x

Iklan

Pevi Revina

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Testis Bayi Tidak Turun

penyebab testis tidak turun, diagnosa testis tidak turun

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kebahagiaan akan terus menyelimuti pasangan suami istri tatkala buah hati mereka lahir ke dunia dalam keadaan sehat. Selanjutnya tugas mereka adalah membesarkan sang buah hati dengan sebaik baiknya perawatan. Kasih sayang ke dua orang tua pada sang buah hati tentu tak terbatas. Melihat buah hati tumbuh kembang dengan sehat adalah impian orang tuan. Akan tetapi, apa mau dikata jika sang buah hati tercinta ternyata harus mengalami gangguan kesehatan.

Salah satu gangguan kesehatan yang bisa menyerang bayi laki-laki adalah kondisi testis yang tidak turun pada bayi. Melihat buah hatinya mengalami gangguan kesehatan tentu sang ibu menjadi panik dan cemas. Hati sang ibu pasti tidak tega rasanya melihat buah hati kita yang masih begitu kecil harus menahan kesakitan atau dirundung dengan penyakit yang terus menggerogoti tubuhnya. Belum lagi, kondisi yang "khusus" yang tidak dialami oleh bayi lain akan menyerang bayi dan membuat mereka harus mendapatkan perlakuan "istimewa" dibandingkan dengan bayi pada umumnya.

Berdasarkan hasil penelitian para ahli kesehatan bahwa 3 dari 100 bayi laki-laki lahir dengan buah zakar atau testis yang tidak turun ke kantungnya. Orang tua bayi tentu bertanya-tanya, kenapa hal ini bisa terjadi ? dan apakah akan berdampak buruk bagi kesehatan bayi ?

Perlu diketahui bahwa testis tidak turun pada bayi dikenal juga dengan undescended testicle dalam bahasa kedokteran. Artinya adalah kondisi testis yang belum pindah ke posisi yang tepat di dalam kantong kulit yang tergantung di bawah alat kelamin bayi laki-laki (skrotum) sebelum bayi dilahirkan. Kondisi ini biasanya terjadi pada salah satu bagian testis, akan tetapi sekitar 10 persen kasus terjadi pada kedua bagian testis.

Kondisi testis yang tidak turun cukup umum terjadi pada bayi laki-laki yang lahir prematur atau lahir dengan kondisi tubuh yang amat kecil. Kondisi testis ini umumnya akan dapat turun dengan sendirinya dalam waktu 6 bulan setelah bayi dilahirkan ke dunia.

Hingga sampai saat ini, dokter belum benar-benar mengetahui apa penyebab atau sumber yang dapat memicu kondisi ini dapat terjadi pada bayi. Kombinasi faktor genetik, kesehatan ibu, dan faktor lingkungan sekitar disebut-sebut dapat menyebabkan gangguan pada hormon. Selain itu, perubahan fisik dan aktivitas yang dapat mempengaruhi perkembangan testis pun disebut-sebut dapat menimbulkan kondisi ini dapat terjadi.

Pada saat perkembangan janin didalam rahim ibu, testis akan mulai turun dengan perlahan seiring dengan berjalan waktu hingga ke dalam bagian perut.

Dan pada saat beberapa bulan terkahir menjelang persalinan proses ini akan terus berjalan sehingga testis akan terus turun melalui kanalis inguinalis didaerah bagian selangkangan, hingga pada akhirnya masuk kebagian skrotum. Pada kondisi gangguan undescended testicle, proses tersebut terhenti atau terhambat.

Umumnya kondisi ini akan cukup sulit dideteksi, sebab kondisi ini tidak menyebabkan rasa sakit pada bayi atau tidak menimbulkan gejala lain yang dapat meningkatkan rasa waspada anda pada si kecil. Adapun beberapa kondisi yang dapat diwaspadai bila terjadi beberapa hal berikut ini. Seperti skrotum bayi mungkin terlihat lebih halus, kurang berkembang (baik dibagian satu sisi ataupun kedua bagianya), atau terlihat kecil dan datar. Bahkan pada saat anda merabanya, anda tidak merasakan benjolan pada bagian tersebut.

Kondisi testis yang tidak turun bisa terpuntir didalam perut (torsio testis), sehingga kondisi ini akan dapat menganggu produksi sperma di kemudian hari pada si bayi. Bukan hanya itu, resiko lain yang mungkin dialami oleh si bayi adalah meningkatkan risiko hernia dan kanker testis.

Pada saat bayi pertama kali dilahirkan ke dunia, umumnya dokter akan memeriksa bagian skrotum bayi. Apabila testis tidak ditemukan dibagian skrotum, maka dokter akan melakukan pemeriksaan ulang pada si bayi saat usianya mulai menginjak 3 bulan atau 6 bulan.

Bila rupanya setelah dilakukan pemeriksaan pada usia 3 atau 6 bulan pada bayi dan dokter masih tidak menemukan testis dibagian skrotum. Maka pemeriksaan lanjutkan akan dilakukan guna menindak lanjuti kondisi ini.

Pemeriksaan fisik dilakukan guna memastikan bahwa salah satu atau kedua testis tidak berada dibagain skrotum. Testis yang tidak turun mungkin bisa teraba dan mungkin juga tidak bisa teraba pada bagian dinding perut yang letaknya berada diatas skrotum.

Apabila testis masih tidak teraba, maka akan dapat dilakukan pembedahan guna menunjang diagnosa dan sekaligus untuk terapi. Adapun beberapa metode pembedahan yang dilakukan diantaranya adalah:

·         Pembedahan Laparoskopi

Metode pembedahan ini adalah sebuah tindakan yang dilakukan dengan menggunakan sebuah selang kecil dengan dilengkapi fitur kamera dibagian ujungnya. Yang mana selang ini akan dimasukkan kedalam perut si anak melalui sayatan. Metode pembedahan laparoskopi dilakukan guna menentukan posisi testis didalam perut.

Metode ini pun dapat menunjukan apakah dalam perut terdapat testis atau tidak, atau mungkin hanya terlihat sisa jaringan testis kecil yang suah tidak lagi berfungsi dimana jaringan ini perlu diangkat. Akan tetapi, tak perlu khawatir metode pembedahan ini aman selama dilakukan oleh dokter ahli dan akan dapat mudah sembuh.

·         Bedah Terbuka

Metode pembedahan lain adalah dengan melakukan pembedahan terbuka. Yakni eksplorasi langsung melalui operasi perut atau dibagian selangkangan. Hanya saja, metode ini terbilang cukup jarang dilakukan.

Orang tua mungkin akan merasa khawatir setelah melihat dan memahami pembahasan diatas sehingga bentuk penanganan akan sangat anda butuhkan.

Penanganan terbaik untuk kasus ini adalah dengan menyerahkan pengobatan ke dokter. Dokter biasanya akan menyerankan untuk menunggu dan melihat perkembangannya untuk bayi yang baru saja dilahirkan.

Bila rupanya kondisi ini masih berlanjut dan testis tak kunjung turun, maka dokter akan merekomendasikan pembedahan pada si kecil melalui operasi. Bedah ini umumnya akan dilakukan ketika bayi berusia 9 sampai dengan 15 bulan. Operasi pembedahan ini cukup aman dan efektif. Dan kebanyakan bayi akan dapat sembuh dengan cepat.

Adapun pengobatan lain yang juga dilakukan adalah dengan menggunakan terapi hormon. Terapi ini akan dapat bekerja dalam membantu turunnya testis ke tempat seharusnya yakni kebagian dalam skrotum pada bayi. Hanya saja, terapi ini umumnya akan dapat menimbulkan efek samping pada bayi anda. Untuk terapi lain anak bisa mendapatkan suntikan hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) untuk membuat bagian testisnya segera turun kebagian bawah.

Operasi pengobatan ini amat penting dilakukan sebab memiliki testis yang tidak turun akan dapat meningkatkan resiko terhadap kondisi lain dalam tubuh, seperti diantaranya adalah:

·         Infertilitas.

Masalah pertama yang akan mungkin dihadapi dan mempengaruhi kesehatan bayi dimasa depan adalah adanya infertilitas atau masalah kesuburan.

Kerusakan kemampuan testis menghasilkan sperma dapat terjadi sejak anak berusia 1 tahun atau 12 bulan. Itulah mengapa dokter akan menyarankan penanganan testis pada bayi yang tidak turun ke bagian skrotum dilakukan pada saat bayi berusia 1 tahun dan tidak lebih dari usia 24 bulan.

·         Kanker Testis

Masalah selanjutnya yang mungkin dihadapi oleh anak bayi yang mengalami testis tidak turun adalah kondisi kanker testis.

Pria yang lahir dengan kondisi testis tidak turun akan meningkatkan risiko lebih tinggi terhadap kanker testir dibandingkan dengan mereka yang tidak menghadapi masalah ini. Akan tetapi, jenis kanker ini akan dapat disembuhkan apabila kondisi ini terdeteksi lebih awal.

Demikianlah beberapa hal yang dapat disampaikan dari ancaman kondisi testis tidak turun pada bayi. Pada intinya, setiap masalah yang menyerang kesehatan adalah penting untuk segera diatasi sebelum masalah tersebut berubah menjadi petaka yang akan membahayakan nyawa seseorang.

Apalagi pada bayi, system imun yang belum terbentuk dengan kuat, akan cenderung membuat bayi rentan terkena gangguan penyakit. Segera atasi segala macam penyakit sebelum terlambat. 

Ikuti tulisan menarik Pevi Revina lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler