x

Iklan

Adica Wirawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Amok!

Amok!

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada hari Jumat, 24 Juni 2016, Jakmania membikin kerusuhan di dalam Stadion Gelora Bung Karno. Kerusuhan tersebut terjadi setelah Persija tertinggal 0-1 Sriwijaya FC. Kerusuhan bermula saat seorang suporter Persija menerobos masuk ke lapangan pertandingan. Tidak lama kemudian suporter lain melakukan serangkaian pengrusakan di tribun penonton.

Aksi anarki tersebut berlanjut di luar stadion. Fasilitas stadion dan beberapa kendaraan motor dan mobil yang terpakir di pelataran stadion mengalami kerusakan akibat ulah suporter.

Selain itu, aksi tersebut juga mengakibatkan banyak korban luka, terutama pihak kepolisian. Salah satunya adalah Brigadir Hanafi, yang harus dibawa ke rumah sakit lantaran mengalami gegar otak akibat terkena pukulan benda tumpul. Sejumlah suporter, yang diduga menjadi pemicu kerusuhan, diamankan ke kantor polisi untuk menjalani proses pemeriksaan lebih lanjut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Peristiwa kekerasan semacam itu sering pula disebut amok. Amok merupakan sebuah kata yang diambil dari bahasa Malaysia, yang mendeskripsikan sebuah pikiran yang disertai oleh tindak kekerasan. Amok sering diawali oleh penghinaan pihak luar. Sejauh ini, amok banyak terjadi di kalangan lelaki.

Dalam kasus kerusuhan suporter tersebut, amok bersumber dari kemarahan segelintir orang. Kemarahan tersebut bisa muncul lantaran terdapat suporter yang merasa tidak puas dengan hasil pertandingan. Kemudian, suporter yang tidak puas tersebut membuat keonaran, dan mengganggu pihak lain. Akibatnya terjadilah amok, yang selanjutnya menyebar dan meluas di lingkungan stadion.

Kemarahan Dapat Menyebar

Lantas bagaimana sebuah kemarahan kecil bisa meluas menyebabkan kerusuhan masal atau amok? Hal tersebut tampaknya dipengaruhi oleh kinerja saraf cermin yang terdapat di otak. Saraf cermin aktif bekerja sewaktu seseorang meniru sebuah objek.

Dalam buku Psikologi edisi kesembilan, Carole Wade dan Carol Tavris menjelaskan bahwa saraf tersebut berperan menumbuhkan perasaan empati dalam diri seseorang. Kita dapat merasakan emosi seseorang yang kita amati perilakunya dan emosi tersebut kemudian muncul pula dalam diri kita berkat adanya saraf tersebut.

Oleh sebab itu, sewaktu melihat mama kita bersedih, kita cenderung turut sedih, dan kita merasa sukacita sewaktu melihat teman karib kita mendapat sebuah prestasi.

Kemarahan yang muncul dari seseorang pun memiliki efek yang sama. Kemarahan satu orang dapat memengaruhi emosi orang lain, sehingga dapat menciptakan gelombang kemarahan yang lebih besar, seperti kasus amok atau kerusuhan suporter sepakbola yang disampaikan di atas.

Pengendalian Diri Bisa Mengatasi Amok

Kemarahan tersebut dapat diatasi asalkan setiap orang mempunyai pengendalian diri yang kuat. Setiap orang harus menguasai dirinya sendiri sehingga tidak larut dalam kemarahan yang sebarkan oleh pihak lain. Dengan demikian, rantai kemarahan tersebut dapat dipotong sebelum menyebar terlalu jauhnya.

Untuk itu, ketika berada di tengah-tengah masa yang sedang terbakar amarah, Anda sebaiknya mencari tempat yang aman untuk menenangkan diri. Anda harus memisahkan diri dari kerumunan supaya tidak terpengaruh. Anda dapat pergi ke toilet, atau ke luar ruangan untuk menjernihkan kembali akal sehat Anda.

Ambil beberapa kali napas panjang. Napas yang panjang dan dalam akan menenangkan tubuh dan pikiran Anda. Gunakanlah pernapasan diafragma, yang ditandai oleh naik-turunnya perut saat bernapas. Setelah merasa lebih rileks, baru Anda membuat putusan selanjutnya supaya bisa terbebas dari situasi yang genting seperti itu.

Seperti sudah disinggung sebelumnya, kemarahan masal atau amok ibarat sebuah virus yang dapat mencemari lingkungan. Namun demikian, bukan berarti kita harus tunduk begitu saja atas luapan kemarahan yang diekspresikan pihak lain. Kita dapat mengatasi amok atau kekerasan tersebut asalkan kita mempunyai kesadaran diri yang baik sehingga kasus amok suporter sebagaimana diceritakan di atas dapat diatasi dengan segera.

Ikuti tulisan menarik Adica Wirawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler