x

Iklan

Sari Novita

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Indonesia Raja: Membaca Indonesia Melalui Film Pendek

Sebuah program film pendek untuk membaca Indonesia

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Gambar di atas merupakan kisah dari seorang pelajar yang terus punya cara menunda menyelesaikan PR-nya. Sebuah film pendek dari  hasil kreativitas sutradara muda berusia 17 tahun, Maria Rosiana. S yang masuk seleksi program film pendek INDONESIA RAJA. Di tahun kedua (2016) MINIKINO kembali mengelar INDONESIA RAJA Program Film Pendek yang melibatkan 17 programmer dari 15 kota, dan 15 program film pendek – pada tanggal 21 Mei 2016, Denpasar, Bali.

MINIKINO yang didirikan sejak tahun 2002 terus berupaya memajukan film Indonesia melalui berbagai program film pendek, salah satunya: INDONESIA RAJA (dibaca:Raya).  Jika di tahun 2015, INDONESIA RAJA hanya melibatkan 7 programmer dari 7 kota, tahun 2016 mengalami peningkatan  lebih dari 2 kali lipat. Dalam hal durasi pun berbeda, tahun 2015, batas durasi 20 menit, tahun ini maksimal tempo 25 menit.

Menunjukan antusias sineas Indonesia mengalami kemajuan dalam berkarya, berkompetisi dan keinginan karyanya untuk ditampilkan serta disaksikan orang banyak. Jelas ini merupakan suatu niat yang bagus, namun entah bila dillihat dari segi kualitas (menurut saya).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

INDONESIA RAJA 2016

Namun berbeda halnya yang diceritakan Fransiska Prihadi, Kordinator Utama MINIKINO, yang mendapatkan keluhan dari programmer di beberapa kota. Mereka sulit meyakinkan filmmaker untuk mengikutsertakan karya dalam seleksi program INDONESIA RAJA. Menurut Fransiska, kemungkinan hal ini disebabkan oleh ide dan kepentingan para filmmaker yang berbeda. Tapi, justru hal  inilah yang menantang para programmer dan MINIKINO untuk mengaet para filmmaker memajukan pengenalan Indonesia kepada masyarakat melalui “Membaca Indonesia”, program film pendek. Sekaligus meningkatkan kuantitas dan kualitas programmer, filmmaker, dan penonton agar terus meningkat.

Dan karena itulah, MINIKINO tidak menargetkan jumlah peserta. Tema pun dirangkai berdasarkan tema tertentu yang berbeda di setiap kota yang dikaitkan dalam tema besar. Dan Alhamdulillah, program film  pendek ini makin meluas kehadirannya di masyarakat.

INDONESIA RAJA sendiri merupakan agenda tahunan: pertukaran program dari berbagai wilayah/kota di Indonesia. Bertujuan  agar pemutaran film menjadi tontonan yang asyik menghibur tanpa melepas kandungan nilai literatur yang tinggi untuk pembahasan lebih lanjut. Tim MINIKINO menyeleksi programmer dari berbagai kota yang mendaftar di program ini.

Tugas programmer mengajak sineas di kota/wilayahnya untuk berperan serta, merancang tema, dan menyeleksi film pendek. Setelah mendapatkan film-film pendek berkualitas, tugas programmer tidak berhenti di situ. Selanjutnya mereka perlu mencari dan menjalin kerjasama dengan penyelenggara di kota/wilayah masing-masing; mempersiapkan ruang publik yang dihararpkan dapat memicu pertukaran ide, informasi, pengetahuan, dan latar sosial-budaya. Dari pemutaran film pendek tersebut, diharapkan pesan dari sebuah film sampai ke publik hingga mereka mendapatkan sekelumit gambaran terkini. Mengenai produksi film pendek, permasalahan yang kerap terjadi tapi masih belum terungkap, sosial budaya, dan isu-isu lainnya.

Melalui program film pendek INDONESIA RAJA, MINIKINO mempunyai harapan jangka panjang dalam hal meningkatkan kualitas programmer film Indonesia, meningkatkan kualitas penonton dan kualitas filmmaker beserta karya-karyanya.

Programmer diwajibkan membuat ‘Catatan Programmer’ yang merupakan bentuk kredibilitas dan pertanggungjawabannya atas film-film pendek yang dipilihnya dan disajikan berasal dari konten dan konsep yang telah dipikirkan. Dari catatan tersebut, reputasi seorang programmer akan terbangun dan dikenal oleh dunia sineas juga masyarakat. Programmer yang mempunyai reputasi tinggi mempunyai peran besar yang sangat menentukan sebuah acara atau festival film.

 

 

Film Pendek Indonesia

Sineas film pendek Indonesia memang telah banyak memproduksi karyanya. Banyak ini bukan merupakan jumlah data melainkan pandangan/perkiraan saya. MINIKINO dan saya memiliki pandangan sama terhadap film indie berdurasi pendek di Indonesia tentang format dan media bercerita yang melewati indahnya romantisme “film indie”. Ditilik dari segi kualitas, format bercerita yang ada pada film pendek Indonesia selama ini, masih belum bisa menyampaikan pesan atau gambaran yang ingin diangkat secara baik.

Saya pernah menyaksikan sebuah film pendek yang secara pengambilan gambar berartistik bagus dan tanpa dialog tapi tidak ada pesan yang mampu disampaikan ke penonton, termasuk saya. Sayang sekali!

Menurut Fransiska Prihadi, hal itu disebabkan oleh semangat “indie” yang berlebihan. Kerap, hasil karya seperti film panjang yang menyamar sebagai film film pendek – sebuah versi cut dari film besar. Mungkin  berasal dari imitasi bawah sadar dari format paling populer di Indonesia, yaitu: Sinetron. Ini sebuah ketajaman yang tidak saja dilihat dari pandangan Fransiska, tapi juga saya dan orang lain yang resah terhadap film pendek Indonesia.

 “Sebuah ide panjang, versi membosankan dari sebuah ide, bisa menjadi sederhana, cerdas dan menarik bila diperlakukan dengan cara yang tepat,” – Fransiska Prihadi.

Pandangan saya dan ucapan Fransiska sepertinya tidak butuh penjelasan panjang lebar. Berbeda memang bila dibandingkan film pendek luar negeri. Tentu hal ini salah satu alasannya adalah budaya yang memiliki gaya bertutur yang berbeda. Bagi Fransiska suatu film pendek berkualitas bagus atau tidaknya, itu tergantung dari siapa yang melihat.

Kalau saya, penguasaan teknik dalam proses untuk dihidangkan kepada penonton, juga perlu dilihat. Di Film panjang Indonesia pun saya banyak melihat kekurangan dalam hal ini, baik itu dari properti, editing, make up, dialog, karakter, dan masih banyak lagi.

Bagi saya film pendek yang bisa dinikmati atau mempunyai kualitas, adalah sebuah film yang tidak hanya mampu bercerita yang otomatis pesan tersampaikan tapi juga lihai dalam hal teknis. Biasa keunikan cerita, budaya yang belum dikenal oleh masyarakat, teknis yang baik, dan karakter yang kuat, bisa menguggah perasaan saya yang diakhiri dengan decak kagum. Pandangan saya tentu berbeda dengan penonton lain dan ini merupakan hal wajar. Lagi pula saya bukan orang yang ahli atau pengamat film tapi sekadar penikmat film.

MINIKINO pun percaya bahwa budaya hanya dapat eksis dan berkembang melalui pertukaran dan bukan isolasi. Melalui pemutaran dan diskusi rutin, MINIKINO memacu pertukaran dan jaringan antara pembuat film, penggiat film, dan penonton. Kegiatan tersebut hadir dengan barbagai cara yang dilakukan, salah satunya: chatting online antar benua setelah pemutaran film dilakukan.

Yang masih menjadi PR bagi kita semua adalah mempersiapkan ruang publik agar penonton bisa bertemu, menonton bersama dan diharapkan memicu pertukaran ide, informasi, pengetahuan dan latar sosial-budaya. Hal ini bisa terjadi melalui acara pemutaran film pendek yang terbuka untuk umum. Diskusi-diskusi yang terpicu dari acara menyaksikan film pendek menjadi bentuk apresiasi yang tak ternilai bagi semua pihak yang terlibat, sekaligus “menyentakan” kesadaran dan pemikiran kritis masyarakat pada film yang ditontonnya.

MINIKINO bersama programmer INDONESIA RAJA 2016 mengundang masyarakat luas untuk menonton, menikmati, dan meneliti INDONESIA RAJA dari berbagai sisi. Mari kita membaca Indonesia melalui film pendek Indonesia dari tangan dan buah pemikiran sineas muda.

 

Program Film Pendek Karya Sineas Bali

Salah satu programmer INDONESIA RAJA terseleksi, Tria Nin menuliskan ‘Catatan Programmer-nya”:

 

Menonton film seperti menempatkan kita di depan cermin, mendengar percakapan tunggal, membaca realitas sosial, melihat peristiwa politik sampai mengamati hal-hal kecil di sekitar yang merangsang imajinasi penonton.

Sebuah film selain menjadi gambaran realita masyarakat sesungguhnya bisa jadi  merupakan refleksi jiwa filmmaker. Ramuan film-film Indonesia Raja dari filmmaker Bali ini  membawa penontonnya ke alam pikir tempat berkontemplasi secara bebas, menuju ruang-ruang sunyi yang steril. Seperti tergambarkan dalam visualisasi kolase “Silent”,  kecemasan yang tergambar dalam “ Balas Dendam”, aroma-aroma busuk korupsi, hingga emosi-emosi yang tidak teratur dari tindakan menunda si “ Biru”.

 

Walau mungkin cuma sebatas kontemplasi melaui film, paling tidak penonton dapat memandang sesuatu dari sudut pandang yang selama ini terlewatkan.  Seperti jeda, layaknya spasi pada deret kalimat. Tanpa spasi tentu kalimat menjadi sulit dicerna. Tanpa Jeda hidup berjalan tergesa tanpa sempat menoleh. Film-film Indonesia Raja 2016 – Bali ini bisa menjadi semacam jeda.

 1. SILENT (Wicitra Pradnyaratih | Bali/ 2015 /  Film Animasi I 2’25”)

Visualisasi dari opini masyarakat yang berbeda menanggapi proyek Reklamasi Teluk Benoa.

Statement sutradara :

Animasi ini bisu, tanpa nada atau suara, hanya visualisasi kolase yang terbentuk dari sekian banyak gambar yang berbeda, sama seperti opini masyarakat yang berbeda dalam menanggapi proyek tersebut. Animasi ini bukanlah bentuk dari aksi penolakan ataupun mendukung proyek tersebut. Animasi ini adalah sebuah ekspresi dari kumpulan opini masyarakat mengenai kultur setempat dan keadaan ekonomi yang terus berkembang.

 

 

2. SINAMPURA ( Apologize)  (I Putu Oka Sudarsana I Trax Video/Bali/2015/ Film Dokumenter I 11’30’)

 

Dalam pelaksanaan upacara wrspati kalpa yang dilaksanakan sekitar 40 tahun sekali di Pura Nataran, Br. Belang Desa Sembung, Mengwi-Badung. Terdapat hal yang kurang berkenan yang dilakukan warga. Hal itu membuat kekuatan alam yang dipuja disana turun dan memberitahukan kesalahan yang telah dilakukan warga.

 

Statement Sutradara:

 

Orang Bali sangat dekat dengan Tuhannya, permasalahan dengan semesta bisa dinegosiasikan.

 

 

3. RANTAU DI BALI (Agung Yudha I Bali/2015/ Film DokumenterI 4’29”)

 

Di mata pendatang, Bali mengalami sebuah perubahan besar yang tidak disadari oleh orang Bali sendiri. Perubahan yang kadang dikeluhkan oleh masyarakat tapi beberapa dari kita menutup mata terhadap hal tersebut. Sebuah refleksi bagaimana Pulau Bali di mata perantauan.

 

Statement Sutradara:

 

Film Dokumenter pendek #rantaudibali merupakan sebuah pandangan bagaimana saya mengkritik pembangunan dan berbagai masalah sosial yang ada di Bali. Sebagai sebuah hantaman bagi masyarakat Bali sendiri untuk sebaiknya menjaga Bali karena para perantauan yang datang ke Bali pun melihat Bali sebagai tempat yang harus dijaga.

 

 

4. PENGEN HP ( Desiring a smartphone) - ( I Made Suarbawa I Parum Media/Bali/2015/ Film FiksiI 14’)

SEKAR (16 tahun) ingin sekali memiliki HP baru yang lebih canggih dan up-to-date, agar bisa tetap gaul. Namun Ibunya yang bekerja sebagai tukang setrika dan menerima pesanan Canang (Sesajen), tidak sanggup memenuhi keinginan SEKAR. Diantara konflik SEKAR dan IBU, hadirlah AYU salah satu teman Sekolah SEKAR yang berbaik hati memberikan HP yang bisa dicicil kapanpun bila SEKAR ada uang. Dalam usaha melunasi HP baru tersebut, Sekar mengupayakan berbagai cara termasuk menempuh jalan pintas yang ditawarkan AYU.

Statement Sutradara:

Saya percaya film merupakan bentuk seni dan media ekspresi yang akan berbicara dengan caranya sendiri setelah dirilis penciptanya dan menjadi media untuk belajar dan diskusi. PENGEN HP adalah ungkapan kecemasan saat fenomena kejahatan seks di bawah umur terjadi disekitar kita dan muncul dorongan untuk mengatakan sesuatu. Dan film yang sangat mungkin menjadi cara untuk membuka peluang diskusi dan introspeksi.

 

 

5. NEGERI PENJARAH - (I Gusti Agus Wiranata /Trax Video?Bali/2015/02’30”)

 

Korupsi yang digambarkan secara semiotika. Seorang yang memakai dua pakaian penyimbolan dualisme kepentingan. Orang ini bertugas menyiram tanaman. Tapi...

 

Statemen Sutradara:

 

Konflik kepentingan, akar korupsi.

 

6. BALAS DENDAM - ( Putu Kusuma Widjaja I Bali/2016/ Film DokumenterI 13’)

 

Desmond ingin membalas dendam atas kejadian yang dilihatnya. Mungkinkah suatu hari dia akan melakukannya? Mungkinkah teman se desanya, Albert yang ingin jadi polisi menolongnya?

 

Statemen Sutradara:

 

Saporkren adalah desa di Raja Ampat dan di desa ini hanya ada dua orang yang bekerja sebagai pegawai pemeritah, sisanya, nelayan dan petani. Anak-anak berusaha meraih cita citanya yang tertinggi dan salah satu yang ditemui, cita citanya tergantung bersama dendamnya.

 

 

7.  BIRU (BLUE) - (Maria Rosiana Sedjahtera/ Besok Syuting Production/Bali/2015/ Film AnimasiI 9’34”)

 

Biru harus mengerjakan PR untuk besok pagi, tapi ia terus menemukan cara untuk menunda.

 

 

Penghargaan:

 

-        2016 Official Selection MICE – Mostra Internacional Cinema Educatiu, 27th February 2016 World Premiere  

-        Screening in Mostra, Valencia- Spain?2016

-        Finalis Short Animation – XXIShort Film Festival 2016.

-        L’Inconnu Film Festival – official selection, France – April 2016

 

 

 

INDONESIA RAJA 2016 https://www.youtube.com/user/minikinoevents

www.facebook.com/minikinoevents

 

INDONESIA RAJA 2015 bisa dilihat

https://indonesiana.tempo.co/read/43771/2015/07/04/sarinovitaar/indonesia-raja-program-film-pendek-indonesia

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Sari Novita lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler