x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengapa Kita Perlu Mengenal Sains

Sains bukan semata-mata urusan fisikawan atau alkemis, sebagai awampun kita patut mengenalnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Apakah sains hanya urusan fisikawan, biolog, dokter, atau alkemis semata? Dan kita, sebagai awam, tidak perlu peduli? Sebagian orang barangkali berpikiran seperti ini, karena sains dipandang sebagai sesuatu yang ilmiah, rumit, dan akademis. Pendapat ini ada benarnya sepanjang sains ditempatkan dalam koridor akademis, seperti ketika dibicarakan di ruang-ruang kuliah, dipraktikkan di laboratorium, dipresentasikan di seminar, serta ditulis di jurnal-jurnal. Dalam konteks ini, pembicaraan mengenai sains berlangsung mengikuti pakem-pakem yang disepakati komunitas ilmiah.

Tanpa harus mengikuti kaidah seketat yang dianut para ilmuwan, sebagai awam kita patut untuk peduli terhadap sains, sebab setiap gejala atau peristiwa alam menyangkut kehidupan kita sebagai manusia—setiap orang. Ketika kita menyantap sepiring gado-gado, di dalamnya ada proses kimia (merebus telor ayam, mengukus sayuran, membuat sambal kacang dengan santan), ada proses biologi (saat kita mengunyah, mencerna, yang melibatkan aktivitas pengeluaran enzim), bahkan sebelum itu para petani melakukan proses-proses yang melibatkan sains untuk menyediakan bahan membuat gado-gado.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Beragam peristiwa alam yang kita jumpai sejak pagi hingga bertemu pagi berikutnya sejak lama menjadi obyek rasa ingin tahu manusia: peredaran matahari dan bulan, terjadinya pelangi, gempa yang mengguncang, gunung vulkanik yang silih berganti meletus, hingga akhir-akhir ini cuaca yang begitu mudah berubah dari panas terik ke hujan yang dingin. Itulah keragaman yang kita jumpai di alam semesta, tempat kita menghirup udara, minum, hingga berjalan kaki.

Untuk hal-hal yang terkesan agak jauh dari kehidupan sehari-hari kita sekalipun, sains ‘bekerja’. Kita barangkali tak begitu menaruh perhatian pada bencana nuklir Chernobyl , 30 tahun yang lampau, padahal dampaknya sangat dahsyat dan masih menyisakan kerusakan hingga ribuan tahun ke depan. Namun, andaikan pembangkit energi berbasis nuklir sejenis didirikan di negeri kita, mungkinkah kita tetap acuh tak acuh?

Pada akhirnya, sains penting untuk dikenal sebab memengaruhi banyak aspek kehidupan kita sehari-hari. Sains bukan hanya sarana untuk memahami misteri alam semesta, termasuk diri kita sendiri, tapi sains telah dan akan terus kita gunakan untuk bertani dan bercocok tanam, mengolah makanan, mengobati yang sakit, transportasi dari satu tempat ke tempat lain, menyediakan energi untuk berbagai kebutuhan, hingga untuk kesenangan—menyelam ke kedalaman lautan untuk menikmati panorama bawah laut memerlukan pengetahuan, atau agar kita bisa menonton film tiga dimensi diperlukan teknologi maju berbasis sains.

Ketika kita tidak mengenal sains (tanpa harus mencapai kedalaman yang dimiliki para ilmuwan), kita mungkin menjadi warga yang tidak mempedulikan dampak kemacetan lalu lintas terhadap peningkatan kualitas polusi udara. Saat kita terjebak macet di lokasi tertentu hingga seperempat jam—khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, atau Semarang, umpamanya, kita dipaksa untuk menghirup udara buruk yang tercemar oleh polutan yang disemburkan secara bersama-sama oleh puluhan hingga ratusan knalpot sepeda motor dan mobil kita.

Jika tingkat polusi sudah melampaui ambang batas yang ditoleransi, maka kita telah dipaksa memasukkan zat-zat berbahaya ke dalam tubuh dan paru-paru kita. Kulit jadi bertambah hitam karena polutan yang melekat ke tubuh. Sejauh ini, kita barangkali menanggapi kemacetan dengan rasa dongkol karena jadi terlambat sampai ke tempat tujuan—rumah, kantor, pabrik, bioskop; boleh jadi rasa dongkol kita bertambah andai kita menyadari bahwa semakin lama kita terjebak macet, semakin banyak paru-paru kita dimasuki udara kotor.

Oleh sebab itulah, mengenal sains sebenarnya bukan lagi trend atau gaya hidup, melainkan kebutuhan dan bahkan keharusan. Dengan sains, kita berusaha memahami alam semesta tempat kita hidup serta makhluk yang ada di dalamnya. Dengan sains, kita dapat mengenal diri lebih dekat, bagaimana tubuh kita bekerja, bagaimana tubuh berinteraksi dengan lingkungan, meskipun banyak hal dalam diri kita tetap misterius dan belum atau tidak mampu dijelaskan melalui sains. Hingga kini, ikhtiar manusia untuk memahami kesadaran, pikiran, dan ruh yang bersemayam dalam dirinya belum juga usai—bahkan mungkin tak akan sampai kepada pemahaman yang utuh. (sumber ilustrasi: bumc.bu.edu) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler