x

Iklan

Maria G. Soemitro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sano Menjawab Tantangan Bung Karno

Sano, seorang pemuda yang yakin bahwa masalah sampah bisa diselesaikan dengan gerakan sosial yang terancang dengan baik dan konsisten mewujudkannya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Detak waktu berlalu dengan cepat menuju tanggal 21 Februari 2016, Hari Peduli Sampah Nasional. Saat 801 komunitas di 155 kota/kabupaten yang tersebar  di 34 provinsi Indonesia, secara serempak mengadakan rangkaian acara peringatan longsornya sampah yang mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia.

Puncak peringatan adalah mulai diberlakukannya peraturan kantong plastik berbayar. Pembeli di ritel moden tidak lagi menerima kantong plastik gratis, tapi harus membayar. Jika enggan, ada alternatif  lain yang bisa dipilih yaitu menggunakan kardus bekas  yang disediakan gratis atau membeli tas pakai ulang.

Tujuannya agar warga masyarakat bijak menggunakan kantong plastik. Karena  walaupun  memiliki konsekuensi lingkungan yang teramat mahal,  kantong plastik diberikan secara gratis.  Rata-rata pemakaiannya hanya 25 menit, padahal sampah kantong plastik baru terurai di alam setelah ratusan tahun. Sehingga tidak aneh, sampah kantong plastik nampak dimana-mana, di setiap penjuru kota dan menghiasi sungai  bak bunga sampah. Akhir kisah bisa diduga, setiap musim penghujan tiba maka saluran air akan memuntahkan sampah yang telah menyumbat alirannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gelisah melihat situasi ini, pada tahun 2010 Mohamad Bijaksana Juneronaso atau yang akrab dipanggil Sano bersama teman-temannya merancang  suatu gerakan perubahan  dibawah kibaran bendera Greeneration Indonesia (GI) . GI mengambil nama Greeneration,  nama  Himpunan Teknologi Lingkungan ITB, tempat Sano merampungkan kuliahnya pada tahun 2006.

Mereka mencanangkan Diet Kantong Plastik dengan mempertimbangkan fakta bahwa  sebetulnya setiap individu bisa ikut aktif berpartisipasi mengatasi sampah. Caranya mudah,  hanya dengan mengurangi penggunaan kantong plastik.  Toh untuk mewadahi barang, ada banyak solusi alternatif.

Kebiasaan penggunaan kantong plastiksebetulnya  baru berlangsung sekitar 50 tahun, namun akibatnya begitu dahsyat, dunia nampak tenggelam dalam lautan sampah plastik.  Apa yang dilakukan Sano sangat sesuai dengan hukum Herman Daly III mengenai pembangunan berkelanjutan:

“Melepaskan limbah ke alam tidak lebih cepat dari kemampuan memurnikan diri yang dimiliki alam”

Gagasan Sano  menghendaki warga masyarakat keluar dari zona nyamannya,  sehingga tidak heran banyak pihak skeptis dan meragukan keberhasilan gerakan sosial tersebut. Namun sebagai akademisi, Sano menjawab dengan menyusun langkah-langkah yang mendukung kampanyenya:

Data. Merupakan hal penting dan utama yang harus dikerjakan dalam mendukung gerakan perubahan. Tidak bisa sembarangan mengatakan bahwa gunungan sampah ada dimana-mana tanpa menyebutkan datanya  secara rinci dan akurat.

Konsisten. Dimulai sejak tahun 2010, Sano menggalang simpatisan dan sukarelawan untuk mengkampanyekan gerakan perubahan di ruang-ruang publik dan aktif mengisi setiap kesempatan yang memungkinkan. Sehingga  diet kantong plastik merupakan bagian kehidupannya sehari-hari.

Segmentasi. Dengan cerdik Sano membidik kelompok anak muda untuk bergabung membuat gerakan perubahan. Anak muda umumnya sering gelisah dalam pencarian diri dan tertarik melakukan kegiatan-kegiatan baru. Daripada  tak tentu arah, Sano mengajak mereka untuk mengambil porsi dalam gerakan perubahan Indonesia yaitu mengurangi  (diet) penggunaan kantong plastik dan menggantinya dengan tas pakai ulang berbagai bentuk hingga terkesan trendy. Diharapkan aksi yang mereka lakukan akan menular ke orang tua dan kerabat sehingga perubahan akan lebih menyeluruh karena masalah sampah adalah masalah bersama.

Jargon. Jargon yang mudah diingat dan dicerna merupakan salah satu senjata kesuksesan gerakan mereka.  Diet Kantong Plastik, Pay4Plastik, Waste4Change dan kini Bebassampah2020 merupakan sebagian slogan mereka yang berhasil menarik minat publik. 

Kolaborasi. “Kolaborasi adalah keniscayaan” merupakan salah satu prinsip Sano, sehingga tidak heran,  dengan berbenderakan  Greeneration Indonesia, Sano berkolaborasi dengan Change.org, Ciliwung Institute, Earth Hour Indonesia, LeafPlus, Plastik Detox, Si Dalang ID, The Body Shop Indonesia dan sejumlah individu membentuk Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP). Kampanye bijak penggunaan kantong plastikpun menjadi lintas usia, lintas latar belakang dan lintas wilayah.

Regulasi. Dengan kewenangannya, pemerintah bisa memberlakukan peraturan yang bersinergi dengan gerakan sosial diet kantong plastik. Karena itu Sano aktif melakukan pendekatan dengan pemerintah agar kampanye mereka efektif dan efisien.

Merupakan kado terindah bagi Sano, ketika akhirnya Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya menjawab petisi kantong plastik berbayar. Siti Nurbaya setuju dan sepakat menetapkan tanggal 21 sebagai momen diberlakukannya kantong plastik berbayar.  Di hadapan petinggi kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Sano menjelaskan dengan runtut dan bersemangat mengenai pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Karena sudah saatnya mengubah paradigma manajemen sampah sehingga tidak menerapkan cara “kumpul, angkut dan  buang” sampah lagi.

Hanya itu?  Tidak. Ada banyak program pengelolaan sampah dari sumbernya yang dikerjakan Sano dan GI.  Seperti  Masuk RT (MAnajemen Sampah Untuk Kawasan Rumah Tangga) yaitu pendampingan masyarakat agar mereka memahami pengelolaan sampah dan penggunaan teknologi yang tepat. Juga ada program KEBUNKU (KErtas Bekasku HijaUkan BaNdungKU), yaitu program untuk menciptakan siklus mengembalikan pohon yang telah dimanfaatkan (jadi kertas)  menjadi pohon kembali.  Tetapi yang paling jarang mengemuka walaupun manfaatnya sangat besar yaitu peranannya dalam kewirausahaan sosial.

Ketika mengkampanyekan diet kantong plastik,  Sano dan kawan – kawan memberikan solusi yaitu tas pakai ulang yang awet dipakai hingga  ribuan kali. Tas berbahan  polyester dan bersertifikat ramah lingkungan tersebut dapat dilipat sebesar amplop sehingga memudahkan pemakainya.

Era modernitas  menuntut efisiensi  waktu, sehingga memaksa warga masyarakat menggunakan kantong plastik yang praktis. Tentunya kebutuhan tersebut harus diberi solusi yang tepat dan tidak memaksa mereka menggunakan tas pakai ulang seperti yang biasa dipakai ibu-ibu jadul (jaman dulu) yang terkesan merepotkan karena bentuknya yang besar.

Tas pakai ulang juga harus dapat digunakan ribuan kali, karena jika tidak hati-hati konsumen akan tergelincir memakai kantong plastik versi lain yaitu tas pakai ulang yang mudah rusak sehingga terpaksa dibuang dan mengakibatkan masalah sampah seperti halnya kantong plastik.

Sano dan teamnya merancang, memproduksi dan memasarkan tas pakai ulang dengan memberdayakan industri rumahan agar karya mereka layak ekspor.  Tas pakai ulang inilah yang ditawarkan pada kaum muda agar mereka merasa trendy menggunakannya,  substitusi kantong plastik untuk menyelesaikan masalah sampah secara berkelanjutan.

Apa yang dilakukan Sano memberikan solusi untuk beragam  masalah. Sebagian masalah sampah terselesaikan dengan beralihnya warga menggunakan tas pakai ulang yang tahan lama dan praktis. Solusi inipun berdampak pada terbukanya lapangan kerja baru dengan upah menjanjikan karena produk mereka layak ekspor.

Dibalik semua kesuksesannya, Sano tetaplah sosok rendah hati, murah senyum dan sabar. Berbaur dengan rekan-rekan dan karyawannya, agak sulit mencari Direktur Greeneration Indonesia yang kesehariannya menggunakan t-shirt sederhana dan sandal jepit ini. Menjadi nomor satu bukanlah hal yang terpenting baginya, karena  suatu pembuktian telah ditorehkan Sano bahwa siapapun bisa membuat perubahan, asalkan komit dan konsisten menjalankannya. Kesuksesan hanya menunggu waktu yang tepat untuk terwujud.

Sebagai penggagas dan pelaku gerakan sosial, Sano seolah menjawab panggilan Bung Karno, presiden pertama Republik Indonesia:

“Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”

 

 

Ikuti tulisan menarik Maria G. Soemitro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB