenai apa yang bisa kita berikan untuk daerah kita berasal.

#TEMPO45

Bagikan Artikel Ini
img-content
Budhi Fatanza Wiratama

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler