x

Iklan

Amal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Maryam Qonita, Mahasiswi UNJ yang Mewakili Indonesia di PBB

Mungkin tak banyak yang mengenalnya di UNJ, tetapi di Kuningan, Jawa Barat, Maryam Qonita cukup dikenal sebagai aktivis sosial.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mungkin tak banyak yang mengenalnya di UNJ, tetapi di Kuningan, Jawa Barat, Maryam Qonita cukup dikenal sebagai aktivis sosial, terutama di kalangan anak-anak yang putus sekolah. 

Namanya menjadi perhatian publik setelah kisahnya diliput salah satu koran nasional. Bahkan, UNJ sempat memberi apresiasi melalui akun Twitter resminya:

Maryam Qonita yang masih kuliah di Jurusan Psikologi UNJ angkatan 2013, telah terpilih mewakili Indonesia di PBB. Dirinya bersama 10 mahasiswa dari berbagai negara akan mempresentasikan ide kegiatan bersama di bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di kantor PBB, New York pada 11 September 2016. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagaimana proses dari prestasi tersebut? Berikut hasil wawancara Tim Editor KampusUNJ.com dengan Maryam Qonita:

 

1. Apa kesibukan Maryam Qonita selain kuliah?

Saya pernah aktif mengikuti beberapa organisasi intra kampus, seperti menjadi reporter di LPM (Lembaga Pers Mahasiswa) Didaktika, mengikuti kaderisasi BEMFIP 2015 dan menjadi relawan Rumbel Teko FIP (Fakultas Ilmu Pendidikan) UNJ. Namun, karena alasan keluarga, saya memilih lebih fokus pada organisasi di luar UNJ. 

Setiap hari libur, saya pulang ke Kuningan untuk ikut aktivitas yang diadakan Dinas Sosial, P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak), dan BKBPP (Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan). 

Selain itu, beberapa kali mengikuti LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) Satu Hati, di mana saya menjadi wakil ketua (sebelumnya sekretaris), dan orang-orang lapangan dari Dinas Sosial untuk melakukan pendampingan terhadap kasus korban serta pelaku kekerasan seksual di bawah umur.

Sejak 2010 hingga sekarang, saya aktif menulis blog dan cerita fiksi. Sebab, sewaktu SD, hobi dan cita-cita saya adalah menjadi penulis dan pembicara. Meskipun aktivitas saya sekarang tidak sesuai dengan cita-cita, tapi saya masih berharap, setelah mendapat gelar S.Psi, saya bisa menulis buku tentang pemberdayaan perempuan dan anak-anak, atau menjadi konsultan keluarga.

 

2. Bagaimana cara Maryam Qonita mengatur waktu?

Saya tidak punya metode tertentu untuk mengatur waktu kuliah dan kegiatan sosial. Bahkan, saya lebih mengutamakan kegiatan sosial ketimbang mendapat nilai bagus di kuliah.

Meskipun saya terpilih sebagai mahasiswa berpretasi di Jurusan Psikologi UNJ, sebenarnya itu karena kedua kegiatan (sosial dan kampus) tersebut tidak bisa dipisahkan.

Misalnya, saya memakai kasus yang pernah ditemui sebagai bahan diskusi di kelas mata kuliah Psikologi Klinis atau Psikologi Abnormal. Waktu itu, kasusnya tentang kekerasan seksual di keluarga yang mengidap skizofrenia, dikarenakan sang ayah memerkosa anaknya sendiri dan menceraikan ibunya.

Oleh karena itu saya aktif bertanya, karena terkadang bikin ‘gatel’ penasaran. Saya juga bersyukur masuk Jurusan Psikologi karena ilmunya bisa diaplikasikan di berbagai bidang ilmu, jenjang karirnya pun terbentang luas.

 

3. Apa motivasi Maryam Qonita untuk aktif di bidang sosial?

Sewaktu lulus SMA tahun 2012, saya tidak langsung lanjut kuliah karena ngotot masuk ITB, tapi kemampuan IPA saya tidak mumpuni, sehingga saya down banget saat gagal SBMPTN dan sempat mengurung diri di kamar selama 7 hari karena malu. Akhirnya, ummi (ibu) mengajak masuk LSM untuk melihat orang-orang yang lebih kurang beruntung agar saya bisa bersyukur.

Martin Luther King Jr. pernah berkata, "Life's most persistent and urgent question is: What are you doing for others? Living is a form of not being sure, not knowing what next or how. The moment you know how, you begin to die a little."

Saat baca pertanyaan itu, saya tidak bisa menjawab, karena tidak tahu apa saja kontribusi saya yang bermanfaat untuk orang lain. Dari situlah saya memilih bergabung dengan LSM dan aktif mengisi kegiatan sana-sini selama setahun menganggur (belum kuliah).

Since then, I met a lot of people who much older than me and younger than me in my one-year inactivity. I began to see the world around me from others perspective, and see it through new eyes, and simply dedicating my life to improving the lives of others is very appealing to me. I don’t know what is more delightful than trying to accept everything in our life whole-heartedly and gratefully.

 

4. Kenapa Maryam Qonita memilih aktif di bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga?

“If you educate a man, you educate a man. If you educate a woman, you educate a generation”.

Saya percaya bahwa pendidkan adalah kunci dari banyak permasalahan bangsa, dan kunci yang baik dari masalah pendidikan adalah ibu yang berpendidikan. 

 

5. Apa manfaat yang Maryam Qonita dapatkan selama aktif di bidang sosial?

Ketika menjadi bagian dari sebuah organisasi, kita akan terhubung dengan pihak-pihak yang jauh lebih kompeten, sehingga meningkatkan jenjang relasi mulai dari sesama mahasiswa hingga pejabat dan para pembuat kebijakan. 

Dari berbagai konferensi atau kegiatan yang telah saya ikuti, sebagian besar manfaatnya berbentuk evaluasi terhadap apa yang sudah saya lakukan untuk orang lain. Misalnya, saat bersama-sama mencari solusi terhadap permasalahan global di UN Sustainable Development Goals. 

Apa kontribusi nyata yang sudah dilakukan? Itulah pertanyaan yang sering ditanyakan, ketimbang berapa nilai IPK atau TOEFL kita. 

Meskipun kita tidak pernah mengukur kebaikan yang telah dilakukan untuk orang lain, ada baiknya mulai belajar mengevaluasi semua yang sudah kita lakukan, sejauh mana kontribusinya, dan apa saja ide yang telah kita gali untuk menciptakan solusi. Sebab, mungkin saja dunia ingin mengetahuinya.

 

6. Selain bahasa, apa perbedaan yang Maryam Qonita temukan saat aktif di organisasi internasional?

Perbedaan ideologi.

Saat aktif dalam bidang SRHR (Sexual and Reproductive Health and Rights), saya bicara tentang banyak hal, misalnya pentingnya peran orang tua dalam pendidikan seks sejak dini, dan pendidikan bidan dalam keluarga berencana untuk mencegah kematian ibu serta bayi.  Namun, saya memilih diam saat diminta bicara seputar LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender) dan kebebasan dalam menyebarkan alat kontrasepsi. 

Saya diam karena dalam Islam, itu adalah hal yang tidak baik. Sementara itu, para aktivis LGBT terus mengatasnamakan hak asasi manusi untuk melegalkan pernikahan sesama jenis di seluruh dunia.

Pernah saya ditanya hingga berdebat dengan teman-teman UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) Uganda dan juga World Vision Amerika Serikat tentang kondom sebagai hal tabu di Indonesia.

Saya berkata, bukan mencegah penyebaran kondomnya, melainkan mencegah free-sex itu sendiri. Sebagaimana berbagai agama melarang free-sex, dan agama adalah nilai dasar di Pancasila. Aktualisasi nilai dasar Pancasila adalah yang Indonesia terapkan untuk memperteguh identitas bangsa.

Tren perang di masa depan tidak lagi mengedepankan sistem pertahanan (alutsista) paling maju, perang masa depan adalah perang pemikiran (perang asimetris) yang dampaknya jauh lebih besar. Itulah yang sedang menggempur Indonesia saat ini sehingga ideologi luntur, nilai-nilai pancasila di generasi penerus bangsa mulai hilang dan pemuda kehilangan identitas.

 

7. Bagaimana cara Maryam Qonita belajar Bahasa Inggris?

Dulu, saya belajar bahasa Inggris dengan mengoleksi berbagai kosakata, ribuan kosakata baru ditempel di dinding kamar. Namun tidak efektif, I was never had a fluent conversation with any foreigner.

Kemudian saya mengubah cara belajar dengan mengoleksi lebih sedikit kosakata. Rumusnya adalah menguasai 30 kosakata yang terdiri:

30 kosakata = 10 kata benda + 10 kata sifat + 10 kata kerja 

(10 x 10 x 10 = 1000)

Alhasil, hanya dengan menggabungkan 30 kosakata, kita sudah mampu berbicara dalam 1.000 frase!

Tidak perlu menguasai jutaan kosakata dalam kamus. Cukup kuasai 3.000 kosakata untuk fasih berbahasa Inggris.

1000 kata benda x 1000 kata kerja x 1000 kata sifat = 1.000.000.000 frase!

Selanjutnya, mental kita di setiap menghadapi tantangan atau kesempatan harus seperti melihat beruang.

Maksudnya, harus berani lari. Harus berani mempercepat proses belajar setiap ada kesempatan dan peluang datang. 

Banyak orang meremehkan tanda-tanda yang ditemuinya, dan baru kebingungan setelah menghadapi dengan hal yang nyata.

Analoginya seperti saat berada di tengah hutan lalu melihat bekas cakar dan jejak beruang, tetapi kita tetap berjalan pelan karena meremehkan hal tersebut. Padahal itu adalah tanda ada beruang yang siap menyerang kapan saja.

Sejak kecil mungkin kita sering diberi peringatan untuk belajar bahasa Inggris, tetapi malah berleha-leha dan berjalan pelan. Sampai akhirnya, beruang itu ada di hadapan kita atau peluang besar itu datang, tetapi kita tidak mampu menghadapinya. 

Mental seperti itu yang saya usahakan ada di dalam diri. Dalam kesempatan atau peluang sekecil apapun, misalnya sekadar presentasi di depan kelas atau berbicara dengan teman dengan Bahasa Inggris, saya melihatnya seperti melihat beruang.

 

8. Apa pesan yang ingin Maryam Qonita sampaikan sebagai aktivis sosial?

Kekerasan seksual adalah salah satu permasalahan paling krusial di Abad 21 yang dapat terjadi dari semua lapisan masyarakat di berbagai negara. Namun, 90% korban kekerasan seksual tidak mau melapor. Wabah diam inilah yang merajalela dan menjamur di masyarakat.

Kita harus mengakhiri stigma masyarakat yang menganggap korban kekerasan seksual telah kehilangan kehormatannya.

Begitupula di sisi para korban yang seringkali menyalahkan diri sendiri, karena adanya persepsi cara dirinya berpakaian adalah penyebab kekerasan seksual menimpanya. Dan yang terpenting, korban tidak perlu malu untuk melapor. Sebab, para guru, orang tua atau teman di sekitarnya bisa menjadi pahlawan untuknya.

Peran orang tua untuk mengajari anak tentang seks dan penanaman moral juga penting. Anak perlu belajar daerah mana yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain. Selain itu, orang tua juga perlu mengajarkan dan membatasi kebebasan anak dalam mengakses situs internet yang belum layak untuknya.

 

9. Apa tips kuliah untuk mahasiswa baru dari Maryam Qonita?

Setelah menjadi mahasiswa, banyak jutaan peluang atau kesempatan yang bisa kita raih dan tantangan yang bisa kita taklukan. 

Gali potensi diri sedalam-dalamnya, dengan mengeksplor berbagai kegiatan kampus dan organisasi yang diminati. 

Renungkan apa tujuanmu kuliah lalu tentukan apa saja gol yang ingin kamu raih selama kuliah.

Saya sendiri menuliskan gol yang ingin dicapai lengkap dengan tanggal, bulan dan tahun tujuan itu tercapai. Walau sebenarnya, 90% dari gol yang saya tulis tidak tercapai, but I don’t give up.

Kata pepatah, habiskan dulu jatah gagalmu, sehingga sisanya tinggal jatah berhasilmu saja.

 

Ikuti tulisan menarik Amal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB