Sulastri (34) tinggal bersama kedua putri, Nur Afni & Nabila serta suaminya, di kampung sakura kelurahan bangkala, Kecamatan Manggala Kota Makassar.
Menjadi buruh cuci sejak usia 13 tahun sampai Menikah. Ia bekerja setiap hari, berpindah-pindah dari rumah majikan satu ke yang satu. Upahnya pun berbeda-beda, kadang dibayar Rp. 40000; perminggu sampai 600.000; perbulan. Menurutnya menjadi buruh cuci/PRT bukanlah pekerjaan yang diimpikan tetapi pekerjaan itulah yang tersedia dengan modal ijazah SMP. Upahnya dari buruh cuci untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya meski, ia merasa bahwa selama ini telah mengalami beban ganda.
Lastri, juga merupakan penggerak di sekolah PRT, juga aktif menyuarakan persoalan-persoalan PRT diberbagai pertemuan dan aksi sampai ditingkat nasional. Perasaan senang dan bahagiapun mewarnai perjalanan ke Jakarta, pasalnya kali itu adalah pengalaman pertama naik pesawat. Teman-temannya pun diorganisir untuk terlibat belajar bersama di sekolah PRT Paraikatte. Tujuannya agar PRT bisa memahami situasi perempuan terutama dalam kesetaraan gender.
Harapannya, Undang-Undang PRT dapat disahkan segera, agar hak-hak pekerja rumah tangga diperhatikan dan terpenuhi, baik hak dalam upah layak, jam kerja, serta jaminan kesehatan.
* Aniek, adalah seorang pekerja sosial yang bergerak dalam gerakan Solidaritas Perempuan SulSel
Ikuti tulisan menarik aniek lainnya di sini.