x

petani yang berasal dari kawasan pegunungan kendeng, Grobogan, Pati, Rembang bersiap mengecor kakinya di depan Istana Merdeka, Jakarta, 11 April 2016. Tempo/ Mawardah

Iklan

Mukhotib MD

Pekerja sosial, jurnalis, fasilitator pendidikan kritis
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bagi Perempuan Kendeng, Kaki-kaki Itu...

Ritual lamporan' warga petani Kendeng tak cukup kuat menolak pabrik semen. Perempuan Kendeng melakukan penanaman kaki mereka diadukan semen

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tampaknya pemerintah Provinsi Jawa Tengah, tetap tak peduli terhadap protes warga petani Kendeng terhadap pembangunan semen di wilayah Kendeng. Petani dari berbagai daerah sekitar Gunung Kendeng, akhir tahun lalu melakukan ritual 'lamporan'. Tradisi kaum agraris sebagai tolak balak, menjaukan dari bencana. Kala itu, 'pabrik semen' dianggap sebagai mala petaka itu.

Rupanya, ritual itu tak mempan. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah masih menunjukkan sikap tak berpihak kepada warga petani. Mengharapkan hadirnya negara, seperti yang dijanjikan dalam NAWA CITA Jokowi-JK, nampaknya masih hanya akan sebagai isapan jempol belaka. Mengharap agar negara tak absen dalam melindungi warga negaranya, masih tak beda dengan hembusan angin belaka.

Maka, seperti viral dalam media sosial, para perempuan petani Kendeng, melakukan aksi berani. Mereka menanam kaki-kaki mereka ke dalam adukan semen dalam kotak-kotak dari papan. Para pengguna media sosial, terus secara berantai menyebarkan aksi berani para perempuan petani Kendeng. Kelompok yang secara khusus disebut dalam NAWA CITA Jokowi-JK. Kelompok yang dijanjikan akan mendapatkan perlindungan, bersama dengan anak-anak dan kelompok termarjinalisasi lainnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lupakah  Jokowi dengan NAWA CITA-nya itu? Akan ia benar-benar tak absen dalam melindungi perempuan? Benarkan negara akan hadir dalam membela warganya dari berbagai kepentingan-kepentingan, termasuk kepentingan bisnis? Seorang pengguna twitter mempertanyakan--tentu dengan nada sindiran, "tahukah Jokowi?"

Memang, tak harus Jokowi yang langsung hadir, Jokowi yang langsung tak absen. Tetapi pejabat-pejabat di daerah merupakan representasi Jokowi sebagai Presiden yang telah menegaskan janji-janjinya dalam dokumen yang disebutnya NAWA CITA itu. Mereka yang menjadi representasi Jokowi tentu saja adalah Bupati Pati dan Gubernur Jawa Tengah.

Jika mereka tak bisa mendengarkan keluhan warga dan akan terus melanjutkan pembangunan pabrik semen yang dikembangkan PT Sahabat Mulia Sakti, anak perusahaan PT Indocement, Jokowi sudah sepantasnya hadir dan tak absen untuk memenuhi cita-cita luhur dan janji sucinya.

Jika tidak, kaki-kaki perempuan petani Kendeng akan menjadi saksi sepanjang masa kekuasaannya. Menjadi nokta hitam dalam masa pemerintahannya, seramah, sedemokratis apa pun, Jokowi memimpin negeri ini.

Kaki-kaki perempuan itu akan menjadi bayang-bayang hitam, dan meneguhkan apatisme warga miskin yang dilemahkan, yang dihinadinakan, yang dipinggirkan, tak akan ada janji sesuci apapun dari calon penguasa di negeri ini yang benar-benar disertiai, yang benar-benar akan diwujudkan. Termasuk yang dijanjikan Jokowi.

Kaki-kaki perempuan yang tertanam dalam adukan semen itu, sudah semestinya mampu menggetarkan hati dan perasaan Jokowi. Jika tidak, kita harus kembali kepada Lirik Lagu Ebiet G Ade, bertanyalah kepada rumput yang bergoyang, sebab yang berkuasa tak lagi bisa menjawab dengan jujur sesuai dengan suara hati nurani, bukan petimbangan investasi dan kepentingan industri.

Kaki-kaki perempuan itu, kaki-kaki yang tertanam dalam adukan semen....

Ikuti tulisan menarik Mukhotib MD lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler