x

Iklan

Mang Ujang

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pencabutan Sanksi PSSI, Tepatkah Dilakukan?

Pencabutan sanksi PSSI akan menimbulkan pertanyaan besar, juga mengentalkan rasa tak berdaya kita yang beraharap sepak bola nasional menjadi lebih baik.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sanksi pembekuan PSSI mau dicabut. Kabar itu dibawa Agum Gumelar, Ketua Tim Ad-Hoc yang dibentuk atas persetujuan FIFA, setelah bertemu Presiden Joko Widodo pada Rabu lalu.

Hah? Dibatalkan? Begitu reaksi saya saat itu. Atas alasan apa? Belakangan baru muncul info lain dari Menpora Imam Nahrawi bahwa presiden tidak meminta pencabutan, hanya pengkajian utuh atas kemungkinan itu. Hmh... menarik. 

Kabar soal kemungkinan dicabutnya sanksi, seperti kabar soal pembekukan PSSI sendiri, dipastikan membuat masyarakat terbagi jadi tiga kubu: yang setuju, yang tidak, dan yang tak peduli.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya sendiri berada di antara yang tak setuju dan tak peduli. Saat ini, apatisme terkait sepak bola dalam negeri sudah benar-benar membuncah. Kondisi yang ada sudah membuat patah semangat. Seperti labirin tanpa jalan keluar.

Tapi, dari segi asal sehat, saya juga mempertanyakan bila benar sanski itu mau dicabut. Berdasarkan dalil apa? Apa yang sudah berubah selama sanski dijatuhkan? 

Mari kita lihat satu per satu. La Nyalla Mataliti masih bercokoh sebagai ketua umum PSSI. Begitu pula kroninya. Bahkan kita tak pernah ada upaya serius untuk mengganti mereka. Bila asumsi awalnya menempatkan mereka sebagai bagian dari masalah, bukankah harusnya mereka segera dipinggirkan.

Lalu, adakah perubahan lain? Ya, badan olahraga profesional (BOPI) yang selama ini berperan kunci dalam proses pemberian sanksi itu justru mau dibubarkan pemerintah. Lalu ada kompetisi yang terhenti dan muncul turnamen di sana-sini yang hanya seporadis, tak terkoordinir dan tak terencana. Ada pula rencana PT Liga menggelar kopetisi serupa Liga Super dengan nama berbeda.

Di luar itu, pada level yang lebih substantif, perubahan itu tak terjadi. Bila jadi dilakukan, pencabutan sanksi mungkin berarti kabar baik bagi para pemain dan klub yang segera bisa terlibat kembali dalam roda komptisi. Tapi, hal itu juga menjadi ironi besar karena nyaris dipastikan sanksi itu tak menghasilkan perubahan apapun dalam sepak bola nasional.

Artinya sanksi selama setahun ini hanya jadi sebuah episode kesia-siaan. Kesia-siaan luar biasa besar karena telah mengorbankan banyak hal tapi tak memberi kebaikan apapun bagi sepak bola nasional.(*)

Foto: Tempo.co

 

Ikuti tulisan menarik Mang Ujang lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler