Trending Artikel, HL dan Nilai tertinggi serta Tren Google di sosial media riuh dengan sasana pilkada. Keriuhan itu wajar saja mengingat Jakarta menjadi barometer politik nasional. Terkait dengan itu kalau diperhatikan , akhir akhir banyak sobat yang memproklamirkan diri dalam pernyataannya berbentuk tulisan berupa dukungan langsung kepada salah satu calon kandidat Gubernur Jakarta. Bentuk dukungan itu selalu saja di mulai dengan kosa kata " Saya .... Saya memilih ....
Apabila di perhatikan makna kalimat tersebut maka dapat diuraikan menjadi dua bagian penting. Pertama beliau menyatakan identitas diri, baik sebagai moslem, kristiani atau warga jakarta atau dalam bentuk status lainnya. Kalimat kedua yang bersangkutan langsung menjatuhkan pilihannya dengan cara menyebut nama calon gubernur. Atau juga dalam kalimat negatif dengan menandaskan " tidak memilih "
Sejauh ini menurut hemat saya dukungan dukungan isu syah syah saja selama tidak mengklaim diri sebagai bagian dari komunitas tertentu. Inilah negera demokrasi, dimana setiap warga di perkenankan mengeluarkan pendapat dan kemudian meng share nya di sosial media. Artinya penyataan itu sebagai bentuk dukungan final setelah mempertimbangan segala macam bentuk faktor faktor yang menyertainya.
Sebagai warga Jakarta yang bermukim di ibikota sejak tahun 1980 dan telah pernah menggunakan hak suara dalam Pilkada maka boleh juga saya memberikan dukungan. Dalam hal ini saya tidak akan mendukung salah satu atau salah dua calon Gubernur Jakarta 2017-2022 namun izinkan saya hanya menyampaikan kriteria pemimpin Jakarta untuk 5 tahun kedepan.
Pernyataan dukungan itu berbentuk kalimat : Saya Thamrin Dahlan, Saya Pilih Calon Gubernur dengan Kepemimpinan STAF. Pilihan ini atas nama pribadi, Thamrin Dahlan tercatat sebagai warga DKI sesuai dengan KTP dari Kelurahan Rambutan Jakarta Timur. Saya tidak mengklaim diri sebagai moslem walaupun saya beragama Islam. Saya tidak mengklaim diri sebagai komunitas penulis, komunitas purnawirawan Polri atau komunitas lainnya sesuai kapasitas saya di pergaulan sehari hari.
Artinya saya bertanggung jawab untuk diri sendiri, tidak meng-atas nama-kan kelompok lain. Bukankah dukungan ini fair atas nama pribadi dan bisa dipertanggung jawabkan. Kalaupun nanti ada warga Jakarta yang bernama sama Thamrin Dahlan bisa dibedakan dengan BIN dan Nomer KTP. Nah secara hukum maka dukungan ini tidak akan bermasalah di kemudian hari. Tidak ada yang tersingung dan tidak ada yang akan protes.
Kalimat ke dua " Saya Pilih Calon Gubernur dengan Kepemimpinan STAF " Mengandung 2 makna. Pertama belum ada calon Gubernur resmi yang ditetapkan KPU. Bila jauh jauh hari sudah mendukung seseorang dan ternyata Beliau tidak lolos dari penjaringan Cagub maka dukungan itu terlalu prematur dan hampa adanya. Oleh karena itu muncul kosa kata kedua yaitu Saya Pilih Gubernur dengan Kepemimpinan STAF.
STAF disini bukan bermakna pegawai kantoran atau PNS Pemda DKI, namun STAF merupakan akronim dari Shidiq, Tabliqh, Amanah dan Fatonah. Pola kepemimpinan semua Nabi terutama Nabi Muhammad SAW dan kemudian diteruskan oleh Para Khalifah menerapkan STAF dalam Pemerintahannya.
Dalam Islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki sekurang-kurangnya 4 (empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya, yakni : Siddiq, Tabligh, Amanah dan Fathanah (STAF):
(1) Siddiq (jujur) sehingga ia dapat dipercaya;
(2) Tabligh (penyampai) atau kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi;
(3) Amanah (bertanggung jawab) dalam menjalankan tugasnya;
(4) Fathanah (cerdas) dalam membuat perencanaan, visi, misi, strategi dan mengimplementasikannya.
Tidak usyahlah saya uraikan lebih jauh tentag Pola Kepemimpinan dengan Kriteria STAF. Nanti setelah KPU menetapkan secara resmi Cagub Jakarta, maka saya akan membandingkan dengan pola kepemipinan sebelumnya (track record) apakah beliau beliau itu memiliki pola kepemimpan STAF. Sementara demikian dulu.
Salamsalaman
TD
Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.