x

Iklan

Frans Ari Prasetyo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Perubahan Iklim dan (Undangan) Resepsi Pernikahan di Kota

Relasi kontemporer bagaimana undangan resepsi pernihakan dikota berkontribusi dalam perubahan iklim perkotaan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Area Mesjid Pusdai-Bandung (Foto oleh Frans Prasetyo-2015)

Periode waktu setelah Perayaan hari besar Islam, Idul Adha merupakan ‘musim hujan’-nya acara pernikahan dan memang biasanya bersamaan dengan periode memasuki iklim musim penghujan.  Seperti jamur dimusim hujan dalam 2 sampai 3 bulan setelah Idul Adha undangan untuk menghadiri resepsi pernikahan menumpuk di meja kerja ataupun ruang keluarga. Namun pada tahun ini musim penghujan ini tak kunjung datang, tapi sangat berbeda dengan musim penghujannya pernikahan yang deras membanjiri kantor-kantor catatan sipil.

Akibat musim penghujan pernikahan ini, semua tempat berlangsungnya pernikahan sangat ramai dengan orang-orang yang ‘berteduh’ hadir untuk menyampaikan rasa turut bergembira dengan pernikahan yang sedang berlangsung. Namun ternyata terdapat cerita lain dibalik musim penghujan tadi. Perubahan iklim juga tidak serta-merta hanya dapat dilihat dari perubahan musim , tetapi oleh faktor-faktor lainnya yang signifikan terhadap pasang-surutnya perubahan iklim disuatu tempat dalam skala kota, negara ataupun global.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Salah satu faktor terjadinya perubahan iklim adalah penggunaan kendaraan. Ekternalitas negatif kota muncul disini karena konsumsi bahan bakar yang serempak pada waktu dan titik tertentu yang kemudian ditandai oleh kemacetan. Contohnya terjadi diwilayah perkotaaan termasuk di kota Bandung, ketika akhir pekan penduduk dari luar kota termasuk penduduk kota Bandung sendiri banyak yang melakukan pelesir fashion dan kuliner, akibatnya lalu lintas jadi ruwet karena volume kendaraan yang bertambah dan tidak sepadan dengan kapasitas jalan.  Namun bukan hanya itu masalah ruwetnya Bandung, terdapat mobilitas khusus lainnya dari warga kota Bandung maupun luar kota yang secara serempak bergerak pada jam yang hampir bersamaan keluar rumah dengan menggunakan kendaraan pribadi (terutama mobil) untuk menghadiri undangan resepsi pernikahan.

Jika resepsi pernikahan berlangsung siang hari, maka Pukul 11.00-14.00 WIB merupakan waktu yang lazim tertera dalam surat undangan untuk diselenggarakannya resepsi pernikahan  tersebut yang bertempat di gedung, hotel, restoran dan tempat umum lainnya bahkan kediaman pribadi. Tetapi jika resepsi pernikahan berlangsung malam hari, maka Pukul 19.00-21.00 WIB merupakan waktu yang lazim digunakan untuk menggelar resepsi tersebut. Walaupun acaranya pukul 11.00-14.00 WIB atau Pukul 19.00-21.00 WIB, tetapi biasanya banyak orang akan berangkat dari rumah sebelum jam tersebut dengan pertimbangan jauh, macet atau tidak enak jika terlambat. Hal ini belum dilihat dalam konteks acara sebelum resepsi pernikahan berlangsung, yang biasanya terdapat acara keluarga besar dari kedua belah pihak mempelai calon pengantin laki-laki dan perempuan ketika seremonial akad-nikah berlangsung untuk hadir disebuah tempat melaksanakan ijab-qobul. Acara ini biasanya berada di tempat yang sama dengan tempat berlangsungnya resepsi pernikahan yang dibuka untuk publik di waktu setelah acara ini berakhir. Melihat konteks ini, maka seremonial akad-nikah ini juga melibatkan banyak kendaraan yang digunakan terutama mobil karena untuk membawa sanak-keluarga dan barang-barang sebagai syarat-syarat pernikahan atau yang biasa disebut seserahan.

Sebagai contoh kasus, meminjam dari nama-nama yang tercantum dibotol minuman bersoda yang notabene merupakan nama-nama pupuler, umum di Indonesia, termasuk  meminjam event pada waktu bersamaan di hari minggu ketika melangsungkan resepsi pernikahan dibeberapa tempat yang sudah biasa melangsungkan acara seperti ini, dan  pada umumnya tempat berada dipusat kota (Bandung). Sebut saja Wulan dan Yudi, Amalia dan Andika, Yunita dan Ade. Jika Wulan dan Yudi menyebarkan undangan pernikahan ini sebanyak 1000 undangan, begitu pula dengan Amalia dan Andika, Yunita dan Ade, maka asumsinya terdapat 3000 orang akan berkendara dengan menggunakan kendaraan umum atau pun kendaraan pribadi menuju ketiga tempat tersebut dalam jeda waktu yang sama, antara Pukul 11.00 wib-14.00 WIB dan di pukul 19.00-21.00 WIB. Ini hanya sample dengan menggunakan 3 contoh kasus pernikahan. Bisa dibayangkan dalam waktu tersebut tidak mungkin hanya ada 3 resepsi pernikahan, mungkin ada 50 atau 100 pernihakan, maka berapa jumlah kendaraan yang bergerak bersama di kota ini pada waktu bersamaan.

Motif bagi warga kota untuk menghadiri (undangan) pernikahan dengan menggunakan kendaraan pribadi  khususnya mobil karena banyak faktor, mulai dari gengsi kelas sosial, karena menggunakan pakaian khusus (pakaian daerah, pakaian resmi seperti jas/gaun) atau karena faktor mobil yang  bisa memuat banyak orang jikalau ada yang ingin bergabung atau untuk menghindari musim penghujan karena takut kehujanan dan basah. Beragam contoh motif ini merupakan bagian dari variable preferensi masyarakat dalam pilihan moda transportasi ketika akan/untuk menghadiri resepsi pernikahan.

 Menurut survey di wilayah perkotaan dengan mengambil persentasi orang yang menggunakan mobil  sebanyak 30%, motor 45%, kendaraan umum 20% dan 5% lain-lain, maka dari asumsi 3000 orang yang berkendara terdapat 900 mobil bergerak pada waktu bersamaan untuk menuju ke-3 tempat alamat resepsi pernikahan itu berlangsung. Menurut penelitian, menggunakan 1 mobil untuk perjalanan sejauh 1 km akan menghasilkan 200 g CO2/km, maka jika 1 mobil bergerak sejauh 5-10 km (dengan asumsi jarak yang biasa ditempuh oleh kebanyakan masyarakat menuju tempat resepsi undangan pernikahan) , maka kadar CO2 yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar sebanyak 1000-2000 g CO2. Lalu kalikan dengan jumlah mobil yang bergerak ke-3 tempat resepsi pernikahan tersebut. Ini baru 30% dari jumlah para penerima undangan ketika menuju ke-3 tempat resepsi tersebut jika mnggunakan mobil, bisa dibayangkan jika 50% atau 75% para penerima undangan yang akan menghadiri resepsi pernikahan menggunakan mobil  dan bergerak ke 50 atau 100 tempat (undangan) resepsi pernikahan secara bersamaan, berapa banyak kadar CO2 yang dilepaskan ke udara kota ini?. Agregat perkalian ini yang memiliki akumulasi nilai pertambahan dalam produksi CO2 yang dihasilkan ketika moment resepsi pernihakan terjadi.

Hal ini jika hanya melihat dari salah satu variable kendaraan dengan menggunakan tipe kendaraan citycar dengan CC antara 1000-2000cc sebagai kendaraan umum kelas menengah yang banyak dijumpai dijalan raya termasuk di tempat parkir acara-acara pernikahan itu berlangsung. Belum lagi jika dimasukan variabel kendaraan yang diatas 2000cc yang umumnya adalah mobil-mobil mewah yang (mungkin) hanya digunakan ketika ada perayaan-perayaan tertentu, termasuk (undangan) pernikahan ini untuk mendapatkan prestise dan representasi kelas-sosial tertentu. Tentu saja menggunakan mobil sudah merepresentasikan kelas-sosial tertentu, dan acara pernikahan merupakan ajang untuk tampil didepan publik, kolega, teman dan saudara untuk menunjukan hal tersebut. Selain variabel  tipe mobil yang digunakannnya pun telah mengalami reduksi sebagai sebuah sample, tetapi ketika diturunkan menjadi variable turunan dari tipe mobil untuk dilihat jarak yang ditempuh oleh mobil tersebut dari rumah menuju tempat pernikahan tentu akan berdampak kepada konsumi bahan bakar yang digunakannya dan tentu saja berdampak kepada emisi CO2 yang dihasilkan yang berkorelasi positif dengan perubahan iklim. Dengan tidak mengecilkan peran motor yang tentu saja memiliki kontribusi juga dalam menghasilkan CO2, karena motor memiliki akumulasi jumlah yang lebih banyak dari mobil walaupun CC kendaraan jauh berbeda tetapi akumulasi jumlah ini bisa mensejajarkan motor dan mobil dalam ketika menghasilkan CO2 dalam sebuah moment resepsi pernihakan.

Walaupun CO2 bukan satu-satunya gas yang memiliki peran terhadap perubahan iklim, tetapi seperti diketahui CO2 merupakan salah satu jenis gas di atmosfir mempengaruhi iklim permukaan bumi selain karena kemampuanya dalam membantu proses transmisi radiasi dari matahari ke permukaan bumi, dan juga menghambat keluarnya sebagian radiasi dari permukaan bumi. Kalau konsentrasi dari gas ini di atmosfir meningkat, radiasi yang keluar dari permukaan bumi akan terhambat, sehingga suhu permukaan bumi bertambah besar dan perubahan iklim sedang berlangsung. Dari sini kita bisa melihat relasi antara pernihakan khususnya dengan emisi CO2 dari kendaraan yang digunakannya dalam kontribusinya terhadap perubahan iklim walaupun hanya berupa bagian hal kecil yang remeh-temeh tetapi sangat signifikan dalam satu perspektif tertentu tentang perubahan iklim tersebut. Ini relasi kontemporer bagaimana undangan resepsi pernihakan dikota berkontribusi dalam perubahan iklim perkotaan (kontemporer). 

Ikuti tulisan menarik Frans Ari Prasetyo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler