Haornas 2016: Momentum Kebangkitan Olahraga Indonesia

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tahun 2016 ini, Hari Olahraga Nasional (Haornas) yang diperingati pada tanggal 9 September terasa lebih menggelora.

Tahun 2016 ini, Hari Olahraga Nasional (Haornas) yang diperingati pada tanggal 9 September terasa lebih menggelora. Masih segar dalam ingatan tentang capaian Indonesia di ajang Olimpiade Rio 2016 lalu. Kita berhasil mempertahankan tradisi meraih medali emas lewat cabang bulu tangkis di nomor ganda campuran. 

Tontowi Ahmad (Owi) dan Lilyana Natsir (Butet) adalah para pejuang modern yang berjibaku di medan laga demi keharuman nama bangsa. Setelah sempat 'puasa medali emas' pada Olimpiade London 2012 lalu, lagu kebangsaan Indonesia Raya kembali berkumandang di Rio 2016. Tak boleh diabaikan juga Eko Yuli Irawan dan Sri Wahyuni yang meraih medali perak di cabang angkat besi. Meski bukan cabang olahraga populer, minim sorot kamera dan lampu blitz, angkat besi menunjukkan taringnya.

Kedatangan Owi dan Butet, juga Eko dan Sri, disambut dengan gegap gempita oleh masyarakat. Ini membuktikan kerinduan publik yang tinggi akan prestasi atlet kita di kancah internasional. Kebanggaan diri menjadi sebuah bangsa kembali melambung ketika kita dapat bersanding sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Sungguh layak kiranya, jika para atlet peraih Olimpiade mendapat ganjaran dengan nilai yang fantastis atas capaian ini.

Kabar gembira lain adalah telah dicabutnya sanksi Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) kepada PSSI sejak Mei lalu. Ini tentunya menjadi kabar baik bagi insan olah raga nasional. Sepak bola harus diakui masih menjadi olahraga paling populer di Indonesia. 

Laga uji coba Indonesia melawan Malaysia (6/9/2016) di Solo yang berakhir dengan kemenangan 3-0 menjadi penanda baik lepasnya sanksi FIFA tersebut. Selanjutnya, sepak bola Indonesia dapat kembali berkiprah secara resmi, termasuk menggulirkan kompetisi liga nasional yang menjadi urat nadi dalam pembinaan pemain.

Namun kita tak boleh terbuai dengan euforia ini. Owi dan Butet sudah berada di titik puncak kariernya. Regenerasi atlet mutlak harus dilakukan. Kita berharap, Kemenpora dapat fokus dalam merancang roadmap skema regenerasi atlet berprestasi. Cabang-cabang olahraga yang berpotensi harus mendapatkan perhatian ekstra dari Kemenpora.

Salah satu ajang untuk mengasah kemampuan atlet kita adalah Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 yang akan diselenggarakan di Jawa Barat dari tanggal 17 sampai 29 September 2016. Dari kancah PON ini, diharapkan dapat lahir kaliber-kaliber nasional baru yang dapat menapaki jenjang lebih tinggi lagi.

Pekerjaan rumah besar berikutnya bagi dunia olahraga kita adalah gelaran Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. Sisa waktu sekitar 2 tahun ini harus dimanfaatkan secara optimal. Selain kewajiban menjadi tuan rumah yang baik, Indonesia juga tak boleh kalah dengan prestasi negara Asia lain. Setidaknya, kita harus berusaha keras untuk bisa kembali menjadi yang terdepan di Asia Tenggara.

Puncak Haornas tahun ini akan digelar di Sidoarjo, Jawa Timur dan dijadwalkan akan dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Owi dan Butet didapuk menjadi bintang utamanya, setelah pihak Kemenpora memastikan akan mengarak kembali pasangan ini, dari Surabaya sampai Sidoarjo.

Olahraga memang menjadi momentum efektif menyatukan segenap elemen bangsa. Sejenak, segala perbedaan yang ada pada diri kita mulai dari etnis, agama, pilihan politik, menjadi tidak relevan. Semoga kita dapat mengambil semangat sportivitas ini sebagai momentum untuk bergerak ke arah yang lebih baik. Selamat Hari Olahraga Nasional 2016!

Bagikan Artikel Ini
img-content
Erin Noviara

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler