x

Iklan

Andi Ansyori

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ditantang Ahok , Walikota Rustam, Kibarkan Bendera Putih

Sumber photo Kompas.com

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Tudingan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok kepada Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi ternyata berbuntut pengibaran bendera putih Rustam Effendi. Rustam terpaksa mengibarkan bendera putih tanda menyerah dan mengundurkan diri dari jabatannya selaku Walikota Jakarta Utara, setelah Rustam tak tahan menerima tantangan dan Fitnah Ahok kepada dirinya terkait dugaan persekutuannya dengan Yusril Ihza Mahendra lawan politik Ahok pada pilkada DKI 2017 mendatang.

Memang tidak dapat dipungkiri cara Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memimpin Kota Jakarta , dengan cara cara “ arogan “ Sombong, dan Ahok tak segan segan mempermalukan bawahannnya di hadapan umum.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mundurnya Wali kota jakarta Utara, Rustam Effendi, menyusul mundurnya dua pejabat pimpinan unit kerja eselon II sebelumnya. Pajabat kepala dinas yang sudah  lebih dahulu mengibarkan bendera putih tanda menyerah serta mengundurkan diri dari jabatannya yakni  Haris Pindratno yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kepala Dinas Perindustrian dan Energi DKI dan Tri Djoko Sri Margianto dari jabatan Kepala Dinas Tata Air DKI.

Disamping itu, sampai Maret 2015 , ada  15 pejabat eselon IV Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang juga sudah mengundurkan  diri dari jabatannya tersebar diberbagai unit kerja Pemprov DKI.

Penomena Pengunduran diri sejak Ahok berukasa “Aneh”

Fenomena pengunduran diri para pejabat di era  Ahok berkuasa dan  memimpin DKI Jakarta, adalah tidak lazim dan terbilang aneh. Dimana mana hampir di seluruh daerah di Indonesia, para pejabat umumnya berebutan ingin menduduki jabatan terutama jabatan eselon II. Sebelum seseorang menduduki suatu jabatan , tak jarang tersiar terkabar bau tak  sedap, adanya jual beli suatu jabatan tertentu. Para pejabat tersebut umumnya berlomba lomba untuk menduduki jabatan eselon II. Berbeda dengan pejabat di  era Ahok berkuasan di Pemprov DKI, sebaliknya banyak pejabat yang enggan bahkan beberapa diantaranya mengajukan permohonan pengunduran drinya selaku kepala dinas

ada apa ?

Aneh ?

Alasan  Dua pejabat eselon II DKI yang mengundurkan diri.

Berbagai alasan yang dikemukakan oleh pihak pihak yang mengundurkan diri dari jabatannya namun secara umum mereka tidak tahan dengan sifat arogannya Ahok.

1,  Alasan Kepala Dinas Perindustrian dan Energi DKI,

Salah satu dari dua pejabat eselon II yang mundur itu adalah Kepala Dinas Perindustrian dan Energi DKI, Haris Pindratno.

Haris  tidak mengatakan bahwa alasannya mundur adalah karena Ahok. Haris misalnya, ia mengaku ingin pensiun dini karena masalah kesehatan ketika mengundurkan diri .

Saat masih memimpin Kepala Dinas Perindustrian dan Energi DKI, Haris sering kena tegur Ahok. Salah satunya karena SKPD yang dipimpinnya itu tidak mengganti lampu penerangan jalan umum (PJU) dengan lampu LED.

Memang menurut pengakuan stafnya Haris, untuk mengawasi lampu lampu jalan seantero Jakarta bukanlah perkara mudah. Dengan personil terbatas tentu saja , lampu lampu jalan itu tidak terpantau seluruhnya. Diperbaiki di sebelah utara, belum lagi selesai perbaikannya,  sebelah selatan sudah  rusak kembali.

Makanya , menurut Stafnya. Haris selaku kepala dinas   sering dicaci maki oleh Ahok

Sebelum  mengundurkan diri dari jabatannya, Haris pernah memanggil bawahannya ke ruang kerjanya,disana Haris  “curat”

Bahwa alasannya mengundurkan diri tak lain, bahwa  ia tak kuat lagi menghadapi sikap arogannya Ahok. Haris tak kuat lagi dipermalukan Ahok di depan umum, Ahok sering memarahinya bagaikan ia seorang anak kecil

 Disamping Haris, Sikap serupa Juga dialami oleh  kepala Dinas Tata Air DKI , Tri  Djoko Sri Margianto. Tri juga mengundurkan diri karena ngak tahan seringkali  di permalukan Ahok.

 2,Alasan Kepala Dinas Tata Air DKI

 Sementara itu, kepala Dinas Tata Air,  Tri Djoko mengakui bahwa dia sering berbeda pendapat dengan Ahok khususnya terkait penanganan banjir.

Menurut Tri Djoko, Ahok melihat permasalahan banjir sebagai sesuatu yang mudah. Padahal, menurut dia, penyelesaiannya tidak semudah yang diucapkan Ahok.

Tri pun memilih mundur saja karena usianya juga sudah memasuki usia pensiun.

 "Kalau pola pandangnya beda, buat apa lagi. Toh saya juga sudah waktunya (pensiun), ngapain lagi capek-capek," ujar Tri ketika itu.

"Banyak hal yang menjadi kendala. Pak Ahok mungkin melihatnya simpel, tetapi kenyataan di lapangan enggak. Kalau sudah beda cara pandang sulit  diskusinya lain," ujar dia.

 

"kalau kita debat, Seolah-olah kita tidak menjalankan perintah, padahal banyak kendala lapangan," kata dia lagi.

 

Perbedaan pendapat ini dia akui sering membuat dia kesulitan jika berdiskusi dengan Basuki. Karena setiap diskusi Ahok mau menang sendiri .  Ahok arogan.

 

Dari pada makan hati, maka menurut Tri, lebih baik ia  mundur saja dari Kepala dinas Tata Air DKI.

 

3, Alasan pejabat eselon IV yang mengundurkan diri

Menurut pengakuan para pejabat yang mengajukan  pengunduran dirinya dari jabatan eselon IV dilingkungan Pemprov DKI tersebut, karena tiada lain mereka sudah  ngak tahan lagi menghadapi  tingkah pola Ahok yang seolah olah dia adalah orang yang paling bersih sendiri, dia orang yang paling pintar sendiri , sehingga Ahok tak segan segan mempermalukan mereka  dimuka umum.  

Dari pada makan hati, lebih baik sementara mereka  mengundurkan diri dari jabatannya.

Alasan mereka, ngak mempunyai eselon juga ngak apa apa, dari pada selalu wawas dan makan hati. Terutama mereka yang di sekretariat Pemprov DKI, Dengan tidak memiliki jabatan minimal mereka tidak akan dipanggil lagi oleh Ahok.

Mereka seringkali miris melihat kepala dinas yang dicaci maki Ahok didepan umum. Walaupun kerja mereka sudah cukup baik, namun dimata Ahok, mereka ngak dianggap , ngak ada apa apanya.

Arogan Ahok ,melukai keluarga besar sang pejabat

Ahok lupa  pejabat yang nota bene bawahannya , yang dipermalukannya itu memiliki isteri, memiliki anak dan menantu, memilki keluarga besar , sahabat  rekan , tetangga kiri kanan serta jemaah satu masjid  ditempat tinggalnya. `Apalagi  jika pejabat itu   awalnya ia si anak perantauan, melalui keterbukaan informasi seperti sekarang ini, melalui Teve, tentu keluarga besar ditempat kelahiran sang pejabat juga turut malu dan bersedih.

Ahok candai Rustam berafiliasi ke Yusril Ihza Mahendra

( Tulisan bagian ini sebagian , penulis kutip dari Kompas.com )

Rupanya diam diam Ahok kesal nelihat Rustam yang sering tidak segera melaksanakan perintah perintahnya. Setelah Rustam curhat melalui  akun face booknya, kini Ahok berbalik membeberkan dosa dosa Rustam ke publik.

Antara lain sebagai berikut :.

Bermula saat Ahok mengumpulkan pejabat satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait dalam rapat penanggulangan banjir, Jumat (22/4/2016) lalu.

Dalam rapat tersebut, Ahok mengemukakan ide agar saluran air dari Ancol diteruskan hingga Pintu Air Pasar Ikan.

Dengan demikian, kawasan Ancol tak terendam banjir lagi. Namun, Dinas Tata Air mengaku sulit melakukan hal itu karena ada bottle neck atau penyempitan di kawasan Ancol.

Ahok pun menyebut kinerja Rustam lambat karena tidak juga menertibkan permukiman liar di kolong Tol Ancol.

"Aduh, ini Pak Wali Kota ini saya selalu bilang begini Pak Wali, Pak Wali kalau saya suruh usir orang itu wah ngeyelnya ngeles. Jangan-jangan satu pihak sama Yusril (bakal calon gubernur DKI," kata Ahok yang membuat seisi ruangan terbahak.

Rustam tak dapat menerima Fitnahan Ahok

Ternyata, candaan Ahok pada rapat hari itu, ini membuat hati Rustam gundah gulana , ia tak tenang dan mengganjal di hatinya.

Untuk menumpahkan kekesalan hatinya, lalu keesokan harinya, Rustam mencurahkan perasaannya terkait tudingan itu di akun Facebook miliknya.

Rustam Curhat di Face Books

Pada akun Face booknya, Rustam menyebut tudingan Ahok kepada dirinya soal berpihak kepada Yusril sebagai hal yang menyakitkan.  Tulisan Rustam tersebut  berjudul "BEKERJA DENGAN HATI, suatu ironi:" 

Pada tulisan itu, Rustam ingin menekankan bahwa ia sama sekali tidak bersekongkol dengan Yusril seperti yang sebelumnya dialamatkan Ahok kepadanya.

Dalam catatan Facebook-nya, Rustam mengaku tidak pernah takut dalam melaksanakan penertiban permukiman kumuh, seperti di Jalan Tubagus Angke, Kali Karang, Kali Cakung Lama, anak Kali Ciliwung Ancol, lokalisasi Kalidiodoh , dan Pasar Ikan.

Hanya saja, ia merasa harus berhati-hati dan melakukan perhitungan matang sebelum melakukan penertiban.

Ia juga mengungkapkan kekecewaannya kepada Ahok selaku atasannya yang melontarkan tuduhan fitnah terkait afiliasinya denga Yusril Ihza Mahendra.

"Saya hanya ingin menjelaskan dan menjawab pertanyaan dari kawan dan kerabat saya seputar berita-berita tentang banjir dan genangan pada 21 April 2016. Kemudian (menjelaskan) marahnya Pak Gubernur ke saya, itu saja," kata Rustam, Minggu (24/4/2016).

Serangan balik Ahok

Menanggapi curhatan itu, Ahok balik menyerang Rustam. Segala macam hal diungkapkan Ahok, mulai dari latar belakang Rustam seorang aktivis hingga kegemaran Rustam bermain golf.

"Makanya, kalau orang main politik, perasaannya langsung kena. Kalau kita bercanda dan enggak ada kepentingan, enggak akan marah kok. Ketawa semua, ngakak," ujar Ahok.

Tak hanya itu, Ahok juga membeberkan berbagai "dosa" yang dilakukan Rustam selama menjabat sebagai orang nomor satu di Jakarta Utara.

Kejadian pertama adalah ketika Kawasan Berikat Nusantara (KBN) di Cilincing tergenang.

Ketika itu, Ahok yakin ada yang sengaja menyumbat. Ahok menuding, saat itu Rustam justru membela lurah yang dinilainya bekerja tidak becus.

Kejadian Kedua,  Kemudian, saat penertiban Kalijodo,  Menurut Ahok, sebelum penertiban, Rustam sempat menolak untuk menurunkan SP 1 kepada warga. Ahok menyebut Rustam juga sulit bergerak untuk menertibkan kawasan Pasar Ikan, Jakarta Utara.

Kejadian Ketiga terakhir adalah ketika Rustam mengatakan bahwa rob naik sehingga pompa menjadi tidak berfungsi.

Ahok sampai harus meninjau langsung dan bertanya kepada penjaga pintu air untuk memastikan bahwa air laut sudah masuk.

Ternyata, menurut Ahok, air laut itu ketika masih jauh.

 "Kamu tahu enggak kenapa enggak bisa bohongin saya soal rob? Saya tiap pagi lihat dari jendela rumah saya, saya langsung lihat laut naik berapa tinggi," kata Ahok kepada Rustam..

Geng golf

Serangan balik Ahok pun menyasar dan melebar kewilayah pribadi. Ahok tak ketinggalan pula menyoroti pula  kegemaran Rustam bermain golf. Ia mengungkapkan adanya geng golf di kalangan internal PNS DKI.

Ahok menyebut Rustam sebagai anggota geng golf tersebut.

"Waktu kami lantik 2 Januari 2015, begitu selesai lantik, sudah pada bisik-bisik tuh, termasuk dia (Rustam) juga tuh, 'Mau main golf di mana nanti? Mau main golf di mana?' Ini nih geng golf sebetulnya," kata Ahok.

Bahkan, Ahok menyebut ada keuntungan yang didapat para pegawai negeri sipil yang bergabung dengan geng golf ini.

Sudah menjadi rahasia umum , bahwa Ahok sering menyinggung masalah geng Golf dikalangan internal PNS DKI, dimana salah satu anggota geng golf tersebut adalah Rustam Effendi.

Menurut Ahok , makanya ia ngak suka,  geng golf ini,  dulunya  seolah menjadi perkumpulan eksklusif. Sebab, anggotanya mendapat keuntungan, yakni bisa naik jabatan lebih cepat. Saat Ahok menjadi gubernur, anggota geng golf sudah banyak yang disingkirkannya.

"Dulu ya, eselon II pada suka main golf. Sekarang tinggal Si Jakarta Utara (Rustam) aja," ujar Ahok seraya menunjuk Rustam..

Masalah tudingan negatif Ahok kepada Geng Golf ini, nampaknya juga menjadi beban tersendiri bagi Rustam. Utama terhadap rekan rekannya yang selama ini bekerja bersama dirinya , seluruhnya sudah dicopot Ahok dari jabatannya.  Mereka seluruhnya sudah di non jobkan Ahok dari jabatannya.  

Apa salah geng Golf PNS DKI.  Menurut Rustam, kita  jangan melihat sisi negatifnya aja. Pada zaman Gubernur sebelumnya Geng Golf itu, sekaligus tempat menyelesaikan  problematik DKI, diluar kedinasan.

Itu salah satu , yang membuat Rustam Effendi kecewa kepada Ahok. Geng golf PNS DKI itu, lebih kepada rasa kebersamaan sesama  PNS DKI. Dan tak jarang geng Golf itu juga dijadikan tempat musyawarah diluar kedinasan bagi para pejabat eselon II bersama sekda dan Gubernur, dalam memecah beberbagai prolemtik kota Jakarta. 

Ngak ada yang salah.

Ambil positifnya.

Rustam Effndi Kecewa !!!

Kini nampak jelas , sejak Ahok memimpin kota Jakarta , semua anggota geng Golf PNS DKI , satu persatu dihabisi oleh Ahok. Kini hampir seluruhnya di Non jobkan oleh Ahok. Anggota Geng Golf PNS DKI, terakhir Rustam Effendi kini juga dicopotnya.

Tak hanya Rustam Effendi  yang kecewa Bang Yos (Sitiyoso) mantan gubernur sebelumnya juga ikut  kecewa.

Sutiyoso yang kini kepala Badan Interlijen Negara (BIN)  itu, mengaku kecewa denga pernyataan Ahok tersebut, terlebih terkait bagus tidak bagusnya kinerja pejabat Pemprov DKI.

 “ Masa iya sih dilapangan golf terus menentukan karir seseorang “ Ujar Sutiyoso di komplek Istana Kepresidenan Jakarta , selasa (26/4/2016)

 Bang Yos, begitulah sebutannnya, mengakui memang ia sering mengajak anak buahnya untuk bermain golf. Namun sekedat untuk mendekatkan dirinya antara pimpinan dan bawahan

 Curatan hati Rustam Effendi, pada akun face booknya.

Disini penulis akan mencuplik sedikit curahan hati Rustam melalui   akun face booknya sebagaimana yang dimuat pada Kompas.com :

Mari kita simak

 Tulisan itu berjudul "BEKERJA DENGAN HATI, suatu ironi:"

 Pada tulisan itu, Rustam ingin menekankan bahwa ia sama sekali tidak bersekongkol dengan Yusril seperti yang sebelumnya dialamatkan Ahok kepadanya.

 “ Walau saya berlatar belakang pendidikan di bidang ilmu politik, dan juga berkawan dengan orang politik (sesama mantan aktifis pada saat muda atau mahasiswa), tapi dengan kesadaran penuh bahwa dalam pelaksanaan tugas saya sebagai PNS atau Aparatur Sipil Negara, saya tidak mau mengaitkan pelaksanaan tugas dengan kepentingan politik orang atau golongan tertentu.

Jadi jika ada yang menilai bahwa saya bersekutu dengan tokoh politik ataupun bakal calon Gubernur/Wakil Gubernur dalam Pilkada DKI Tahun 2017, saya nyatakan tidak benar dan tidak beralasan sama sekali.

 Dengan ini saya nyatakan bahwa tuduhan saya bersekutu dengan Pak Yusril adalah tidak benar.

 Berbeda dengan tuduhan yang menjurus fitnah apalagi keluar dari mulut pimpinan adalah sesuatu yang SANGAT MENYAKITKAN. Dan lebih menyedihkan tuduhan dan fitnah itu keluar dari pimpinan yang sebenarnya saya berharap memberikan petunjuk, arahan, bimbingan, memotivasi, memberi semangat, dan itu dipertontonkan di muka jagat raya.

Apakah ini yang disebut BEKERJA DENGAN HATI? Wallahu Khairul Makiriin.

-Rustam Effendi, Wali Kota Jakarta Utara-"

 Itulah curahan hati dari seorang Rustam Effendi, mantan mahasiswa aktifis dan kini mengundurkan diri dari jabatan bergengsi Walikota Jakarta Utara , karena tidak kuat menghadapi  sifat Arogan atasannya yang  nota bene Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Terasa sakit diulu hati Rustam terkait Finah Ahok yang tak beralasan

 Rustam effendi kecewa, walaupun ia sudah berkerja sungguh sungguh  melaksanakan perintah Ahok terakhir masalah penggusuran Kali jodoh, namun Ahok sama sekali tidak berempati kepadanya

 Ahok tidak pernah sekedar basa basi menghaturkan termakasih kepada Rustam Rffendi Walikota Jakarta Utara yang nona bene adalah garda terdepan Ahok dalam melakukan penggusuran  warga kali jodoh yang mendiami bantaran kali, penyebab banjirnya kawasan jakarta utara.

Ahok melihat Rustam Efendi bukanlah sebagai bawahan yang berprestasi, tapi lebih  kepada sekedar alat “ mesin “ mencapai tujuan .

 Irons memang.

 Maka wajar sekali karena sudah ngak tahan lagi akan sifat arogannya Ahok,  Rustam effendi ogah melayani Ahok  dan ia lebih memilih  mengibarkan bendera putih tanda   pengunduran dirinya  selaku Walikota Jakarta Utara.

Ironis

Ironis hubungan antara Atasan dan bawahan berakhir  perseteruan. Jelas kesalahan terletak di  atasan, Atasan tidak bisa  membina bawahan, atasan tidak berempati kepada bawahannya sendiri. Menurut anggapan  Ahok, bawahan tidal lebih  sebagai mesin mencapai tujuan pribadinya.

Ahok yang arogan

 

 

Sumber :

http://megapolitan.kompas.com/read/2015/12/04/08415901/Senyum.Lega.Tri.Djoko.Lepas.dari.Ahok?page=all

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/26/06470351/Rustam.Effendi.Menambah.Daftar.Panjang.Pejabat.DKI.yang.Mundur.di.Era.Ahok?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Khlwp

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/24/08423531/Rustam.Effendi.Sebut.Tudingan.Ahok.soal.Berpihak.pada.Yusril.Sangat.Menyakitkan?utm_source=RD&utm_medium=inart&utm_campaign=khiprd

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/25/14332961/Yusril.Posisi.Wali.Kota.dan.Camat.di.Jakarta.Dilematis.karena.Penggusuran

http://nasional.kompas.com/read/2016/04/26/18112101/Sutiyoso.Kecewa.Ahok.Sebut.Golf.Tentukan.Karier.Pejabat.DKI?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Khlwp

 

 

Ikuti tulisan menarik Andi Ansyori lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler