x

Sejumlah Mahasiswi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) berpose untuk wartawan pada pergelaran refleksi Hari Ibu di Taman Ridhayah Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, (22/12). ANTARA/Rahmad

Iklan

Iwansyah S.Kep.,Ns

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kader Ujung Tombak Masa Depan HMI

Lakukan yang terbaik sekarang. Karena akan lebih buruk bila menyesali yang sudah berlalu dan mengkhawatirkan yang akan datang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh : Iwansyah,S.Kep.,Ns.

CEO Suara Literasi Perawat Indonesia

Perubahan sosial yang terus terjadi adalah sebuah keniscayaan peradaban yang tidak bisa ditolak keberadaannya, globalisasi dan modernitas yang kejam sangat mempengaruhi perkembangan ummat serta bangsa Indonesia. Wajah zaman yang kian bermetamorfis membuat tatanan sosial pun ikut berubah. Kondisi seperti demikian tentunya berimplikasi terhadap tumbuh kembangnya Himpunan Mahasiswa Islam sebagai organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan. Fakta yang tak bisa dipungkiri bahwa tendensi HMI yang sangat dekat dengan kekuasaan (birokrasi) tentunya akan berimplikasi buruk terhadap perjalanan HMI itu sendiri. Ditambah lagi HMI hari ini telah sampai kepada sebuah kondisi stagnasi yang berkepanjangan pasca reformasi 1998 . kejenuhan serta prakmatisme yang kemudian menjadi realitas setiap kader HMI. Seyogyanya HMI hadir melakukan Perubahan dan pembaharuan di tengah Mayarakat sebagai mana yang termaksut dalam Tujuan HMI ternyata berbanding terbalik dengan realitas kondisi HMI hari ini. Terjadi krisis profesionalisme,intelektualisme,perkaderan serta spirit perjuangan yang menjadi platform dasar pergerakan HMI.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Sebagai sebuah Organisasi yang besar serta kejayaan masa lalu merupakan histori HMI yang takkan hilang dari benak setiap kader, tapi ini akan menjadi beban organisasi ketika eksistensi tesebut tidak bisa dipertahankan. Romantisme masa lalu ini akan membuat HMI semakin teralienasi dari banyaknya organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan yang berkembang pasca orde baru. Inilah yang menjadi problem mendasar internal HMI baik di tingkat PB,BADKO,CABANG serta Komisariat , kemampuan Organisasi untuk beradaptasi dan membaca perkembangan arus zaman menjadi harga mati bagi HMI untuk memainkan peran yang strategis ditengah polarisasi serta metamorfosis wajah perdaban yang semakin kompleks. HMI kembali mesti menjadi ujung tombak perubahan dan pembaharuan terhadap fenomena kebangsaaan dan keummatan. Rencana strategis sangat dibutuhkan demi eksistensi perkaderan dan pencapaian mission HMI. Oleh karena itu jika pedoman-pedoman organisasi,khittah perjuangan , Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (AD/ART) hanya dimaknai sebagai sebuah dokumen yang tak bermakna sementara pedoman tersebut merupakan tafsir terhadap ruh perjuangan HMI maka konsekuensi logis samapailah organisasi perjuangan tersebut kepada titik nadir perjuangan. Ironisnya kondisi tersebut terjadi di internal HMI saat ini.

 

Oleh karena itu kompleksitas masalah yang menempa HMI hari ini menjadi pekerjaan rumah bagi setiap kader untuk kembali merumuskan solusi alternatif yang kontekstual terhadap problem HMI yakni dengan rumusan rencana strategis maupun taktis yang efektif dan produktif. Berangkat dari evaluasi sistematis akan melahirkan konsep kritis,taktis yang sinergis terhadap platform dasar HMI sebagai organisasi perjuangan serta mission HMI “Terbinannya mahasiswa islam menjadi insan ulil albab dan turut bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat yang diridhoi oleh Allah SWT” khittah HMI sebagai organisasi perjuangan menjadi spirit serta ruh agar organisasi tetap eksis serta progress untuk melakukan perubahan serta pembaharuan yang signifikan di bangsa ini.

            Sebuah refleksi terhadap tradisi dan gerakan HMI semestinya dilakukan guna melahirnkan kembali embrio yang potensial untuk tumbuh menjadi organsasi yang progress menyikapi problem-problem kebangsaan hari ini. Secara historis latarbelakang HMI didirkan dikarenakan problem kebangsaan dan keummatan pasca kolonialisme menjajah indonesia. Dengan spirit nasionalisme dan keislaman HMI kemudian menjadi organisasi perjuangan yang progress untuk mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Republik Indonesia. HMI selalu berada di garda terdepan dan menjadi ujung tombak terhadap perubahan yang ada di bangsa ini. Karakter HMI yang Nasionalis membuat HMI menjadi organisasi pemuda dan mahasiswa yang produktif. HMI mampu menjadi lokomotif intelektual untuk membangun bangsa dengan corak berpikir yang kritis dan kompherensif. Gagasan kritis dan renstra yang ideal membuat organisasi ini menjadi benteng besar terhadap birokrasi yang diluar dari koridor harapan masyarakat. Konsistensi HMI untuk mengawal perubahan, pembaharuan serta pembangunan bangsa dibuktikan dengan banyaknya tokoh tokoh intelektual dan politik yang lahir dari rahim HMI ini tentunya memberikan konstribusi besar terhadap perubahan di masyarakat dan struktur pemerintahan indonesia. Keterlibatan HMI di tengah hiruk pikuk persoalan bangsa ini mengalami distorsi terhadap khittah HMI sebagai organisasi perjuangan. Realitas hari ini HMI tenyata hanya dipandang sebagai organisasi yang mampu melahirkan kader kader yang oppurtunis, yakni kader yang hanya memikirkan diri sendiri bagaimana mendapatkan jabatan distruktur pemerintahan. Kader yang tidak visioner tentunya memberikan dampak buruk terhadap implementasi mission HMI.

Berdasarkan kompleksitas masalah yang dihadapi organisasi ini tentu dibutuhkan evaluasi dan pembenahan yang besar-besaran di internal HMI. Banyak faktor yang menyebabkan kemunduran HMI baik di tingkat PB sampai ke ranah yang paling rendah (baca:komisariat). Secara normatif regenarasi kader adalah keniscayaan pada setiap organisasi, kesadaran kader kembali mesti dibangkitkan sebagai pelanjut dari perjuangan organisasi. Kesadaran kader kembali mesti dipicu untuk melanjutkan mission HMI, dan kesadaran tersebut akan terbentuk di forum-forum pelatihan HMI. Sangat jelas termaktub dalam konstitusi HMI mengenai mekanisme dan prosedur pelatihan organisasi. Kualitas kader sangat tergantung dari konsep dan pola perkaderan yang dibangun disetiap forum pelatihan, jika pelatihan hanya dijadikan sebagai rutinitas belakaNG tanpa ada makna perjuangan maka ini lah yang menjadi salah satu permasalahan mendasar kemunduran HMI. Di setiap training training lah watak dan karakter kader dibentuk , dengan adanya khittah perjuangan yang disampaikan di LK I diharapkan khittah perjuangan tersebut dijadikan sebagai konsepsi teoritis setiap kader untuk menjalani rutinitasnya sebagai insan intelktual dan insan perubahan. Pemahaman yang utuh terhadap khittah perjuangan sangat berpengaruh secara praksis bagi tingkah laku kader HMI.

 

Pemaknaan akan dasar perjuangan tersebut memberikan konstribusi besar akan impementasi tujuan HMI ditengah kompleksitas bangsa yang telah mempengaruhi paradigma mahasiswa dan masyarakat. Karakter kader HMI yang kritis dan intelek merupakan ekspektasi dari orientasi training, kader HMI mestinya menjadi cerminan bagi setiap mahasiswa yang mengaharapkan perubahan secara totalitas terhadap karakter berpikir yang dipahami sebelumnya. Organisasi perkaderan idealnya akan mengahasilkan kader-kader yang intelek,kritis dan kooperatif sehinggan mission organisasi akan terealisasikan dengan adanya kesadaran kolektif bagi seluruh stackholder yang ada di Internal HMI. Kolektifitas kader sangat dibutuhkan guna terciptanya Insan pencipta serta pengabdi , keniscayaan yang tak bisa ditolak bagi seluruh kader yakni loyalitas, militansi dan tanggungjawab akan visi, misi dan tujuan dari organisasi. Dilain pihak agar tujuan organisasi tersebut tercapai, produktifitas dari struktur organisasi sangat diharapkan , kesadaran kolektif dan kooperatif yang menjadi tumpuan bagi setiap kader dalam menjalani setiap proses yang ada.

 

Dinamika organisasi jangan dipandang sebagai hal yang negatif melainkan dipandang sebagai hal yang positif bagi perkembangan organisasi tersebut. HMI yang memilik struktur organisasi yang kompleks merupakan upaya untuk merealisasikan dari tujuan organisasi. Kesadaran akan tanggungjawab struktur pun menjadi tutntutan setiap kader yang mengemban aman organisasi. Bukan hanya sekedar menduduki jabatan di HMI melainkan harus mempertanggungjawabkan secara konstitusional terhadap jabatan yang diemban. Pemahaman akan fungsi dan wewenang dari jabatan yang diamanahkan selalu menjadi pahaman dasar bagi kader, kapability serta responsibility syarat mesti bagi kader yang duduk distruktur organisasi. Manajerial organisasi yang efektif sangat menunjang terciptanya cita-cita organisasi. Masa depan HMI yang cerah menjadi harapan seluruh anggota dan kader yang berkiprah menjadi pioner-pioner organisasi. Ikut berjuang mempertahankan eksistensi HMI sebagai organisasi pergerakan menjadi landasan utama agar organisasi mampu melakukan perubahan sosial ditengah arus zaman yang semakin mencekam perkembangan kemanusian manusia.

 

Kader HMI sebagai aktor intelektual semestinya memainkan peran sebagai sosok pembaharu yang memperjuangkan keadilan akan ketimpangan sosial. Ketidakmampuan HMI menjawab tantangan realitas menjadi masalah besar terhadap transformasi sosial masyarakat adil dan makmur. Oleh karena itu berhasil tidaknya eksistensi HMI menjaga kejayaan masa lalu dan tradisi Intelektual kini ada dipunggung kader sebagai pelanjut dari tongkat estafet perjuangan. Kini dan akan datang potensi kader menjadi harapan besar organisasi untuk kembali berkiprah berada di posisi terdepan untuk merumuskan solusi alternatif berbagai macam problem yang menjadi benteng penghalang terhadap proses perubahan dan transformasi sosial bangsa dan ummat.

 

 

Ikuti tulisan menarik Iwansyah S.Kep.,Ns lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB