x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Andai Pebisnis Memandang Lingkungannya sebagai Ekosistem

Keberlanjutan suatu bisnis bergantung kepada kualitas ekosistemnya. Mampukah para pebisnis berpikir bukan sekedar kepentingan dirinya sendiri?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“Alibaba adalah ekosistem yang membantu bisnis kecil untuk tumbuh.”

--Jack Ma (Pebisnis, 1964-...)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Kenaikan harga daging sapi, ayam dan telor, hingga kentang, membikin masyarakat repot. Masyarakat ini bukan hanya meliputi rumah tangga, tapi juga pemilik restoran, pemilik warung, penjual bakso, hingga penjual fried chicken kaki lima. Harga-harga tadi meroket dengan cepat, tapi turunnya demikian lamban.

Jadi, siapa yang memetik keuntungan dari situasi tersebut? Sebagian ekonom menyebutkan, para pemburu rente. Merekalah orang-orang yang sekedar mengambil untung tanpa mempedulikan bagaimana dampaknya terhadap orang lain. Mereka tak peduli apakah cara berbisnis mereka menyengsarakan orang lain. Mereka mengambil untung di setiap mata rantai pasokan. Pemburu rente tidak melihat lingkungan bisnis sebagai sebuah ekosistem.

Ekosistem merupakan metafora yang dipinjam dari sains biologi. Ekosistem bisnis, seperti dijelaskan untuk pertama kali oleh James F. Moore dalam ‘Predator and Prey: A New Ecology for Competition’ di jurnal Harvard Business Review edisi Mei-Juni 1993, merupakan komunitas ekonomi yang didukung oleh fondasi berupa interaksi di antara organisasi dan individu yang ada di dalamnya. Merekalah organisme dunia bisnis.

Komunitas ekonomi ini menghasilkan produk dan jasa yang bernilai untuk konsumen, yang juga menjadi anggota ekosistem tersebut. Ekosistem yang baik, menurut Moore, berjalan di atas keseimbangan antara kompetisi dan kooperasi di antara aktor-aktor dalam ekosistem—tidak ada persaingan total yang berdampak sangat baik bagi pemain dan kompetitornya.

Dalam suatu ekosistem, tidak ada anggota yang mengeksploitasi anggota lainnya demi memburu keuntungan diri sendiri. Setiap anggota mempertimbangkan keberlanjutan hidup ekosistem tempat ia berbisnis.

Sejak diperkenalkan oleh Moore, pendekatan ekosistem semakin populer. Berbeda dengan pendekatan sebelumnya yang cenderung vertikal, ekosistem bisnis melihat hubungan di antara anggota ekosistem sebagai jejaring yang berinteraksi secara dinamis. Moore menyebut anggota ekosistem sebagai aktor.

Jejaring ini menghubungkan anggota-anggota ekosistem yang saling bergantung dalam upaya mereka meraih keberhasilan. Masing-masing aktor memiliki kapabilitas tertentu yang dibutuhkan aktor lainnya. Tidak ada aktor yang mempunyai semua kapabilitas sehingga ia tidak memerlukan aktor-aktor lain dan menjadi dominan di dalam ekosistem.

Melalui pendekatan ekosistem, sebuah perusahaan yang tengah mengembangkan bisnis akan melihat bahwa di dalam ekosistemnya tersedia berbagai sumber daya yang ia butuhkan. Perusahaan otomotif membutuhkan pemasok suku cadang, perlu kerjasama dengan produsen ban, pembuat jok, distributor, dan juga tenaga pemasaran. Sebuah perusahaan membutuhkan unsur-unsur yang memperkaya keunggulannya agar berhasil dan unsur-unsur ini didapat dari kerjasama dengan anggota ekosistem lainnya.

Dalam hal bisnis daging sapi, di dalamnya ada peternak, pemasok makanan ternak, tukang jagal, sopir truk, distributor, hingga penjual bakso, tukang sate, dan konsumen. Bila para pemain ini melihat bisnis daging sapi sebagai ekosistem, mereka akan merasa saling membutuhkan. Namun, faktanya, selalu saja ada orang-orang yang hanya memburu keuntungan sehingga rusaklah bisnis daging sapi ini secara keseluruhan. Harga mahal, pembeli berkurang, masyarakat dirugikan. Persoalannya bisa meluas kemana-mana ketika sebagian orang memakai segala cara untuk mendapatkan rente.

Kolaborasi menjadi kata kunci yang menggerakkan perkembangan ekosistem bisnis. Mereka yang hidup dalam suatu ekosistem harus menyadari bahwa mereka hanya bisa tumbuh dengan cara berbagi (sharing) pengetahuan, sumberdaya, keahlian, serta spirit saling memerlukan. (Ilustrasi ekosistem bisnis Apple, Jan Schmiedgen) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler