Sang Inspirator Monumen Keberagaman dalam Kebhinekaan

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tulisan ini menceritakan kisah Pater James Bharataputra S.J. yang begitu menginspirasi, dengan perjuangan yang gigih dia berhasil membangun sebuah Graha.

Jika Anda berkunjung ke daerah Sumatera Utara, khususnya ke kota Medan, Ibukota Provinsi Sumatera Utara ini, Anda pasti mendengar sebuah tempat, gedung, atau tepatnya sebuah Graha bernama Velangkanni. Melihat Graha yang letaknya di Jl. Sakura III No. 7 – 10, Perumahan Taman Sakura Indah, Tanjung Selamat – Medan ini pasti membuat pengunjung tertegun dan berdecak kagum karena keindahan ornamen, keunikan, dan bentuk bangunannya seperti kuil ataupun vihara, namun sebenarnya adalah sebuah Gereja Katolik yang fungsinya sama, yaitu tempat berdoa, tempat untuk melakukan ‘Wisata Rohani’ yang telah menjadi salah satu ikon wisata di Kota Medan dan terkenal hingga ke mancanegara.

Melihat Graha Annai Maria Velangkanni yang unik, sudah terkenal dan luas ini, karena luas seluruh bangunan, baik itu bangunan utama, maupun tempat parkir, sekitar 6.000 m2, maka kita berpikir ini dibangun oleh orang-orang yang sudah profesional dan arsitektur bangunanya pastilah didesain oleh arsitek hebat, ternyata tidak. Graha ini dibangun atas ide seorang Pastor Misionaris yang datang dan bertugas di kota Medan, seorang Pastor yang mengabdikan hidupnya di kota Metropolitan ini, berkarya dan menjadi Pendidik sekaligus Penggembala bagi siapa saja yang mau belajar dan mengabdi bagi Tuhan dan bagi sesama manusia. Lantas, siapakah Pater James sang inisiator dan kreator Graha bagi semua umat ini?

Kisah Pater James, Sosok Inspiratif Kalangan Muda

Pater James, Pendiri Graha Maria ini lahir di Mikaelpatnam, Tamilnadu, India Selatan, 3 Juli 1938. Kemudian dia masuk Novisiat SJ di Beeschi College, Dindigul, tahun 1957 – 1959. Dia merasa terpanggil untuk menjadi Gembala, maka dia melanjutkan studinya dan belajar Ilmu Teologi (Ilmu Agama) di Seminari Tinggi St. Paulus Keuntungan, Yogyakarta, tahun 1967 – 1969. Setelah tamat, Pater James muda kembali melanjutkan studinya di St. Mary’s Kuerseong India, dari tahun 1969 sampai dengan 1971. Pulang dari India, kehidupan Pater penuh dengan Missionaris (melakukan kegiatan misi Kerohanian dan berpindah-pindah tempat), dimulai berkarya di Hayam Wuruk, Medan medio tahun 1972 sampai dengan tahun 1983, Pater James kembali ditempatkan di Banda Aceh tahun 1983 sampai dengan tahun 1991. Setelah itu, dia berkarya di Papua tahun 1992 sampai dengan tahun 1995, dan kembali ke Sumatera Utara, tepatnya ditempatkan di Pematang Siantar dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000.

Nah, ketika di Pematang Siantar inilah menurut cerita beliau saat berdoa maupun saat tidur, sering dikunjungi oleh seorang Puteri, tepatnya oleh Bunda Maria yang meminta dia untuk mendirikan sebuah tempat doa yang persis sama seperti Graha yang ada di sebuah desa pesisir di Velangkanni, Tamil Nadu, India, ketika Bunda Maria menampakkan diri didesa tersebut sekitar abad ke-17 sama seperti Maria dari Lourdes, maupun Maria dari Fatima. Dengan kepercayaan penuh dan keteguhan hati, setelah memantapkan rencana, maka Pater James pun mengutarakan maksud hatinya itu kepada Keuskupan Agung Medan, dan dengan penuh Muzizat, Keuskupan Agung Medan yang kala itu masih di pimpin oleh Mgr. A.G. Pius Datubara, O.F.M. Cap menyetujui rencana itu dan diangkat sebagai Pelaksana Pembangunan Graha Maria Annai Velangkanni.

Penulis sendiri mengenal Pater James kala masih berstatus sekolah di SMU Seminari Menengah Pematang Siantar medio tahun 1995 sampai dengan tahun 1998. Kala itu, penulis masih mendengar nama beliau saja sebagai seorang Rektor dan Tenaga Pengajar di Seminari TOR (Tahun Orientasi Rohani) St. Markus Pematang Siantar yang tidak terlalu jauh dari tempat penulis menuntut ilmu. Menurut kakak-kakak kelas, Pater James adalah sosok yang disiplin tinggi, namun mengajar dengan penuh profesional, berdedikasi tinggi, dan menempatkan slogan “Pro Exclesia et Patria”, “Untuk Gereja dan Tanah Air” dalam berkarya, itulah penilaian penulis kala mengenal Pater James.   

September 2001, mulailah Pater James membangun Graha Maria Annai Velangkanni ini dengan penuh suka dan duka. Setelah penulis melanjutkan studi ke kota Medan, penulis sering berkunjung ke Graha ini saat masih dalam proses membangun, saya lihat bagaimana para pekerja tidak ada yang mengeluh, semuanya yang rata-rata adalah warga masyarakat sekitar yang tidak punya pendidikan yang tinggi, tidak punya keahlian khusus tentang bangunan, yang tidak punya pekerjaan tetap diajak oleh Pater James untuk ambil bagian dalam proses pembangunan ini. Yang lebih mengejutkan lagi, bantuan datang saja dan darimana saja untuk mendanai pembangunan Graha ini. Pater James tidak pernah mengeluh kekurangan dana atau biaya, baik itu untuk bahan bangunan maupun untuk gaji para pekerja.

Pembangunan Graha ini berlangsung selama empat tahun dan menghabiskan total dana sebesar 4 milyar rupiah. Dana datang dari kemurahan hati para pecinta Bunda Maria dan dermawan yang terpanggil hatinya untuk memberikan sebahagian dari rezeki mereka untuk pembangunan Graha ini, baik yang Katolik maupun non Katolik. Menurut Pater James dana yang datang 60% berasal dari Indonesia sendiri, 30% dari Singapura, dan selebihnya dari Malaysia, India, dan Dubai yang menandakan bahwa Graha ini memang benar-benar sampai dengungannya ke luar negeri.

Mukjizat Selama Pembangunan Graha

Pengalaman inilah yang membuat saya yakin dengan ucapan seperti ini “Bagi Tuhan, tidak ada yang tidak mungkin”, semuanya jadi mungkin jika kita yakin dan percaya, jika kita berserah semuanya kepada Tuhan dan berusaha atau bekerja keras untuk mencapai tujuan ataupun cita-cita yang baik itu. Graha Maria Annai Velangkanni yang sangat megah ini (lihat gambar) dikreasikan oleh Pater James seorang diri dan seperti apa bentuk bangunan yang diingini oleh Pater James, dapat diaplikasikan oleh seorang anak muda bernama Andreas yang secara tidak sengaja bakat melukis luar biasanya ditemukan oleh Pater James berkat jasa kakaknya. “Saat itu kakak saya mendengar kala Pater James berencana akan mendirikan Graha ini tahun 2001, dan saya diminta oleh kakak saya untuk melukis Maria Annai Velangkanni, Bunda Maria yang memakai jubah berwarna emas dan menggendong Kanak-Kanak Yesus”. Pater James kaget melihat karya Andreas ketika disodorkan oleh sang kakak. Lukisan yang dibuat oleh Andreas persis sama seperti Bunda Maria yang menampakkan diri pada abad ke-17 di desa pesisir Velangkanni, Tamil Nadu, India, juga persis sama seperti yang sering muncul dalam doa dan mimpi Pater James.

Sejak saat itu, Andreaslah yang menjadi arsitek yang membuat patung dan ukiran di Graha tersebut sesuai dengan keinginan Pater James. Pater James sendiri menjuluki Andreas sebagai “Michelangelo” dari Medan, berkat keterampilan autodidaknya, karena Andreas hanyalah tamatan STM. Hasil kerja keras dan doa yang tiada henti, tahun 2005 Graha Velangkanni ini rampung sudah dan diresmikan tanggal 01 Oktober 2005, Graha ini dikunjungi ribuan orang dan diresmikan langsung oleh Wakil Gubernur Sumatera Utara, Dr. Rudolf Pardede dan Uskup Agung Medan Mgr. Pius Datubara, OFM. Cap. Inilah hasil karya manusia berkat Mukjizat Tuhan karena dibangun berkat dana para donatur dan tangan-tangan amatiran, bukan profesional.

Graha ini menjadi simbol keberagaman suku, budaya, dan agama yang ada di Indonesia, khususnya di kota Medan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Keberagaman yang indah, jika dimaknai dalam perspektif Bhineka Tunggal Ika. “Ini Graha, rumah tempat orang mencari pengalaman dan mengalami kuasa Tuhan”, tegas Pater James. Semua orang dari suku dan agama apapun boleh datang ke Graha ini, asalkan niatnya berdoa, atau sekedar mengagumi juga boleh asalkan niatnya baik. “Beberapa hari setelah diresmikan datang keajaiban. Sebuah mata air muncul tepat di bawah kaki patung Bunda Maria. Akhirnya banyak orang datang untuk minum air dan percaya air tersebut dapat menyembuhkan. Maria Annai Velangkanni memang dikenal sebagai Maria Bunda Penyembuh. Kami mengundang Anda untuk datang dan melihat sendiri, karena melihat maka percaya,” tegas Pater James kala wartawan dari salah satu surat kabar nasional ternama mewawancari beliau di Graha ini beberapa waktu yang lalu.

Mukjizat Air muncul dari dalam tanah

Jauh sebelumnya, ketika proses pembangunan tepatnya tanggal 02 November 2002, terjadi kebakaran di rumah kost yang ditempatinya di Jl. Kediri No. 27 Medan pada pukul 02.00 Wib dini hari. Kala itu Pater James sedang ke Aceh melaksanakan tugas, di kamar kostnya dia menyimpan uang sejumlah 10 juta rupiah dan properti Gereja. Peristiwa itu menghanguskan seisi rumah, namun mukjizat terjadi saat mengais reruntuhan, Pater James menemukan 2 buah Alkitab, 1 buah Puji Syukur dan setumpuk uang tunai 10 juta rupiah masih utuh tidak ikut hangus terbakar.

Bagi penulis sendiri, juga sudah banyak yang merasakan mukjizat ketika berdoa dan menyerahkan segala harapan dan cita-cita atau keinginan hatinya dengan tulus dan iklas di Graha ini berhasil. Penulis sendiri mengalami berkat ketika menyerahkan segala cita-cita atau keinginan di Graha ini setiap kali datang dan berdoa ditempat ini. Lulus CPNS tahun 2010 merupakan berkat terindah yang penulis rasakan dan nikmati sebagai bagian dari proses mengenal Graha ini. Di Graha ini juga penulis menemukan tambatan hati yang sekarang menjadi pendamping hidup penulis.

Mukjizat Uang dan Alkitab tidak terbakar

Selang setelah sebelas tahun, Graha ini telah mengalami beberapa perubahan. Kegigihan dan ketekunan hati Pater James untuk membangun dan merawat ikon keberagaman dalam Persatuan dan Kesatuan dalam rupa Graha Velangkanni ini sangat menginspirasi dan harus saya apresiasikan dalam bentuk tulisan ini. Semoga keinginan Pater James agar Perdamaian dan Kedamaian tercipta di bumi Nusantara ini terjaga dengan baik. Keinginan yang baik dan tulus yang disertai dengan Doa yang kuat, akan menghasilkan apa yang kita harapkan. Awal tahun 2016, Jakarta, bahkan Indonesia dikejutkan oleh teror bom bunuh diri yang mengancam situasi Indonesia yang kondusif. Sosok Pater James seharusnya menjadi sosok inspiratif yang perlu kita teladani, karena mampu membuat sebuah karya nyata di bumi Indonesia, walau sebenarnya dia menjadi WNI baru tahun 1989.

“Saya membangun ini (Graha Maria Annai Velangkanni) bukan karena mukjizat, melainkan supaya terjadi Mukjizat di sini (di Medan khususnya, di Indonesia pada umumnya”, terang Pater James mengingatkan kita bahwa Misi yang dibawa oleh Pater James adalah Terwujudnya Perdamian dan Kedamaian, Persatuan dan Kesatuan di Indonesia yang kita cintai ini. Pater James yang telah berusia 78 tahun ini masih terlihat semangat untuk menggelorakan semangat Perdamaian sebagaimana misi yang ditugaskan kepadanya, juga mengabarkan suka cita keberadaan Graha Maria Annai Velangkanni bagi semua umat di dunia. Kini dengan ditopang tongkat (karena faktor usia) dan tidak pernah pakai sandal sebagai ciri kasnya, Pater James masih menyambangi para pengunjung yang datang, baik itu pengunjung lokal maupun mancanegara untuk menjelaskan makna-makna dari simbol yang ada di Graha yang arsitekturnya bergaya Indo-Mongol ini.

Akhir kata, semoga Pater James selalu sehat, semangatmu untuk menggelorakan kabar sukacita, kabar baik dan prinsip “Tiada yang mustahil asal kita tekun berdoa dan bekerja”, dapat kami teladani, dan semoga tulisan yang sederhana ini dapat membuka ruang hati kita, bahwa Persatuan dan Kesatuan, Perdamaian dan Kedamaian adalah tujuan hidup kita sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Semoga Graha ini dan buah pemikiran Pater James menjadi simbol bahwa kita hidup di dunia ini adalah sama Hak dan Kewajibannya, Harkat dan Martabatnya. Semoga...!!   

Bagikan Artikel Ini
img-content
Agus Oloan Naibaho

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler