x

Kafe La Terrasse, Paris. Parisperfect.com

Iklan

Redaksi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tetap Asyik Nongkrong di Kafe

Di Paris, nongkrong di teras kafe di pinggir jalan seperti menjadi kewajiban. Selain faktor cuaca, tidak banyak yang berubah dari kebiasaan warga Prancis.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menjelang siang, teras kafe restoran Le Rendez-Vous dipenuhi pengunjung dengan tanda pengenal Euro 2016 dikalungkan di leher. Selain jurnalis, mereka merupakan para sukarelawan, staf, pekerja, ataupun turis yang ingin melihat dari dekat Stade de France, stadion termegah dan terbesar di Prancis. Dari Le Rendez-Vous, terlihat kesibukan mempersiapkan Stade de France yang menjadi tempat laga sejumlah tim peserta Euro 2016.

Lokasi Le Rendez-Vous sangat strategis. Kafe itu ada di seberang Stade de France, di sudut jalan antara Avenue Jules Rimet dan Rue de Brenus. Di sepanjang Avenue Jules Rimet, berjajar kafe dan restoran yang menawarkan sajian bintang empat hingga makanan populer, seperti Burger Quick.

Meski di teras di tepi jalan dipenuhi orang yang asyik bersantap siang, hampir sebagian besar ruang di dalam setiap restoran kosong. "Saat matahari bersinar terang seperti hari ini, tentu semua orang ingin berada di teras," kata Simon, penjaga kafe yang sesekali hilir-mudik melayani pesanan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di Paris, nongkrong di teras kafe di pinggir jalan seperti menjadi kewajiban, khususnya bagi para turis. Selain faktor cuaca, tidak banyak yang berubah dari kebiasaan warga Paris ataupun turis menikmati suasana kafe yang sudah menjadi gaya hidup di kota itu.

Simon berharap penyelenggaraan Piala Eropa bisa membawa lebih banyak pengunjung. "Tapi, berdasarkan pengalaman, setiap ada pertandingan, di dalam stadion juga dijual makanan dan minuman. Jadi sebetulnya ada dampak signifikan bagi bisnis kafe dan restoran," kata Simon yang bekerja paruh waktu di Le Rendez-Vous sejak dua tahun lalu.

Dia tidak khawatir terhadap berbagai peringatan pemerintah tentang ancaman terorisme di tempat orang banyak berkumpul, seperti kafe dan bar-bar olahraga. Padahal bom bunuh diri pada 13 November lalu terjadi persis di pintu masuk stadion yang terpisah oleh jalanan dari kafe tempatnya bekerja. "Keamanan itu urusan polisi, bukan urusan kami," katanya.

Seperti Simon, Maurice, yang bekerja di Cafe La Terrasse di Place de L'ecole Militaire, Paris, juga tidak merasakan perbedaan signifikan ihwal kunjungan suporter. Padahal lokasi kerjanya persis di seberang FanZone Euro 2016. "Lihat saja, yang datang ke sini turis-turis biasa. Sesekali ada suporter yang mampir untuk minum, tapi tak banyak. Mereka memilih minum bir di dalam FanZone," katanya.

Pengunjung La Terrasse juga memilih untuk duduk di luar ruangan, di teras pinggir jalan yang menyajikan pemandangan jalanan lebih leluasa. Dari sana terlihat para polisi menggeledah barang bawaan setiap orang dan mobil polisi yang memagari akses ke Champ-de-Mars.

Maurice mengatakan tidak ada yang perlu ditakuti karena polisi ada di mana-mana. "Pelanggan kami sepertinya lebih takut pada suporter mabuk yang bikin onar daripada teroris," ujarnya.

Namun Maurice mengatakan pemilik Cafe La Terrasse mengikuti anjuran pemerintah untuk tidak membuka acara nonton bareng di tempat itu. Alih-alih takut, hal itu dilakukan karena alasan praktis. "FanZone hanya berjarak beberapa meter dari sini," kata dia.

Berbeda dengan Cafe La Terrasse dan Le Rendez-Vous, pekerja di Cafe de Flore merasakan penurunan pengunjung yang signifikan sejak beberapa bulan terakhir. Kafe ini terletak sekitar 3 kilometer dari La Terrasse, di sudut jalan Boulevard Saint-Germain.

"Biasanya, jam makan siang menjelang sore, orang-orang antre hingga ke jalan untuk mendapatkan meja dan tempat duduk," kata Pierre, pekerja kafe. "Sekarang lihat saja, hanya di teras yang penuh. Di dalam hanya Anda dan beberapa turis Asia."

Cafe de Flore adalah salah satu ikon bersejarah di Paris. Tempat ini menjadi lokasi berkumpul para intelektual, seperti filsuf Jean-Paul Sartre dan kekasihnya, Simone de Beauvoir; atau filsuf sastrawan Albert Camus, Raymond Queneau, serta tokoh-tokoh intelektual Prancis lainnya.

Tempat makan bernuansa Art Deco berlantai keramik bertuliskan Cafe de Flore di jalan masuknya ini terkena imbas serangkaian bencana yang melanda Prancis. "Sejak 13 November, warga Paris sudah takut keluar rumah untuk menikmati suasana kafe. Sekarang lebih banyak turis yang datang, terutama dari Amerika," kata Pierre.

Menurut Pierre, para turis datang karena tertarik ketenaran Cafe de Flore sebagai salah satu kafe tertua di Paris. Ditambah lagi banyak orang terkenal sering berkumpul di sana. Belakangan, jumlah turis yang datang mulai berkurang sejak berita tentang banjir beredar. "Padahal banjirnya hanya di sekitar Sungai Seine. Media-media membesar-besarkan berita. Jadi, sepertinya seluruh Kota Paris terendam air," katanya.

Untungnya, para turis mulai berdatangan lagi sejak hujan berhenti dan matahari muncul. Tapi, karena ingin mempertahankan karakter Cafe de Flore sebagai tempat pertemuan yang santai nan elegan, pengelola kafe sengaja tidak menyediakan televisi untuk menonton bersama Euro 2016.

Faktor keamanan juga tidak menjadi masalah. Menurut Pierre, sejak Paris mempersiapkan Euro 2016, hampir semua kafe dipasangi banyak kamera pengintai tersembunyi. "Polisi bisa mengidentifikasi orang tanpa harus berada di sini secara fisik," kata Pierre.

Meski tidak mendatangkan pelanggan, setidaknya Euro 2016 menambah sedikit infrastruktur keamanan di kafe yang terletak di daerah elite Saint-Germain des Pres itu.

Bukan hanya kamera pengintai, di sekitar Cafe de Flore, yang hari itu terasnya dipenuhi pengunjung, juga terlihat beberapa polisi berpakaian sipil dengan pistol kecil di pinggang berdiri mengawasi.ASMAYANI KUSRINI (PARIS)

Ikuti tulisan menarik Redaksi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler