x

Iklan

Erin Noviara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pentingnya Menghindari Kertas Pembungkus Makanan dari Koran Bekas

Pelaku UMKM di industri pangan biasanya kreatif dalam strategi marketing, tapi kurang peduli soal keamanan pembungkus makanan yang digunakannya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM) menjadi salah satu pendukung perekonomian Indonesia. Pada saat terjadinya krisis moneter tahun 1998, UMKM terbukti tangguh karena mampu bertahan bahkan di tengah situasi keuangan yang tidak menguntungkan sekalipun. Mengingat potensinya sebagai sektor ekonomi terbesar di Tanah Air, bisnis ini kian menggeliat.

Menurut data dari Presidenri.go.id, terdapat sekitar 56 juta UMKM di  Indonesia dan 70% di antaranya terdiri dari UKM pangan. Para pelaku usaha kecil ini yang kita kenal sebagai tukang bakso, mie ayam, penjual warteg, penjaja gorengan, dan sebagainya.

Berbagai macam strategi dilakukan sekreatif mungkin oleh para pelaku bisnis di industri makanan dan minuman, mulai dari harga yang kompetitif, varian menu, dan ide-ide lainnya. Namun hingga hari ini, jarang pelaku usaha makanan kecil yang aware soal keamanan pembungkus makanan yang digunakannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pembungkus makanan merupakan item yang harus dipersiapkan untuk berbisnis makanan. Saat ini material yang paling lazim digunakan antara lain styrofoam, plastik, dan kertas daur ulang seperti kertas nasi. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat faktor ketersediaan bahan yang luas dan harga yang murah.

Tidak aneh lagi ketika kita melihat penjual gorengan menggunakan kertas dari koran bekas atau kertas bekas fotokopian. Padahal ketika gorengan yang masih panas dibungkus dengan kertas bekas koran, zat kimia berbahaya di dalamnya seperti timbal dari tinta cetak, lilin, hingga bakteri, dapat mencemari makanan itu sendiri.

Banyak yang belum menyadari, bahan untuk kemasan pangan yang disebut tadi bukanlah produk yang aman digunakan karena mengandung bahan berbahaya, dan dapat terakumulasi di dalam tubuh pada paparan jangka panjang.

Standar kemasan makanan yang ideal adalah yang berlabel food grade, yaitu  suatu material yang memenuhi syarat digunakan untuk memproduksi perlengkapan makan.  Ciri-ciri kemasan yang telah mematuhi kaidah food grade adalah berwarna putih, tidak berbintik, tidak tembus minyak karena mengandung lapisan yang aman untuk pangan.

Memang, untuk saat ini kemasan makanan berlabel food grade tergolong masih mahal, sulit dijangkau oleh produsen kelas menengah ke bawah. Lalu bagaimana jika penjual makanan hanya menyediakan pembungkus yang kita ketahui merupakan material tidak aman?

Meski akan sangat situasional, jika memungkinkan, hindari membungkus makanan (take away) dengan makan di tempat. Solusi lainnya untuk menghindari risiko kontaminasi material kemasan makanan adalah dengan membawa wadah makanan sendiri yang sudah disiapkan sebelumnya.

Memang terkesan kurang praktis, namun demi alasan kesehatan secara jangka panjang, tidak ada salahnya untuk merepotkan diri sendiri. Selain itu, dengan menggunakan wadah sendiri, selain aman untuk kesehatan, kita juga turut berkontribusi mengurangi sampah bekas kemasan makanan yang pada umumnya merupakan jenis sampah non-organik.

Ikuti tulisan menarik Erin Noviara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler