"Untuk Indonesia Sejahtera, Berjuang Bersama Menyatukan Hati, bersama-sama Perindo pilihan hati", sekilas potongan lirik dari lagu berjudul "Perindo Pilihan Hati" yang diciptakan oleh kader-kader Partai Perindo dari DPRt se-kabupaten dan kota Probolinggo. Lagu tersebut digemakan dalam musik dangdut yang menjadi identitas masyarakat Jawa Timur khususnya Probolinggo. Namun, lagu tersebut kemudian tidak menjadi irama eksklusif yang hanya dapat dinikmati masyarakat Jawa Timur saja, karena liriknya ditulis dalam bahasa Indonesia dengan penyusunan kata yang menggugah semangat anak bangsa untuk berdaya bagi bangsanya. Lagu ini menjadi salah satu bukti apresisasi masyarakat yang tinggi terhadap partai berlambang rajawali tersebut.
Jika diamati, apresiasi masyarakat terhadap Partai Perindo memang sangat luar biasa hingga hari ini. Beberapa hari lalu Kompas merilis hasil survey mengenai elektabilitas Partai Politik di Indonesia saat ini. Hasilnya cukup mengejutkan, baru 2 tahun Partai Perindo berdiri, rajawali biru putih telah bersaing ketat dengan Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), bahkan jauh meninggalkan saudara lamanya yaitu Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Dari 100% responden, keempat partai tersebut memiliki rincian perolehan yakni PAN (2.2%), PPP (2.0%), Perindo (1.7%) dan Hanura (0.8%).
Apresiasi masyarakat yang cukup besar kepada Partai Persatuan Indonesia (Perindo), tidak terlepas dari peran sentral Ketua Umumnya yakni Hary Tanoesoedibjo. HT adalah sosok Ketua Umum Partai yang mampu mengkonsolidasikan kepengurusan partai dengan kuat dan mengakar. Ini adalah hasil positif dari inisiatif HT untuk turun langsung ke daerah-daerah dalam pelantikan kepengurusan partai sampai pada tingkat DPRt. Dan yang penulis ketahui, HT adalah satu-satunya ketum parpol di Indonesia yang turun langsung dan melantik keseluruhan pengurus DPW, DPD, DPC dan DPRt.
Menurut saya hal tersebut adalah salah satu alasan mengapa Partai Perindo dapat dengan cepat mendapat tempat di hati masyarakat. Karena saat Ketua Umum berkenan datang pada seluruh daerah sampai kepada DPRt-nya, maka para kader akan merasa bahwa Ketua Umum adalah milik dari keseluruhan mereka, bukan bersifat eksklusif seperti terjadi pada partai politik lainnya di Indonesia.
Kunjungan ke tiap-tiap daerah yang dilakukan oleh HT dan Jajaran Pimpinan DPP telah menghasilkan komunikasi yang kuat secara organisasi bahkan secara personal antar pimpinan DPP dengan kepengurusan di masing-masing daerah, dimana kemudian terjadi proses cycling dalam konteks aspirasi dengan baik, tidak hanya terpusat. Semoga ke depan, partai-partai lain dapat mencontoh pola pembangunan dan komunikasi yang telah dilakukan oleh HT dan partainya, agar kemudian tingkat apatis masyarakat terhadap Partai Politik di Indonesia dapat menurun ke depannya.
Ikuti tulisan menarik Zahid habir lainnya di sini.
