x

Produser film Maxima Pictures Ody Mulya dan penulis novel Tere Liye. Foto: dokumentasi Maxima

Iklan

hasanudin abdurakhman

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tere Liye, Kasihanilah Jutaan Penggemarmu

Setelah dibully bertubi-tubi, Tere Liye mencoba menerangkan status dia sebelumnya dengan dalih yang makin lucu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tere Liye mencoba menerangkan status dia sebelumnya dengan dalih-dalih yang makin lucu.

-----------

Postingan ini kalau dibaca dengan baik, poin paling pentingnya adalah jangan melupakan peran ulama, tokoh2 agama lain sebagai pahlawan perjuangan kemerdekaan. Redaksionalnya memang jadi seperti menyerang jika dianggap menyerang. Tapi kalau semua orang mau jujur, terutama yang sangat keberatan dengan status ini, bukankah saat mereka membuat tulisan Tan Malaka, Sutan Sjahrir, dll, di media sosial masing2, mereka juga menafikan peran ulama, tokoh agama lain?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

-------------------

Mereka itu siapa? Tuyul? Orang membahas Tan Malaka ya bahas Tan Malaka. Masak bahas Tan Malaka harus bahas juga Wahid Hasjim?

Ini soal logika somplak saja. Ketika saya menulis tentang kegelapan Islam dalam soal sains, ada yang menuntut saya untuk membahas juga kegelapan Eropa, biar adil, katanya. Haduh. Itu bukan soal adil, tapi soal logika somplak oleh emosi. Maunya, kalau kita gelap setidaknya kita bisa bahagia bahwa orang lain juga pernah gelap. We are not alone.

Seperti yang ditulis Tere Liye, dia mau mengingatkan orang soal peran ulama dalam perjuangan kemerdekaan. Emang siapa yang lupa? Dia sebenarnya sedang membangun klaim, dan klaim ini sangat sering kita dengar. Klaim bahwa perjuangan kemerdekaan dimotori oleh orang-orang Islam. Perjuangan itu adalah jihad Islam. Orang-orang Kristen digambarkan tidak terlalu banyak perannya, karena agama mereka toh sama dengan Belanda.

Ini adalah usaha pembelokan sejarah, bahwa perang kemerdekaan itu adalah perang Islam, bukan perang nasionalis. Orang sosialis, komunis, dan sebagainya tidak pernah terlibat.

Yakinlah kita bahwa Tere Liye tidak pernah membaca buku sejarah, sehingga dia tidak tahu bahwa Tjokroaminoto itu menulis buku berjudul "Islam dan Sosialisme". Dia juga tidak tahu bahwa orang-orang komunis melakukan pemberontakan terhadap Belanda di berbagai daerah, selama tahun 1926-1927. Dia juga tidak pernah tahu bahwa Sutan Sjahrir itu adalah pendiri Partai Sosialis Indonesia.

Kalau Anda punya anak, sebaiknya jauhkan mereka dari buku-buku Tere Liye. Saya sungguh khawatir kebodohan orang ini akan menular pada anak-anak dan remaja kita.

 

 

Ikuti tulisan menarik hasanudin abdurakhman lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu