x

KPK Tangkap M. Sanusi, Ahok: Jam dan Mobilnya Mewah!

Iklan

Mario Tando

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

POLEMIK: Ahok, Buka Saja Siapa Tuanmu!

Soal Gubernurku Basuki Tjahaja. Memang aku bukan wargamu, tapi aku juga turut merasakan gebrakan-gebrakanmu, sungguh bangga aku padamu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Aku gelisah, kadang tak tahu harus berbuat apa, namun pada hari ini izinkanlah kuberanikan diri untuk bercerita tentang isi hatiku lewat tulisan ini. Sebagai seorang anak bangsa, aku berharap Indonesia maju, muncul pemimpin yang membawa harapan akan perubahan untuk Indonesia yang lebih baik. Dan saat ini aku mempunyai harapan lewat pemimpin-pemimpin daerah yang awalnya kulihat amat membawa harapan. Yang sedang terus ramai dibicarakan ialah Gubernur DKI Jakarta saat ini, Basuki Tjahaja Purnama. Bagaimana tidak, selain ia ‘berbeda’, ia cukup kontroversial, namun ia bertindak nyata untuk membangun negeri ini ke arah yang lebih baik. Mungkin ini agak mirip dengan isi curhatan Andrea Hirata, yang ternyata kemarin diklarifikasi bukan dia pembuatnya, sekAdar black campaign untuk mengadu domba. Tapi ini bukan. Ini hanya sekadar curhatan.

Aku diajarkan untuk menilai sesuatu tidak hanya dari satu sisi, melainkan dari banyak sisi, dengan begitu aku bisa melihat persoalan dengan seksama. Tapi, terkadang sebagai manusia biasa, aku juga lupa. Aku seringkali terlena melihat sesuatu hanya dari satu sisi saja. Tapi, untuk hal ini, kucoba untuk membuka seluas-luasnya pikiran dan pandanganku. Mungkin para pendukungnya saat ini juga demikian adanya, terlena dengan kenyataan bahwa ia pemimpin hebat, tapi ya benar, Dia memang hebat. Sebaliknya, para haters hanya ingat akan hal-hal yang buruk yang ada padanya, dan menistakan hal-hal positif yang ada padanya. Itulah fenomena yang terjadi, sebuah dinamika kehidupan yang akan terus seperti itu adanya.

Sejujurnya aku bangga seorang minoritas bisa membuat gebrakan dan harapan untuk Indonesia yang lebih baik. Tapi jelas bukan karena persamaan-persamaan yang ada bahwa dia Tionghoa sepertiku. Seperti halnya aku juga kagum dengan dengan apa yang dilakukan oleh Wali Kota Bandung, Gubernur Jawa Tengah, Bupati Bantaeng, Bupati Purwakarta, Bupati Banyuwangi, Wali Kota Surabaya, dan mungkin masih banyak lagi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Terlepas dengan kekurangan-kekurangan mereka, namun mereka buktikan karya-karya nyata mereka yang bisa dirasakan oleh masyarakat. Walau seharusnya ini sebenarnya hal yang biasa, karena memang begitulah tugas pemimpin negeri ini, membawa perubahan untuk kemakmuran rakyat seperti yang diamanatkan Tapi kita semua tahu, kita semua dahaga, karena keringnya stok pemimpin-pemimpin yang mampu berkarya nyata. Saya tidak tahu ini salah siapa, entah sistem atau murni keserakahan, tapi bukan saatnya kita saling menyalahkan di tengah kesengsaraan.

Kembali lagi soal Gubernurku Basuki Tjahaja. Memang aku bukan wargamu, tapi aku juga turut merasakan gebrakan-gebrakanmu, sungguh bangga aku padamu, sungguh besar harapku padamu. Tapi, aku mencoba lagi menganalisa, mencoba lagi berpikir luas, bahwa ini politik yang begitu dinamis, kadangkala terkesan licik, tapi itulah satu-satunya jalan. Aku yakini aku terkesan dengan langkahmu untuk berdiri independen (katanya), berjuang melawan kemunafikan partai-partai yang mungkin sudah menjadi ciri khasnya. Tapi, mau dikata apa, itulah sistem yang kita pilih, sebuah konsekuensi. Itu langkah hebat, langkah brilian darimu untuk menarik hati rakyat yang sudah muak dengan perilaku partai-partai politik yang hanya cari keuntungan sendiri.

Tapi sebenarnya ada keraguan juga dalam diriku, apakah ‘independensi’ itu nyata? Aku mulai merasakan kejanggalan jika aku telaah dengan begitu dalam, dengan berbagai pengetahuan dan informasi dari berbagai pihak. Aku mencoba melihat apa yang sebenarnya terjadi, tidak hanya kulit luar yang kulihat dengan begitu jelas, bahkan terkadang membuat aku lupa dengan isi di dalamnya.

Sekali lagi aku akui kehebatanmu yang mampu berkarya nyata, aku dukung itu 1000 persen. Engkau luar biasa adanya, punya cita-cita dan harapan membangun bangsa ke arah yang lebih baik, kita ada di jalan pemikiran yang sama. Tapi, maukah kau jujur padaku? Siapa sebenarnya yang ada di belakangmu? Adakah Tuan lain selain rakyat yang seharusnya menjadi Tuanmu? Aku tidak menyalahkan jika kau punya Tuan lain selain rakyat, karena memang tidak memungkinkan siapa pun yang ingin memimpin negeri ini tidak punya Tuan lain selain rakyat, entah itu strategi atau sebuah keniscayaan. Itulah yang selama ini terjadi dan dimainkan oleh partai politik.

Maksudnya, jika nyatanya kau punya Tuan lain, jelas kulitmu saja yang independen, tidak dengan behind the scenes dan tentunya etika balas budi lainnya. Aku tekankan bahwa sama sekali aku tak menyalahkan ini, apalagi jika Tuanmu adalah orang baik juga. Tapi maukah kau terbuka untuk membuka seluas-luasnya, membuka bahwa Tuanmu ini memang orang baik dan punya cita-cita yang sama untuk membangun negeri, bukan hanya untuk kepentingan pribadi, mungkin tidak asing, tapi tak ada satu pun pihak yang rasanya mampu mendeskripsikan dengan baik tentang siapa dia, bahkan kadang takut untuk hanya sekadar menyebut inisialnya.

Ini hanya sekedar analisa pandanganku semata. “He is an angel, but at once he is a devil”. Inilah dilemaku karena aku tidak tahu banyak tentang dia, aku mau tahu itu langsung darimu, karena jika kau punya keyakinan tentang Tuanmu yang baik itu, bukalah saja. Rakyat akan mendukung jika ia punya visi yang sama tentang negeri yang lebih baik, lepas dari etika balas budi lainnya. Selama itu dijalankan dengan benar, rasanya sah-sah saja. Yang terpenting ialah profesionalisme. Itu sebuah keniscayaan. Tak ada satu pun yang mampu lepas dari itu. Tapi hanya satu: JANGAN BIARKAN DIA MEMIMPINMU!.

Ini bukan karena dia Tionghoa, tapi ini pertaruhan besar tentang arah Jakarta ke depan. Karena siapa pun bisa berbuat baik, dan siapa pun juga bisa berbuat jahat. Masih ingatkah tentang RC dalam kasus SN mantan ketua DPR yang lalu? Dia bukan Tionghoa, bahkan dia Arab, tapi itulah kelakuannya. Nyatanya tak bisa disentuh jua. Tapi, lagi-lagi substansi utama dari kacaunya negeri ini sekarang adalah bahwa aku hanya butuh transparansi. Kau juga setuju kan akan hal itu? Terbukalah kepada rakyat, sehingga kita bisa melihat dengan terang benderang ke arah mana kita akan dibangun. Semua punya kekurangan, begitu juga kelebihan. Tapi, aku memandang prinsip yin yang adalah sebuah kenyataan hidup, aku akan memilih dia yang putih dengan setitik hitam, tidak memilih hitam dengan setitik putih.

Ini bukan soal SARA, tapi soal visi ke depan. Siapa pun dia, jika punya visi yang baik untuk NKRI, tentu rakyat sudah sepantasnya mendukung. Orang yang masih mempersoalkan SARA hanya orang-orang sesat pikir yang seringkali menggeneralisasi, bahkan aku yakin dia tak pernah tahu tentang sejarah negeri ini.

Dan, satu lagi soal kata-kata, yang seringkali membandingkan bahwa lebih baik kasar tapi tidak korup daripada santun tapi korup. Mutiara dilapisi lumpur atau lumpur dilapisi mutiara. Ini bagian dari yin-yang, tapi alangkah baiknya kita berintrospeksi, karena jika ada kemungkinan untuk santun dan tidak korup, kenapa tidak? Ini bukan tentang baik dan tidak baik, ini bukan tentang benar dan salah, ini hanya sebuah dilemaku. Semoga ada pelangi di musim kemarau.

 

Bogor, 25 Maret 2015

Mario Tando

Ikuti tulisan menarik Mario Tando lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler