Pemilihan Gubernur Daerah Khusus Ibukota masih setahun lagi, namun media sudah meributkan agenda Pilkada itu. Ahok sebagai petahana sebenarnya mempunyai peluang paling besar menarik simpati warga jakarta dalam gebrakan kinerja. Contoh saja tentang penggusuran Kali Jodoh, seluruh halaman muka media memberitakan peristiwa ini. Bukankah ini salah satu keunggulan Ahok di banding calon calon gubernur lain. Belum lagi itikad membersihkan Jakarta dari segala macam keruwetan seperti tempat tempat illegal itu mendapat dukukungan kuat dari aparat hukum.
Hanya saja Ahok harus konsisten, jangan gebrakan Kali Jodoh berhenti disitu saja, masih banyak wilayah hitam di ibukota yang menjadi tanggung jawab Gubernur Jakarta. Apabila dalam rentang waktu menjelang Pilkada Ahok bisa benar benar konsisten maka bisa jadi simpati warga pemilik suara akan semakin menguat. Kelihatannya Ahok mulai ragu sehubungan dengan posisi pencalonan melalui gerbong independent. Saat ini hampir 700.000 KTP terkumpul dari Teman Ahok. Masih kurang untuk mencapai 1 juta pendukung.
Sementara Partai Pendukung mulai lirik melirik dan The Big Boss PDI sangat pintar memainkan hati Ahok. Ahok musti berpikir panjang akan kah tetap bersama jalur independent atau menggabungkan ke duanya agar dukungan itu semakin kuat. Politik berkembang liar seiring dengan masuknya nominasi calon gubernur dari wilayah lain. Biarlah semua berproses, nanti warga Jakarta yang mempunyai hak pilih yang akan menentukan siapa yang layak duduk di singasana nomor satu Jakarta.
Kekuatan Partai Politik dipertaruhkan seandainya Ahok tetap menggunakan kendaraan politik independent. Sudah pasti Parpol tidak mau kehilangan muka dikalahkan oleh rakyat bersatu tanpa partai. Mau dimana dibawa kewibawaan Parpol. Artinya untuk apa Partai didirikan kalau tidak mampu memenangkan Pilkada Jakarta yang menjadi barometer kesukesan Pilkada Nasional.
Point yang ingin awak sampaikan disini adalah siapapun yang di takdirkan menjabat Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 adalah pemimpin terbaik. Pilihan warga tidak akan salah, siapa yang terbaik itulah yang menang. Warga Jakarta semakin cerdas, mereka tidak mau menyerahkan kepemimpinan kota terbesar di Indonesia ini kepada orang orang yang hanya mengejar sesuatu yang tidak jelas.
Disamping itu waktu berjalan terus, jangan sampai ada calon yang terpeleset, atau memplesetkan diri sendiri atau di plesetkan Tuhan Yang Maha Kuasa. Inilah proses seleksi alam yan sebenarnya. Warga akan mendapatkan Gubernur berdasarkan petunjuk petunjuk Illahi tersebut.
Salamsalaman
TD
Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.