x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menilai Bakat dari Kecekatan Belajar

Kecekatan belajar (learning agile) penting dipertimbangkan bila Anda tengah menilai layak tidaknya seorang calon karyawan diterima.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“Saya selalu mengerjakan apa yang tak bisa saya lakukan agar saya dapat belajar bagaimana melakukannya.”

--Pablo Picasso (Pelukis, 1881-1973)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Anda mungkin diserahi tugas untuk menilai kinerja calon karyawan yang tengah magang. Sebagian perusahaan mungkin memakai waktu 6 bulan hingga 9 bulan untuk kemudian menentukan nasib seorang magang: diterima sebagai karyawan baru atau dilepas dengan alasan tertentu. Ada pula perusahaan yang hanya memerlukan 3 bulan untuk mengambil keputusan penting itu.

Sebagai salah satu orang yang bertanggung jawab memberi penilaian, Anda niscaya sudah dibekali dengan pemahaman mengenai unsur-unsur yang dinilai berikut kriterianya. Unsur ini di antaranya kedisiplinan kerja (suka terlambat atau tidak), penyelesaian tugas (tepat waktu seperti yang Anda minta atau tidak), antusiasme (apakah kerap memberi usulan, saran, masukan atau bermain aman dengan ikut saja apa yang diperintahkan atasan), dst.

Ketika zaman terus beringsut maju, semakin diperlukan kesiapan karyawan untuk belajar dengan sigap dan cekatan. Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan jelas dibutuhkan, tapi kemampuan belajar terlebih lagi mengingat banyak hal baru yang berkembang. Di masa sekarang, media sosial yang membuat penilaian konsumen mudah dan cepat menyebar (viral), cara-cara baru dalam mengemas, memasarkan, dan menjual produk-jasa, semakin pentingnya pengalaman pelanggan termasuk di antara hal baru yang penting dikuasai.

Jadi, di samping unsur-unsur penilaian yang mungkin sudah lazim dipakai, ada baiknya dipertimbangkan unsur lain, yaitu kecepatan belajar calon karyawan. Kecekatan belajar (learning agile) terkait dengan kemampuan menyerap ide-ide baru secara cepat, adaptif dan tidak resisten terhadap cara-cara baru, serta memiliki hasrat ingin tahu yang besar untuk menguasai keterampilan baru.

Seorang magang yang berkomentar “Waduh, saya paling susah mengerti cara ini” dan tidak punya kemauan untuk menguasai sangat berpotensi untuk dilepas terlebih dulu. Sebagai supervisor yang menilai kinerja magang, Anda mungkin tidak butuh waktu lebih lama untuk melepasnya. Pengalaman Anda bertahun-tahun niscaya sudah mempertajam mencium aroma kesulitan yang bakal dihadapi perusahaan bila menerima magang seperti ini.

Dari kemampuannya memelajari hal-hal baru, Anda dapat mengetahui hingga sejauh mana seorang magang berusaha mendorong dirinya sendiri untuk melampaui batas kemampuannya selama ini. Magang yang ingin bermain aman akan enggan keluar dari zona nyamannya. Magang yang rasa ingin tahu dan semangat belajarnya tinggi, ia akan berani mengambil risiko untuk mempelajari hal-hal baru. Magang seperti ini mengerti bahwa menguasai pengetahuan dan keterampilan baru dapat menjadi tiket menuju karier masa depan.

Ringkasnya, magang yang memiliki learning agile yang tinggi berpotensi untuk memberi kontribusi besar kepada perusahaan. Ia tidak akan berkutat dan puas dengan kemampuan yang ia miliki saat ini. Ia juga tahu bagaimana cara memelajari hal-hal baru secara tepat. Waktu 6 hingga 9 bulan rasanya cukup bagi Anda untuk melihat perkembangan seorang magang dan menilai kelayakannya untuk diterima atau tidak di organisasi Anda. (foto: tempo)***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler