Mengajak Berpikir Orang yang Sedang Marah
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBSiapa bilang orang marah gak bisa diajak mikir? kenali trigger-nya, hormati dia, dan pertanyaan kritis menjadi kuncinya.
Apa jadinya, ketika Anda jengkel, kesal, marah, dan butuh penyelesaian segera atas persoalan Anda, namun yang anda dapatkan adalah pertanyaan-pertanyaan kritis yang justru mempertanyakan alasan tingkah emosional anda, dan mengajak anda berpikir untuk menemukan sendiri jalan keluar atas persoalan yang anda hadapi? Setidaknya, ada 2 kemungkinan yang akan terjadi: Anda semakin marah, atau anda akan merenung dan merefleksikan pertanyaan-pertanyaan kritis tersebut.
Tentunya, situasi dan kondisi ketika hal tersebut terjadi sangatlah menentukan. Selain bobot permasalahan yang menjadi penyebabnya. Semakin berat masalahnya, semakin membutuhkan perlakukan yang berbeda dan beragam.
Agar bisa berpikir rasional dan logis, kita membutuhkan ketenangan pikiran, bebas dari segala macam tekanan, intimidasi, dan tentunya amarah. Itulah mengapa, orang marah sangat dianjurkan untuk tidak mengambil keputusan apapun. Kurangnya pertimbangan-pertimbangan logis dan rasional menjadi pondasinya.
Berdasarkan pengalaman, mengajak orang sedang marah agar bisa kembali berpikir rasional dan logis, salah satunya bisa dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis yang diharapkan mampu meredakan dan memberikan sudut pandang yang berbeda dan lebih luas atas masalah yang dihadapi. Memang ini sangatlah tidak mudah. Seringkali, kita lebih memilih diam, menjadi penonton, pendengar, dan menunggu redanya marah, untuk kemudian menyampaikan saran dan pendapat kita.
Berdasarkan pengalaman, menghadapi orang marah, kita harus aware dengan trigger-nya. Masing-masing orang memiliki trigger. Sebuah kondisi atau situasi yang membuat setiap orang bereaksi emosianal yang luar biasa (negatif atau positif). Namun, yang sangat penting kita antisipasi adalah trigger yang mengarah pada reaksi emosinal yang negatif, seperti: marah, ataupun tindakan-tindakan yang mengarah pada kekerasan dan destruktif.
Masing-masing orang memiliki ‘trigger’ yang berbeda-beda. Ketika menghadapi orang marah, kita harus sangat hati-hati. Jangan sampai kita justru memperkeruh situasi, dengan menanyakan atau menyebut sesuatu yang menjadi ‘trigger’ nya. Bisa dibayangkan dampaknya, orang tersebut akan semakin marah.
Selain trigger, penting juga kita lakukan adalah tetap memilah mana itu masalah, dan mana itu orang. Kita harus tetap menghormati orang tersebut, meskipun kita begitu terintimidasi oleh sikap dan tingkah emosionalnya. “Attach problem, respect people” perlu kita praktekkan disini. Jangan sampai, niatnya membantu mengurai masalah, eh, malah kita yang terpancing emosi dan ikutan marah. Kita harus tetap menarup ‘respect’ kepada orang itu.
Hati-hati dengan trigger-nya, tetap menghargainya sebagai manusia seperti kita, dan keberanian menyuarakan pertanyaan-pertanyaan kritis, menjadi formula yang layak dicoba dalam menghadapi orang yang marah. Jika beruntung, kita justru akan membuatnya berpikir logis dan rasional kembali. Berani? #gusrowi.
Sumber ilustrasi foto: http://www.mos.org/sites/dev-elvis.mos.org/files/images/main/offerings/events/public-events_hurting-brains.jpg
Coach & Capacity Building Specialist
0 Pengikut
Mengenali Bahasa Penaklukkan
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBFleksibel Kan Membawamu Ke Tujuanmu
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler