Bunuh Diri Mahasiswa UI: 3 Alasan Rahasia Perlu Diungkap
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBJangan sampai kisah ala film Dead Poets Society sedang terjadi di tengah kampus kita.
Begitu sering mahasiswa kita bunuh diri. Setelah Jon Adam (18 tahun), mahasiswa Universitas Surya, Tangerang, gantung diri pada pertengahan Mei lalu, kejadian serupa terulang. Vinsensius Billy (19 tahun), mahasiswa Akuntansi Universitas Indonesia, menjerat leher sendiri di kamar kosnya di Kota Depok pada 31 Mei lalu.
Dua mahasiswa itu berbeda karakter. Jon Adam dikenal sebagai sosok periang. Sebaliknya, Billy cukup pendiam. Hampir dipastikan kematian Adam maupun Billy akibat bunuh diri karena ditemukan sisa kotoran dan air seni di tempat kejadian. Tapi hingga kini penyebab keduanya berbuat nekat belum terungkap secara gamblang.
Saat bunuh diri Jon Adam sedang sibuk menghadapi masa ujian. Ia juga baru pulang dari kampus sebelum mengakhiri hidupnya. Tapi polisi tak bisa memastikan apakah tekanan ujian yang membikin Adam stres. Kasus Billy pun sempat dikaitkan dengan urusan akademik, tapi belakangan pihak Universitas Indonesia meragukan lantaran prestasi si mahasiswa cukup baik. (Baca: Mahasiswa UI Bunuh Diri: Bukan Soal Nilai, Ini yang Terjadi)
Kepolisian semestinya berusaha keras untuk menyelidiki penyebab bunuh diri kedua mahasiswa ini. Setidaknya ada 3 alasan kenapa motif bunuh diri perlu diungkap.
1. Memastikan bukan kriminalitas
Dengan hanya melihat temuan di lokasi kejadian, sebetulnya belum cukup buat memastikan apakah pelaku benar-benar bunuh diri. Alangkah lebih baik jika korban diotopsi, tentu dengan seizin keluarga, dan penyebab bunuh diri ditelusuri. Pelaku pembunuhan yang canggih bisa saja merekayasa agar sasarannya terlihat sebagai korban bunuh diri.
Ingat kasus Akseyna Ahad Dori, mahasiswa Biologi yang tewas an mengambang di Danau Kenanga UI pada 26 Maret tahun lalu. Semula polisi menyebut sebagai kasus bunuh diri, tapi belakangan diselidiki sebagai pembunuhan kendati hingga sekarang belum terungkap pelakunya. (Baca : Akseyna UI Dibunuh, Siapa Tersangkanya?)
2.Pelajaran bagi orang tua
Para orang tua, terutama yang memiliki anak yang sedang kuliah, tentu risau mendengar serentetan kasus bunuh diri itu. Tapi mereka tak mendapatkan pelajaran apapun jika pemicu bunuh diri tak terkuak. Kalau bukan beban kuliah atau ujian yang berat, apa yang menjadi pendorong? Inilah yang sebetulanya perlu diungkap.
Apakah tekanan dari orang tua bisa memicu stres? Hal ini juga bisa ditelusuri. Dalam kasus Billy, sehari sebelumnya orang tuanya malah menjenguk korban yang mengaku sakit. Tapi setelah ke dokter tak ditemukan penyakit yang serius.
3. Koreksi dunia pendidikan
Pihak universitas seharusnya lebih terbuka kepada kepolisian agar penyebab sebuah kasus bunuh diri . Dalam kasus Billy, kalau pun nilai dia cukup bagus, bukan berarti tertutup sama sekali kemungkinan faktor lingkungan pendidikan yang memicu stres. Begitu pula dalam kasus Adam yang bunuh diri dalam masa ujian. Kampus dan sistem pendidikan yang baik semestinya mampu mencegah dari awal agar mahasiswa tidak terlalu stres.
Kalau ada tanda-tanda ada mahasiswa yang berperilaku kurang wajar atau menghadapi persoalan berat, seharusnya pula pihak universitas mendeteksi dan bisa membantu mengatasinya.
Jangan sampai kisah mirip film Dead Poets Society (1989 sedang terjadi di tengah kampus kita. Tatanan pendidikan yang kaku hanya akan membuat mahasiswa gampang memicu stres, apalagi jika tidak diimbangi dengan kegiatan yang lebih menghibur dan menumbuhkan nilai humanis.
Tanpa ada upaya menelusurinya, publik tak akan mendapatkan pemahaman terhadap fenomena itu. Masyarakat justru terus bertanya-tanya apa yang tengah terjadi dalam dunia pendidikan kita. *
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
74 Tahun Merdeka: Peran TNI di Era Presiden Jokowi Kebablasan?
Senin, 12 Agustus 2019 12:49 WIBTiga Penyebab Ide Densus Antikorupsi Bikin Gaduh
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler