x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bukan Hanya Fisik, Otak pun Perlu Bugar

Kebugaran kognisi tidak kalah penting dibandingkan kebugaran jasmani.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Mengapa banyak orang yang dari segi usia sudah terbilang sepuh (70 tahun, 80 tahun) masih cemerlang pikirannya? Mengapa mereka masih sanggup menunjukkan kekuatan intelektual yang mengagumkan? Investor global Warren Buffet masih bekerja di usia lebih dari 80 tahun. Ronald Reagan merupakan presiden AS tertua, terpilih pada usia 70 tahun.

Kuncinya ialah kebugaran kognitif. Bukan hanya fisik yang bugar, tapi juga otak. “Melatih sistem otak secara sistematis sama pentingnya dengan melatih tubuh kita,” kata Dr. Elkhonon Goldberg, seorang neuro psychologist.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berbagai cara melatih otak terus dikembangkan seiring dengan perkembangan riset di bidang neuro science. Bila otak dapat dilatih, seperti halnya fisik tubuh, berarti kesehatan otak bukan hanya bergantung kepada gen yang kita warisi dari orang tua. Bahkan, banyak ahli mengatakan, kesehatan dan perkembangan otak sebagian besar bergantung pada apa yang kita lakukan dengan organ penting itu.

Anggapan bahwa persoalan yang dihadapi otak hanya dapat diatasi dengan obat-obatan mahal merupakan mitos belaka. Program pelatihan kognitif justru akan bermanfaat. Salah satunya ialah dengan belajar. Belajar, kata James Zull, guru besar biologi dan biokimia di Case Western University, berarti modifikasi dan menumbuhkan tunas-tunas neuron kita, membangun kembali koneksi dan jejaring saraf kita.

Setiap kali kita mempelajari ketrampilan baru, konsep atau fakta baru, maka kita mengubah komposisi di dalam otak kita, melatih kemampuan kognitif kita. Pembelajaran sepanjang hayat, karena itu, mempunyai arti neuroplasticity yang lebih panjang. Yang dimaksud neuroplasticity ialah kemampuan otak untuk menyambungkan kembali dirinya (rewiring) melalui pelatihan.

‘Otot-otot mental’ perlu dilatih teratur. Mengisi teka-teki silang memang bagus, namun tidak cukup. Bermain video game tidak selalu buruk dan membuang-buang waktu. Lebih bagus lagi, belajar ketrampilan baru dapat menjadi cara untuk melatih kemampuan kognitif dan mendorong proses terciptanya neuron-neuron baru (neurogenesis). Kemampuan ini dapat diperkuat melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.

“Kesehatan otak bukan hanya produk pengalaman negatif dan positif di masa kanak-kanak serta warisan kognitif,” kata Roderick Gilkey, guru besar organisasi dan manajemen di Goizueta Business School, Atlanta, AS, “tapi juga oleh pilihan hidup dan pengalaman di masa dewasa.” Bila sikap dan gaya hidup Anda positif, menurut Gilkey, Anda akan semakin bugar secara kognitif.

Dengan melatih otak kita, risiko penurunan kemampuan belajar, kognitif, serta memori—yang terjadi seiring penuaan—dapat dikurangi. Membaca buku, mempelajari bahasa baru, berlatih musik, atau menulis dapat menjadi sarana berlatih kognitif yang bagus.

Hasilnya, semakin bugar Anda secara kognitif, semakin baik Anda dalam membuat keputusan, menyelesaikan masalah, serta menangani stres dan mengelola perubahan. Anda akan semakin terbuka terhadap gagasan baru, perspektif alternatif, dan memperoleh hasil terbaik dari segenap upaya Anda.

Apakah setiap orang bisa melatih kebugaran kognitifnya? Begini kata Santiago Ramon y Cajal, perintis neuro science: “Setiap orang bisa menjadi pemahat otaknya sendiri apabila ia punya kemauan.” (ILustrasi foto: tempo) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler