x

Iklan

SOFIA TJIPTADJAJA

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kembali ke yang Esensial di Dunia Anak

Cinta Kasih dan Pengharapan adalah Hal yang Esensial. Pola hidup dunia moderen dapat dengan mudah mengalihkan perhatian dan fokus kita sebagai orang tua.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Orang tua di abad ke-21 dihadapkan tantangan yang amat berbeda dengan generasi sebelumnya. Di era informasi dan tingkat edukasi yang lebih tinggi, orang tua dibanjiri berbagai informasi, saran dan petunjuk dalam menjalankan perannya. Beragam macam informasi seperti permainan edukatif, mengolah makanan organik sehat, cara menstimulasi perkembangan otak, mendisiplinkan anak dengan efektif, menjaga keamanan anak di tempat publik, penemuan tren edukasi yang terbaru dan sebagainya.

Sebagai orang tua yang ingin hal terbaik untuk putra-putrinya, kita sangat bersemangat melahap info-info yang berguna ini dan memberikan investasi waktu, uang, dan tenaga, segala resources terbaik yang kita mampu berikan ke anak-anak kita.

Ini adalah naluri natural yang Tuhan berikan ke setiap orang tua untuk menjaga dan menyiapkan generasi berikutnya ke arah yang lebih baik. Di masa dahulu, orang tua mendapatkan nasihat atau pengajaran dari orang yang lebih tua dan teman-teman dari pergaulan sekitar. Namun sekarang dengan jaringan internet, kita dengan mudahnya mencari informasi dan juga sering kebanjiran informasi dari internet melalui e-mail, artikel atau newsletter yang dikirim berkala. Ini sudah menjadi pola hidup manusia moderen dan tanpa sadar kita sudah masuk lingkaran pola adiktif yang suka terstimulasi oleh teori terbaru.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sesuai pepatah kuno yang mengatakan bahwa knowledge is power, kita pun merasa di-empowered atau dibekali. Selain dampak positif yang terlihat jelas dari informasi yang kita terima, tanpa kita sadari kita juga merasakan dampak negatifnya. Apa dampak negatif dari segala macam informasi yang mengajarkan kita untuk menjadi orang tua yang terbaik di abad ke-21 ini?

Dampak negatif yang pertama adalah rasa khawatir dan rasa bersalah yang berlebihan. Setelah membaca segala macam informasi terbaru, suatu reaksi orang tua yang natural adalah untuk memberikan dan mengkondisikan anak-anaknya mengikuti anjuran-anjuran positif tersebut. Dalam kenyataannya setiap orang tua mempunyai situasi keterbatasan tenaga, uang, waktu atau talenta. Perhatian kita jadi terfokuskan ke hal-hal yang kita tidak mampu berikan ke anak-anak kita dan kita merasa khawatir dan bersalah jika anak-anak kita tidak bisa tumbuh secara baik dan maksimal disebabkan oleh kekurangan dan ketidakmampuan kita.

Dampak negatif yang kedua adalah dengan air bah informasi yang mendatangi kita setiap hari, sangat mudah untuk kita melupakan hal-hal yang mendasar dan penting, hal-hal yang esensial. Fokus perhatian kita tertarik ke hal-hal yang sekunder dan selalu terstimulasi dengan informasi baru.

Adalah penting untuk mengingat kembali ke hal-hal yang esensial di dunia anak. Hal-hal esensial ini sudah tersedia dari zaman dahulu, Tuhan yang adil memberikannya dari manusia awal sampai manusia moderen. Tuhan yang adil menyediakan kesempatan yang sama untuk yang kaya maupun yang miskin untuk memberikan yang terbaik ke anak-anak mereka.

Hal-hal yang esensial yang dimaksud adalah cinta kasih dan pengharapan. Dan kita tidak dapat menemukan bentuk cinta kasih dan pengharapan yang lebih murni untuk anak-anak dari yang mereka bisa dapatkan dalam keluarga masing-masing.  Walaupun setiap keluarga mempunyai kekurangan dan keterbatasan masing-masing, tapi setiap orang tua mempunyai sumber cinta kasih dan pengharapan yang tidak terbatas untuk anak-anak mereka. Dan anak-anak akan tumbuh dengan maksimal secara otomatis kalau dikondisikan untuk tumbuh di lingkungan keluarga yang menjalankan peran esensialnya ini.

Manifestasi cinta kasih muncul dalam berbagai bentuk. Untuk dunia anak, cinta kasih seringkali muncul dalam bentuk kesabaran, pengorbanan, dan waktu. Seorang anak kecil akan berkembang jauh lebih baik sewaktu bermain dengan orang tua-nya walaupun hanya dengan mainan sederhana daripada dibiarkan bermain sendiri dengan mainan elektronik.

Kesabaran orang tua dalam mengajarkan dan mendisiplinkan putra-putrinya berulang-ulang adalah salah satu tontonan yang terindah di dunia, suatu pengorbanan dalam bentuk konkret. Karena lewat pengajaran berulang-ulang anak-anak menyerap cara kerja dunia material sekitar dan norma-norma dasar yang akan mempengaruhi inti kepribadian mereka sampai dewasa kelak.

Waktu dan kesabaran yang kita investasikan ke anak-anak kita dalam membentuk kebiasaan dan karakter yang baik jauh lebih berguna dan berharga daripada segala buku ensiklopedia yang bisa kita sediakan. Dalam dunia kerja kelak, jika seorang pekerja kekurangan pengetahuan atau keahlian, hal itu dengan mudah diselesaikan dengan pelatihan dan pengajaran. Tetapi jika menghadapi masalah etika, kebiasaan dan karakter yang tidak baik, biasanya sulit sekali untuk dirubah dan akan sangat mempengaruhi karier dan masa depannya.

Hal esensial yang kedua adalah pengharapan. Bentuk pengharapan dalam keluarga lebih halus wujudnya dan masuk ke atmosfer keluarga dalam percakapan, doa, candaan, sikap, usaha, dan menjiwai aktivitas keluarga lainnya. Pengharapan dari hati terdalam orang tua sangat natural muncul untuk suatu kehidupan yang lebih baik dan bermakna untuk anak-anak mereka. Pengharapan berbeda dengan ambisi pribadi orang tua yang dihidupi lewat anak-anaknya. Pengharapan yang sehat sifatnya menyejukkan dan tidak egois.

Pengharapan secara halus mengarahkan seluruh pemikiran, tenaga, dan kegiatan keluarga ke arah yang positif. Anak-anak kecil walaupun tidak bisa mengartikulasikannya, tapi mereka bisa menangkap dan memahami pengharapan dari orang tuanya. Ini akan menyemangati mereka untuk bertumbuh secara sehat dan bertekun untuk meraih suatu visi ke depan. Pengharapan ini tertanam di bawah sadar dari masa kanak-kanak dan akan menjadi fondasi motivasi hidup mereka.

Cinta kasih dan pengharapan orang tua akan membuka hati anak, membentuk koneksi hubungan hati dan pengertian yang kuat antara orang tua dan anak. Anak-anak akan sangat responsif dengan keinginan orang tua, nilai-nilai hidup orang tua akan tertransfer dan tertanam kuat di hati anak. Orang tua pun akan lebih mengerti dan memahami keunikan anak pemberian Tuhan. Orang tua dengan lebih bijak mampu mengajarkan dan mengarahkan anaknya. Jika pola hubungan yang sehat ini terus terjalin dari usia dini sampai anak menjadi dewasa maka kenakalan dan pemberontakan remaja akan kecil kemungkinannya.

Tidaklah salah untuk membekali diri dengan informasi-informasi yang berguna dalam menjalankan peran kita sebagai orang tua. Sebagai orang yang bijak kita selalu ada keinginan belajar untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kemampuan kita. Tetapi jangan sampai fokus kita menjadi teralih dari hal-hal mendasar yang penting. Terlebih lagi jika mengakibatkan rasa bersalah, khawatir atau membakar ambisi orang tua berlebihan.

Situasi setiap keluarga memang berbeda-beda, tapi masalah mendidik anak adalah masalah esensial, prinsipal dan efek jangka panjang. Kita semua diberikan modal yang sama oleh Tuhan yaitu suatu hati orang tua yang mempunyai sumber cinta kasih dan pengharapan yang berlimpah untuk anak-anak kita.

Ikuti tulisan menarik SOFIA TJIPTADJAJA lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler